Mohon tunggu...
Gilang Embang
Gilang Embang Mohon Tunggu... -

di atas buku boleh saja ada setan tapi di atas alam pasti ada tuhan\r\nimbangi baca buku dengan belajar langsung di alam!!!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Uniknya Islam di Indonesia

4 Desember 2012   06:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:13 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepanjang perjalanan, bersepeda dari Malaysia hingga kini di Provinsi Yunnan, China. Mesjid menjadi salah satu tempat yang paling banyak saya menginap. Melihat umat Islam yang tersebar di Asia Tenggara hingga China Selatan ini, membuat saya menyadari uniknya umat Islam di Indonesia.

Berawal di Malaysia ketika waktu menunjukan jam delapan malam, saya berusaha mencari mesjid untuk menginap hingga saya temukan papan bertuliskan mesjid. Di dalamnya saya melihat jemaah dengan pakaian serba putih dan sorban.

Tak lama seseorang yang nampaknya penjaga mesjid tersebut keluar. Lalu saya menghampirinya dan mengucapkan salam, “Assalamu’alaikum”.

“Wa’alaikum salam”,  jawabnya.

Lalu saya berkata, “Saya permisi menginap di Mesjid ini”.

Bukan sebuah jawaban, ia malah balik bertanya, “Kamu tahu ini apa?”.

“Ini pesantren, di lingkungan pesantren itu tak boleh memakai celana pendek”, ungkapnya sambil melihat ke arah kaki saya. “Tidak boleh”, ia menyambung.

“Kalo begitu terima kasih pak”, kata saya. Sambil dilihat para santri, saya pergi terhuyung-huyung sambil mendorong sepeda karena terlalu lelah setelah seratus kilometer lebih mengayuh.

Ditengah jalan seseorang diantara jemaah melihat tulisan di bagian depan sepeda saya dan berkata, “Ingat selalu tuhan”, sambil membaca dengan keras ke arah penjaga tadi agar ia tahu.

“Itu Tuhan bukan Allah”, si penjaga berkilah, “jelas beda Tuhan dengan Allah”.

Ketika di Thailand Selatan, wilayah yang sedang bergejolak konflik antara etnis Melayu yang beragama Islam dengan kerajaan Thailand, saya melihat wanita-wanita memakai cadar dan pemuda-pemudanya memakai pakaian khas timur tengah dengan kopiah haji di kepalanya, nampaknya pemandangan ini sangat umum di daerah ini. Ketika mampir di warung, saya  terlibat percakapan dengan warga setempat. Tampak penasaran seseorang bertanya kepada saya, “Benarkah di Indonesia satu rumah bisa dihuni oleh tiga umat agama?”. Lalu saya menjawab, ” Iya, banyak.”

Tak lama dari itu, saya menginap di sebuah pesantren di Phatthalung, 90 km dari Kota Pattani, Thailand. Seorang pemuda bernama Ahmad, bertanya, “Benarkah kamu muslim?”.

Dengan nada kesal saya balik bertanya, “Kenapa bertanya seperti itu?”.

“Soalnya namamu aneh, Embang seperti nama orang Siam”, jawabnya.

“Di Indonesia, orang Islam itu namanya bisa saja Sukarno, Kuntoro tidak harus Ahmad atau Abdul”, saya menjelaskan.

Dan sekarang ini, saya berada di Kota Yanshan, kota kecil di Provinsi Yunnan, China Selatan. Waktu pertama kali tiba di sini, saya terkejut ketika melihat simbol mesjid di peta. Setelah menginap di mesjid besar ini, saya menyadari akan banyaknya jumlah umat Islam di China Selatan. Sebelumnya, saya mengira umat Islam hanya berada di China Bagian Barat yang berbatasan dengan Kzakhstan.

Ketika shalat rata-rata jemaah disini memakai pakaian khas timur tengah seperti di negara-negara sebelumnya. Meskipun demikian, saya tetap percaya diri ikut shalat tarawih berjamaah dengan memakai baju batik, sarung, dan ikat kepala Sunda.

Keberagaman Islam yang telah saya alami, meyakinkan saya Indonesia memang pantas memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Dalam satu agama pun, Islam di negara kita memiliki rasa tolerasi yang tinggi sesama umatnya. Di bulan ramadhan ini, marilah kita berdoa kepada Tuhan agar umat beragama di Indonesia tetap berbudaya dan tetap bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika. Amin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun