Mohon tunggu...
Glmax_Soul
Glmax_Soul Mohon Tunggu... Insinyur - Peminat Riset Operasi

Suka Kho Ping Ho dan juga Kamu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Mustang

2 Juli 2020   17:48 Diperbarui: 2 Juli 2020   17:50 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Demob,

. . . Seekor cerpelai putih terduduk lemas diatas onggokan daun kering campur-campur. Dia pura-pura tidak mengerti, kenapa di stepa ini jadi banyak semut dan kecoak. Bertambah satu demi satu, semenjak ditemukan sekerat daging bertulang belakang, sisa dari tubuh kijang berukuran sedang. Dua ekor babon mengintip dari celah alang-alang setinggi dada. Kawanannya yang lain tersebar di empat penjuru. Menyebar disela-sela kawanan kijang dan burung pelatuk hijau. Stepa yang dibatasi garis sungai melintang selebar 40 kali batang bambu yang dijadikan rakit. Airnya mengalir keruh dipadati sedimen dari dinding dan dasar yang tergerus arus.

. . . Dari kejauhan terdengar suara auman singa. Menggelegar... sampai menggoyangkan ranting pijakan cerpelai putih yang mulai pulih. Kawanan hyena berlari terseok-seok, melintas didepan cerpelai. Mereka tengah menjaga jarak dari singa yang baru saja memberi tanda akan bergerak. Seekor yang bertelinga sumpung tampak memimpin kawanan hyena ini. Dia menyalak memberi perintah berhenti dan memasang formasi bertahan mundur, kalau terpaksa, menyerang sampai tetes darah terakhir.

. . . Lapisan pertama barisan kecoak tiba-tiba bermanuver. Mereka maju bersamaan menyapu pasir dan rumput tebal tipis. Dari celah yang terbentuk, berbanjar semut dalam kelompok 2 dan 2, bergerak menyusul, cepat sekali. Semenit kemudian, banjaran kedua bergerak menyusul dengan tidak kalah cepat. Kedua kelompok semut ini berpisah pada satu titik kecoak terluar, ada yang ke utara, ada yang ke selatan. Di belakang... kecoak yang tadi mengerebungi keratan daging kijang, secara serentak membentuk busur dan menyapu jejak menuju arah barat.

. . . Barisan kecoak pertama masih diam tidak bergerak sampai setelah busur kecoak terakhir melintas. Seolah itu dijadikan tanda bagi mereka untuk bergerak berpencar mengelilingi area. Mereka menyusup di banyak tempat gelap, bertahan di sekitar dengan titik pusat kerat daging kijang yang sekarang teronggok begitu saja.

. . . Pergerakan di tengah stepa ini tidak luput dari pengamatan cerpelai putih. Seiring dengan menyusupnya lapisan kecoak terakhir, cerpelai mulai bergerak menyusuri garis sungai, menuju arah hulu --ke tempat kawanan kijang yang telah menugaskannya. Seekor kijang betina telah memintanya untuk menyelidiki kematian jantan, calon pengantinnya. Hanya dia yang memiliki akses langsung pada kawanan semut dan kecoak forensik. Mereka semua, secara terselubung berada dibawah koordinasinya. Hanya melalui sandi bintang dan angin koordinasi bisa dilakukan. Hari akan beranjak malam, setelah dari tempat kawanan kijang, cerpelai harus kembali ke tempat rahasia di ketinggian dan rimbun pohon. Dari sanalah --dari dalam bangkai pesawat tempur mustang P-51 reruntuhan  perang dunia ke-2 ini, dia mengendalikan komunitasnya.

*

Setup,

. . . Stepa itu menjadi sunyi seketika. Hampir tak ada pergerakan bayangan sedikit pun. Di sudut barat, bayang matahari telah mencapai irisan gelapnya. Kawanan semut dan kecoak sudah kembali bergabung dalam satu garis sejajar. Dalam kecepatan yang terkordinasi dengan baik, mereka menuju celah dinding barat batuan gamping yang kaya akan rekahan. Sebuah patahan melintang yang dibentuk oleh sesar akan menjadi pusat konsentrasi. Secara perlahan mereka beranjak merayapi dinding pada masing-masing jalurnya. Selarik terang yang sangat tipis berpendar pada ujung atas dinding, menandakan malam mulai bangkit menguasai waktu stepa.

. . .Saat suara mencicit anak kelelawar yang belajar terbang mulai menjadi riuh, seluruh kawanan dari 2 species sudah memenuhi patahan melintang. Beberapa perwira komunikasi mereka tengah sibuk mempersiapkan master sandi bintang dan angin. Dibagian kanan mereka sudah terdapat phosphor yang dipadatkan. Sedangkan pada bagian kiri, sehelai jaring sudah dibentang menutupi celah. Suara gemerisik terdengar saat ujung-ujungnya ditautkan pada celah peruntukannya.

. . .Gemerisik yang timbul akibat getaran yang terjadi. Semacam vibrator dengan celah sebagai tabung resonansinya. Sesaat kemudian, bagian sisi kiri jaring sudah dipadati banyak kecoak. Pada bagian kanan, barisan semut sudah membentuk komposisi terjun. Semut-semut bersayap, sudah menempel pada setiap phosphor yang tadi sudah dijajarkan oleh beratus semut pekerja. Terdapat 10 semut bersayap untuk setiap padatan phosphor. Deretan phosphor itu tampak membentuk garis yang berpendar --menyelimuti ujung patahan.

. . .Di arah bagian hulu sungai, cerpelai baru saja bergerak untuk beberapa tetes keringat, dia baru saja berlalu meninggalkan kawanan kijang. Disana atmosfer mulai terselubung gelap. Dibelakangnya seekor capung terbang mengekor. Kesepakatan baru sudah ditangannya. "kapanpun, dimanapun, kemanapun, bila dia membutuhkannya, seekor kijang jantan tercepat akan tersedia untuknya" itulah sumpah kawanan kijang padanya, dan baru berlaku bila dia berhasil mengungkap siapa pembunuh kijang jantan yang sekarang tinggal sekerat daging. Hanya capunglah yang bisa membawa berita itu pada kawanan kijang, tidak lainnya. Baru nanti setelah itu, sumpah kawanan akan berlaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun