Mohon tunggu...
GØLB.
GØLB. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Absolutely Morbid

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Macam-macam Faktor dan Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus

31 Mei 2022   12:15 Diperbarui: 1 Juni 2022   18:43 4240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam kehidupan, pastilah orang tua memiliki harapan yang ingin dicapai oleh buah hatinya. Harapan sosok orang tua pastilah mempunyai makna baik bagi keberlangsungan hidupnya. Adapun harapan atau cita cita orang tua dapat terwujudkan dengan kerja keras. Namun, potensi setiap individu pastilah berbeda beda. Begitu pula dengan anak yeng memiliki kebutuhan khusus, yang berbeda dari anak normal seusianya.

Beragam definisi mengenai anak berkebutuhan khusus telah sering kita dengarkan. Dari berbagai definiis tersebut dapat kita simpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah seorang anak yang berbeda dalam beberapa bagian yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Bagian pneting dari kemanusiaan yang dimaksud ialah meliputi aspek fisik, psikologis, kognitif, maupun sosial yang mngalami hambatan dan memerlukan penanganan dari tenaga profesional.

Dalam berbicara mengenai anak berkebutuhan khusus, banyak bermnculan pertanyaan mengenai penyebab munculnya kondisi kebutuhan khusus tersebut. Maka dari itu, berikut merupakan faktor yang yang menyebabkan munculnya kondiis kebutuhan khusus, yaitu :

  • Faktor Biologis
    • Gen yang berisi informasi genetik dengan benang-benang DNA-nya akan memproduksi protein yang mempengaruhi salah satunya fungsi kerja otak. Fungsi kerja otak sangat bergantung pada berbagai senyawa protein yang disebut dengan biochemical & neurohormones, yang berinteraksi dalam mempengaruhi pengalaman psikologis seseorang. Pengaruh gen dalam menjelaskan sebab munculnya hambatan perkembangan juga dapat dipelajari dari susunan kromosom dalam benang DNA. Kromosom yang mengalami kegagalan membelah atau bertautan dapat menyebabkan munculnya gangguan atau hambatan perkembangan misalnya : down sindrom.
  • Faktor Psikologis
    • Dalam ilmu psikologi, perspektif psikologis menyediakan pendekatan belajar (Skinner, Pavlov, dan Bandura) untuk memahami sebab munculnya hambatan perkembangan (abnormalitas) yaitu bahwa abnormalitas atau hambatan perkembangan dapat muncul karena dipelajari. Perspektif psikologis dengan pendekatan teori belajar Skinner misalnya memandang bahwa abnormalitas atau hambatan perkembangan dapat muncul karena adanya penguatan terhadap perilaku anak (reward dan atau punishment). Contohnya jika anak menginginkan sesuatu dengan cara marah (berteriak) dan lingkungan mendukung/ memberikan apa yang dia inginkan maka ia akan belajar bahwa untuk mendapatkan apa yang diinginkan ia harus marah (dari intensitas kecil sampai besar). Sehingga perilaku marah akan menjadi maladaptive yang kemudian berkembang menjadi gangguan atau psikopatologis atau abnormal. Teori belajar sosial Bandura juga menyatakan bahwa perilaku abnormal muncul karena dipelajari salah satunya melalui pengamatan terhadap lingkungannya atau dengan kata lain melalui imitasi.
  • Faktor Keluarga, Sosial, dan Budaya
    • Perkembangan normal atau abnormal (hambatan perkembangan) pada anak tergantung pada kondisi sosial dan lingkungannya termasuk keluarga, teman-teman, dan konteks sosial budaya yang lebih luas. Dengan pandangan yang integratif kita akan lebih kaya dan berhati-hati dalam mengidentifikasi mana penyebab-penyebab baik utama (major problem) maupun penyerta (komorbid) dan akibat dari abnormalitas anak karena antara sebab dan akibat dalam abnormalitas atau hambatan perkembangan saling mempengaruhi sebagaimana penjelasan asumsi developmental disability is multiply determined.

Dalam fenomena yang terjadi, banyak jenis jenis dari kondisi berkebutuhan khusus ini. Berikut merupakan jenis dari kebutuhan khusus :

  • Anak berkebutuhan khusus fisik
    • Gangguan penglihatan (Tunanetra)
    • Gangguan pendengaran (Tunarungu)
    • Cerebal palsy
    • Cerebral palsy merupakan gangguan neuromotor yang disebabkan oleh luka atau kerusakan pada otak atau spinal cord (kerusakan neurological) yang juga mempengaruhi kemampuan untuk menggerakan bagian-bagian tubuh manusia (gangguan motorik).
  • Anak berkebutuhan khusus kognitif
    • Intellectual disability (ID)
      • Keadaan yang muncul sebelum individu mencapai usia 18 tahun, yang ditandai dengan adanya keterbatasan yang signifikan terhadap fungsi intelektual dan perilaku adaptif, antara lain kemampuan konseptual, sosial, dan keterampilan praktis.
    • Kesulitan belajar spesifik (specific learning disabilities/SLD)
      • Secara umum, kesulitan belajar spesifik dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
        1. Primary learning disabilities
        2. Secondary learning disabilities
        3. Symptomatic learning disabilities
  • Anak berkebutuhan khusus perilaku
    • Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
      • ADHD dapat diartikan sebagai hambatan dimana seseorang (anak) secara konsisten menunjukan salah satu atau semua karakteristiknya dalam waktu yang lama, karakteristik-karakteristik tersebut yaitu Inattention (kurangnya perhatian), hiperaktif, dan Implusif.
    • Tunalaras (Gangguan Emosi & Perilaku)
      • Dalam istilah pendidikan, anak yang memiliki gangguan emosi dan perilaku disebut tunalaras dan tergolong dalam anak berkebutuhan khusus.
  • Anak berkebutuhan khusus : Autis
    • Gangguan autis ini merupakan ketidakmampuan individu dalam berinteraksi dengan individu lainnya; adanya gangguan bahasa yang ditunjukkan oleh beberapa tanda, yaitu: a) penguasaan bahasa yang tertunda, b) acholalia, c) mutest, serta d) pembalikan kalimat; kemudian adanya aktivitas bermain yang repetitive dan sereotype, rute keinginan yang kuat, serta adanya keinginan obsesif dalam mempertahankan keteraturan pada lingkungannya.
  • Anak berkebutuhan khusus : Cerdas Istimewa
    • Adapun anak dapat dikategorikan sebagai anak berbakat istimewa (talented children) jika anak tersebut memiliki potensi kreativitas yang tinggi sehingga mampu membuat suatu kreasi misalnya: seni, dengan tingkatan yang luar biasa atau melebihi potensi dan prestasi anak-anak seusianya.

PENULIS :

KELOMPOK 9 KODE ETIK, PSIKOLOGI, UIN MALANG 

SUMBER :

Kristiana I.F, Widyanti C.G, (2016), Buku Ajar Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus, UNDIP Press, Semarang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun