Dengan sekuat tenaga, Aji menatap langsung ke mata merah menyala itu. "Aku tidak takut padamu!" teriaknya, meskipun jantungnya masih berdebar keras.
Bogeyman tersentak, seolah-olah kata-kata itu menghantamnya dengan keras. "Kamu... tidak takut?"
Aji berdiri tegak, kini semakin yakin dengan dirinya sendiri. "Tidak. Kamu hanya bayangan. Kamu hanya ada karena aku membiarkanmu ada."
Sosok itu tampak mulai memudar, perlahan-lahan menghilang ke dalam kegelapan di bawah tempat tidur. Bogeyman mendesis untuk terakhir kalinya, "Tanpa rasa takutmu... aku tidak bisa bertahan."
Dan dalam sekejap, sosok itu lenyap. Kamar Aji kembali hening. Tidak ada lagi bayangan besar yang bergerak, tidak ada lagi mata merah menyala yang menatapnya. Hanya ada keheningan malam dan cahaya kecil di sudut ruangan.
Aji duduk di tepi tempat tidurnya, menghela napas lega. Ia menyadari satu hal penting malam itu---ketakutan tidak akan pernah bisa menguasai dirinya, kecuali ia membiarkannya. Bogeyman hanyalah cerminan dari rasa takutnya sendiri, dan ketika ia berhenti takut, Bogeyman pun tak lagi bisa mengancamnya.
Â
Hikmah:
Cerita tentang Bogeyman ini mengajarkan bahwa ketakutan terbesar kita sering kali berasal dari diri kita sendiri. Rasa takut bisa menjadi sesuatu yang sangat kuat jika kita membiarkannya tumbuh. Namun, ketika kita menghadapi ketakutan tersebut dengan keberanian dan keyakinan, kita bisa mengalahkannya. Sama seperti Aji yang berhasil mengusir Bogeyman dengan kekuatan pikirannya sendiri, kita pun bisa menghadapi tantangan atau ketakutan dalam hidup jika kita berhenti memberi makan rasa takut tersebut.
"Ketakutan hanyalah bayangan dan bayangan hanya ada jika kita menyalakan cahaya untuknya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H