Nama: Glen Agnes Patrecia Sijabat
NIM: 07041282227049
Dosen Pengampuh: Nur Aslamiah Supli, BIAM., M.Sc
Konflik Israel dan Negara ArabÂ
Konflik ini terjadi saat Israel mendeklarasikan dirinya sebagai negara yang berdaulat pada tahun 1948 hingga saat ini. Sebenarnya, konflik ini sudah menjadi konflik yang berakar sejak lama (kekerasan budaya). Dipengaruhi oleh kepentingan aktor-aktor didalam konflik tersebut.
Awal mula konflik terjadi; Gerakan ZionismeÂ
Konflik ini terjadi awalnya oleh bangsa Arab dengan Yahudi yang dimana bangsa Yahudi membentuk negara Israel. Gerakan ini dilakukan oleh bangsa Yahudi yang ingin menarik kembali tanah kekuasaan (tanah asli) mereka dari negara Palestina. Pihak Zionis kemudian berintensi untuk mendirikan sebuah negara otonom yang keseluruhan atau paling tidak mayoritas rakyatnya merupakan pihak Yahudi. Namun, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, di daerah tersebut telah tinggal masyarakat Arab, dengan 90% di antaranya beragama Islam. Seiring dengan berjalannya waktu, wilayah Palestina semakin banyak didatangi oleh pendatang Yahudi. Hal ini mulai memunculkan konflik-konflik kecil di antara pihak Yahudi dan Arab karena terjadinya ketimpangan dan diskriminasi yang dirasakan oleh pihak Arab. Dari beberapa akar konflik tersebut sudah mulai timbul kekerasan budaya antar negara tersebut akibat rasa sentimen terhadap bangsa Yahudi dan rasa nasionalisme tinggi oleh bangsa Arab yang tidak mengizinkann bangsa Yahudi mendapatkan hak mereka.
Pendirian Negara Israel: Perang Pertama antara Pihak Arab-Israel
Inggris menyerahkan kekuasaan untuk menentukan masa depan wilayah tersebut kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa yang pada masa itu baru saja terbentuk. Pada November 1947, Majelis Umum PBB mengumumkan rencana pembelahan negara menjadi dua bagian, Yahudi dan Arab. Namun demikian, pihak Arab melihat apa yang ditawarkan oleh PBB tersebut sangat berpihak pada pihak Yahudi dan tidak adil terhadap pihak Arab sendiri, kudeta dan juga sengketa air dengan Israel di Suriah (kekerasan struktur) perintah pembagian negara ini membuat pemerintahan Arab nerasa dirugikan dan mengalami krisis. Terbentuknya sebuah tanah air yang berdaulat bagi Yahudi di Palestina, telah menjadi tujuan organisasi Zionis sejak akhir abad ke-19. Pemerintah Inggris juga menyatakan bahwa mereka akan menggunakan usaha terbaik untuk memudahkan tercapainya tujuan tersebut. Sejarah Israel setelah Perang Dunia II, menurut Daniel Pipes, sangat erat kaitannya dengan relasi antara Inggris dan komunitas Yahudi. Seiring dengan bergabungnya Haganah dalam Irgun dan Lehi dalam suatu pemberontakan bersenjata melawan pemerintahan Inggris karena tidak terima akan keputusan dari Pihak Inggris terjadilah penyerangan (Direct Violence), pada saat yang sama ribuan pengunsi dan korban holocaust Yahudi yang selamat dari Eropa melihat suatu hidup baru di Palestina. Akan tetapi, mereka ditolak di tanah yang kala itu masih berada di bawah mandat Inggris, sehingga mereka ditempatkan dalam kamp-kamp penahanan refugees oleh orang Inggris. Sejarah Israel mencatat bahwa 29 November 1947, Majelis Umum PBB mengadopsi suatu resolusi yang merekomendasikan adopsi dan implementasi Rencana Pembangunan dari Palestina Pihak Yahudi pada awalnya dalam posisi bertahan dalam perang sipil, namun secara bertahap beralih menjadi menyerang, hingga situasi berbalik dan Yahudi mulai berhasil menguasai wilayah. Perekonomian Palestina runtuh, dan sejumlah 250 ribu Arab Palestina diusir atau melarikan diri
Tanggal tersebut, seperti yang telah disebutkan di atas, adalah tepat satu hari sebelum Mandat Inggris atas Palestina berakhir. Pada hari berikutnya, lima negara menyerang Israel, yaitu Lebanon, Irak, Mesir Yordania, dan Suriah. Hal ini menandai meletusnya Perang Arab-Israel di tahun 1948. Arab Saudi kemudian turut mengirim suatu kontingen militer untuk beroperasi di bawah perintah Mesir. Setelah setahun pertempuran dilakukan, deklarasi gencatan senjata dan perbatasan sementara yang disebut sebagai green line Yordania menganeksasi wilayah yang disebut dengan Yerusalem Timur dan Tepi Barat.