Mohon tunggu...
glen baptiste
glen baptiste Mohon Tunggu... -

A trickster.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rasionalitas Itu Kontekstual

3 Agustus 2018   21:05 Diperbarui: 3 Agustus 2018   21:30 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai manusia yang hidup di abad-21 ini kita sudah tidak asing lagi dengan istilah ekonomi. Menurut pandangan ekonomi neo-klasik manusia selalu menghitung untung-rugi dalam tindakan nya sehingga menyebabkan muncul nya nilai pada barang yang masuk ke pertukaran, hal tersebut menyebabkan pula pembentukan harga, produksi, dan distribusi pendapatan melalui mekanisme permintaan dan penawaran dalam pasar itulah yang disebut dengan ekonomi. 

Sedangkan dalam pandangan antropologi, ekonomi merupakan hubungan antara manusia dengan sesuatu yang diproduksi oleh manusia itu sendiri seperti barang, ide, dll. Definisi tersebut berfokus pada relasi kepemilikian, bukan pada barang nya itu sendiri. Artinya antropologi ekonomi melihat bahwa ekonomi bukan hanya ihwal mekanisme pasar atau untung-rugi semata. 

Ekonomi merupakan bagian dari dunia yang dibuat oleh manusia dimana didalamnya manusia saling berhubungan oleh barang yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Kegiatan ekonomi dalam pandangan antropologi ekonomi bukan hanya sekedar aktivitas produksi dan distribusi yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan/kepuasan mereka namun ada hal-hal lain yang mengatur terjadinya kegiatan ekonomi tersebut karena dalam beberapa masyarakat di dunia, seseorang melakukan kegiatan ekonomi karena diatur oleh adat yang dibentuk oleh institusi sosial dalam masyarakat tersebut. 

Oleh karena itu dalam kegiatan sehari-hari kita dapat berasumsi bahwa kegiatan seperti tolong menolong, memberikan hadiah, adalah kegiatan yang dapat didefinisikan sebagai pertukaran yang rasional.

Pertukaran merupakan salah satu cara untuk membangun relasi sosial antar individu. Maksud pertukaran disini bukan hanya seperti barter yang dilakukan oleh masyarakat sederhana. 

Namun mencakup hal yang lebih luas. Marcel Mauss mendefinisikan ada 3 macam pertukaran yang ada di masyarakat yaitu; umum, seimbang, dan negatif. Pertukaran umum menurut Mauss adalah pertukaran yang dilakukan tanpa memperhitungkan nilai yang telah diberikan namun dengan asumsi bahwa suatu saat sesuatu akan diberikan kembali walaupun tidak sepenuhnya. 

Contoh dari pertukaran umum adalah orang tua yang membiayai kehidupan anaknya, memberikan makan, pakaian, hadiah ulang tahun, pendidikan, dll. Orang tua biasanya tidak mengharapkan timbal balik apapun, mereka hanya mengharapkan kasih sayang, perhatian, dll yang akan anak mereka lakukan saat mereka tua nanti, hal tersebut merupakan hal yang tidak bisa diukur nilai nya dan akan terjadi dalam jangka waktu yang sangat panjang. 

Yang kedua adalah pertukaran seimbang. Pertukaran seimbang merupakan pertukaran langsung, artinya suatu barang ditukarkan atau diberikan namun jika barang itu diberikan ada keinginan dari si pemberi bahwa sesuatu yang bernilai sama akan diberikan kepadanya pada jangka waktu tertentu. Contohnya adalah mahar pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang akan menikah pada masyarakat Sumba. 

Di masyarakat Sumba mahar dalam pernikahan merupakan hal yang penting karena jika seorang mempelai terutama pria tidak dapat membayar mahar maka anak dari pasangan tersebut tidak akan memakai nama dari clan pria namun menggunakan nama dari clan wanita nya, dan hal tersebut dalam masyarakat Sumba merupakan hal yang memalukan. 

Pertukaran yang ketiga adalah pertukaran negatif yang artinya seseorang mencoba mendapatkan sesuatu namun tidak ingin kehilangan sesuatu yang dia miliki, atau "get something for nothing." Salah satu contoh dari pertukaran negatif adalah berjudi. 

Karakteristik utama dari pertukaran negatif adalah pembeli dan penjual mencoba untuk mendapatkan lebih dari apa yang dia beri. Menurut definisi-definisi yang dijelaskan oleh Marcel Mauss diatas kita dapat berasumsi bahwa jenis pertukaran yang dilakukan oleh individu didorong oleh rasionalitas yang dia miliki dan juga aturan masyarakat yang berlaku di tempat dia tinggal. Hal-hal tersebut terkadang menimbulkan keegoisan dalam diri manusia karena adanya tekanan sosial dan keinginan yang ingin dipenuhi.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat terkadang individu bersikap egois karena mementingkan kepentingan diri sendiri daripada kepentingan orang lain. Adam Smith berpendapat bahwa egois memang sifat alami manusia. Dia berpendapat ketika Individu membantu individu lain nya itu disebabkan oleh adanya kebutuhan akan diri nya sendiri yang dapat terpenuhi dengan cara membantu orang lain. 

Tapi Auguste Comte dan Emile Durkheim tidak sependapat dengan Adam Smith. Mereka berpendapat bahwa manusia adalah binatang sosial yang artinya manusia akan berkerja sama dan berkorban karena itu merupakan sifat alamiah manusia dan bukan karena manusia itu egois atau itung-itungan. 

Manusia kadang berpikir bahwa mereka unik karena mereka sendirilah yang menentukan pilihan yang akan diambil, namun ketika mereka melebur kedalam suatu grup tertentu mereka bersedia untuk berkorban untuk grup tersebut. 

Menurut Emile Durkheim perilaku tersebut terjadi karena ada nya tekanan sosial yang memaksa seseorang berkorban untuk in-group  yang dia naungi. Namun Max Weber berpendapat bahwa nilai moral yang dimiliki oleh seseorang lebih memiliki dampak besar terhadap tindakan individu daripada tekanan sosial yang diterima oleh seseorang.

Manusia merupakan mahluk yang susah untuk membuat keputusan walaupun pilihan yang dihadapi relatif tidak rumit. Seperti contoh ketika kita melempar koin keatas dan menebak apakah kepala atau ekor yang akan tampak ketika jatuh terkadang kita selalu percaya bahwa kepala akan muncul berurut-urut selama beberapa kali atau sebaliknya, padahal kita tahu bahwa kemungkinan munculnya kepala dan ekor sama-sama memiliki kemungkinan sebesar 50%. Rasionalitas manusia dalam membuat keputusan pun sangat dipengaruhi oleh konstruksi sosial di lingkungan tempat dia tinggal dan tumbuh. 

Seperti contoh seseorang yang tinggal di kota tidak akan melakukan sistem barter karena konstruksi sosial di perkotaan memaksa seseorang untuk memakai uang yang telah disahkan oleh negara sebagai media untuk mendapatkan komoditi barang maupun komoditi jasa. 

Sedangkan seseorang yang tinggal di pedalaman atau di sistem politik perpuakan yang belum terpenetrasi oleh kapitalisme masih melakukan sistem barter sebagai sistem pertukaran mereka karena penduduk yang tinggal disana menginginkan atau membutuhkan sesuatu sesuai dengan kebutuhan komunal penduduk nya. 

Dari kedua contoh tersebut kita tidak dapat mengatakan bahwa penduduk kota lah yang rasional dan penduduk pedalaman tidak rasional atau sebaliknya, karena kedua penduduk tersebut bertindak berdasarkan hal yang sesuai dengan aturan yang berlaku pada masyarakat tempat dia tinggal. 

Rasionalitas ini bukan hanya dalam hal ekonomi saja tapi meliputi hal-hal lainnya yang ada dalam aspek kehidupan manusia seperti makanan, perkawinan, ritus peraliham, dll. 

Jadi ketika kemarin-kemarin ini banyak orang yang sibuk mengisi petisi untuk melarang ritual makan anjing di Cina bagi saya itu tidak masuk akal karena budaya di Cina yang mungkin sudah ratusan tahun melakukan ritual tersebut tentu memiliki rasionalitas mereka sendiri mengapa melakukan hal tersebut, lagipula pertarungan-pertarungan identitas seperti itu saat ini semakin memburamkan eksploitasi dan pertarungan antar kelas yang sedang terjadi antara kaum Kapitalis dan kaum Proletariat. Dan perlu diingat bahwa apa yang rasional belum tentu objektif, begitu pula sebaliknya. Tentang hal tersebut akan saya bahas pada kesempatan lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun