Mohon tunggu...
Glen Andrio Sinulingga
Glen Andrio Sinulingga Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Kondisi Kemiskinan di Kalimantan Barat

24 November 2023   16:33 Diperbarui: 24 November 2023   16:51 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemiskinan diartikan sebagai ketidakmampuan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pokok makanan dan non-makanan, yang diukur dengan pengeluaran. Konsep ini dikenal sebagai 'pendekatan kebutuhan dasar' dan digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai alat untuk mengukur proporsi dan jumlah penduduk miskin di tingkat nasional, negara bagian, dan kabupaten/kota.

Terkait dengan situasi atau tren kemiskinan di Kalimantan Barat, BPS menemukan bahwa proporsi penduduk miskin di tingkat provinsi cenderung menurun dari 8,48% menjadi 7,28% pada periode September 2011 hingga September 2019, khususnya di Kalimantan Barat. Namun proporsi ini ternyata merupakan proporsi kemiskinan tertinggi di wilayah Kalimantan dan bahkan lebih tinggi dibandingkan proporsi kemiskinan di provinsi Kalimantan Utara.

Apalagi jika dibandingkan dengan angka kemiskinan RPJMD Kalbar tahun 2018 hingga tahun 2023, angka kemiskinan tahun 2019 belum mencapai persentase sasaran. Target RPJMD Kalimantan Barat sebesar 6,92%, sedangkan pertumbuhan angka kemiskinan masih sebesar 7,49%. Persentase penduduk miskin merupakan penjumlahan dari persentase penduduk miskin pada berbagai kabupaten/kota di Kalimantan Barat. Pada dasarnya jika kita melihat angka kemiskinan tiap kabupaten/kota di Kalimantan Barat, kita dapat menyimpulkan bahwa proporsi penduduk miskin di kabupaten/kota di Kalimantan Barat rata-rata berkisar antara 13% hingga 4%.

Perbedaan proporsi penduduk miskin antar kabupaten/kota menunjukkan bahwa kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks dan diperlukan upaya yang tepat untuk mengentaskannya. Menurut Alfista (2019), kompleksitas permasalahan kemiskinan secara kuantitatif dipengaruhi oleh variabel tingginya pengangguran dan rendahnya pertumbuhan ekonomi. Senada dengan hal tersebut, Sudrajad (2014) juga menjelaskan dalam temuannya bahwa variabel pendidikan, jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat pengangguran merupakan faktor yang mempengaruhi prevalensi kemiskinan di suatu wilayah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun