Perkembangan startup di Indonesia sangat pesat. Terhitung, sejak tahun 2015 hingga 2019, sudah ada 1307 startup baru yang didanai dan didukung penuh oleh pemerintah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mohammad Nasir, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) yang mengatakan bahwa pemerintah telah secara aktif melakukan pemetaan terhadap potensi perusahaan berbasis teknologi (PPBT). Pernyataan tersebut ia lontarkan dalam sebuah sesi wawancara dengan Okezone.
Banyak perusahaan rintisan baru yang didanai oleh pemerintahÂ
Tujuan dari dukungan yang diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan rintisan adalah agar Indonesia tidak kalah dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0. Berkaca dari Iran, yang selama 10 tahun, sejak 2004 hingga 2014 bisa menghasilkan 1000 startup baru, pemerintah Indonesia pun menginginkan hal yang sama untuk dalam negeri.
Terbukti, selama 2015-2019, terlahir ribuan startup baru. Yang mulanya hanya 54 perusahaan rintisan pada tahun 2015, naik jumlahnya menjadi 207 pada 2016. Naik lagi pesat jadi 665 pada tahun 2017. Tumbuh semakin banyak lagi jadi 926 di 2018, dan bertambah menjadi 1307 pada 2019. Apakah ini angka yang signifikan dan bagus? Tentu saja, ya. Sebab, angka ini semakin bertambah saja di awal tahun 2020 ini.
Peluang 1: mendapat pendanaan dan promosi dari pemerintah
Kalau Anda punya ide bisnis yang cocok dijalankan sebagai sebuah startup, maka jangan tunda untuk mengembangkannya. Misalnya, ide startup layanan on-demand yang bisa dipanggil ke rumah, konsultasi kesehatan, perawatan hewan, akses layanan online, hingga hiburan anak sampai dan dewasa. Sebab, saat ini pemerintah sangat terbuka dan mendukung sekali perkembangan startup di Indonesia. Dari yang sudah didukung, bahkan ada yang telah menembus pasar ekspor. Ini artinya, progress-nya sangat baik.
Untuk lebih meningkatkan daya jual dan daya saing, pemerintah juga akan rutin menggelar pameran startup, seperti yang pernah dilakukan pada April 2019 lalu di Jakarta. Pameran ini menampilkan tidak hanya startup bidang teknologi dan informasi, namun juga transportasi, pangan, kesehatan, energi, bahan baku, keamanan, pertahanan, material maju, hingga jasa on-demand seperti Halo Jasa.
Peluang 2: transaksi melalui metode pembayaran digital semakin berkembang
Masih berhubungan dengan progress perusahaan rintisan di Indonesia yang sangat cepat, transaksi pembayaran dengan uang dan dompet digital makin diminati. Terbukti, beberapa perusahaan dompet digital yang mulanya berupa startup, sudah berhasil menjadi perusahaan yang besar dan jadi pemain profesional dalam melayani transaksi digital. Hal ini memang tak lepas dari minat masyarakat yang cenderung memilih transaksi digital yang lebih efisien dan praktis.
Inklusi besar transaksi digital yang berlangsung selama beberapa tahun terakhir, membuka peluang pemilik bisnis startup untuk melakukan integrasi dan melebarkan kanal pembayaran di segala sisi. Pemilik bisnis startup, bisa bekerja sama dengan perusahaan penyedia layanan transaksi digital, untuk semakin memudahkan konsumen mengakses dan menggunakan/membeli jasa/produk yang dijual. Kalau pun startup Anda tidak bermain di sektor digital atau online, pertumbuhan transaksi non-tunai ini telah terbukti bisa menyokong pertumbuhan sektor retail offline. Contohnya startup Halo Jasa yang menyediakan layanan bongkar pasang AC, di mana layanan ini bisa dipanggil secara online.Â
Langkah yang diambil pemerintah untuk terus mendukung perkembangan startup di Indonesia hendaknya disikapi dengan kacamata positif. Anda bisa melihat banyaknya peluang bisnis startup, apalagi jika bergerak dalam hal yang sangat dicari dan dibutuhkan masyarakat. Startup yang memberikan jawaban, atau pemecahan masalah kehidupan masyarakat sehari-hari, sudah pasti akan berumur panjang.
Photo credit: Pinterest Halo Jasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H