Mohon tunggu...
Gladys Velonia
Gladys Velonia Mohon Tunggu... Penulis - Copygirl

Pecinta makanan manis yang hobi jadi turis dan hidup dari menulis. Contact: gladys.velonia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lombok, Seribu Masjid dan Sejuta "Maling"

15 Agustus 2018   19:44 Diperbarui: 20 Agustus 2018   13:08 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gempa bumi yang mendera Lombok secara bertubi-tubi, membuat pulau seluas 4725 km2 itu hampir luluh lantak. Padahal, banyak sekali keindahan yang ada di Lombok, bukan cuma alamnya melainkan juga ada budayanya.

Salah satu yang menarik dari Lombok adalah keberadaan masjid yang begitu banyak, hingga Lombokdijuluki Pulau 1000 masjid. Hal tersebut adalah wajar, karena suku asli Lombok, Suku Sasak, mayoritas memeluk agama Islam. Makanya banyak sekali rumah ibadah umat Muslim di Lombok. Saking banyaknya, dijuluki lah Lombok dengan predikat 1000 masjid.

Jika dihitung secara keseluruhan, jumlah masjid yang ada di Lombok, justru lebih dari 1000. Menurut laman ini, ada sekitar 5000 masjid yang ada di keseluruhan Pulau Lombok. Meski ada banyak masjid, warga Lombok tak pernah lupa masjid mana yang pertama berdiri. Yup, warga Lombok hingga kini terus merawat Masjid Bayan Beleq, masjid pertama yang berdiri di Lombok. Masjid yang berada di bagian utara itu, hingga kini masih berdiri kokoh meskipun hanya dipasak tanpa menggunakan semen atau bahan bangunan lainnya. Dindingnya yang terbuat dari anyaman pun masih kokoh berdiri.

Namun, ada satu istilah unik lain yang melekat pada Lombok. Istilah ini cukup nyeleneh, namun begitulah adanya kebudayaan yang hingga kini terus dilestarikan oleh warga Lombok. Ya, istilah lainnya yang melekat pada Lombok adalah Pulau Sejuta Maling.

Mendengar kata maling, jangan keburu berpikir negatif. Maling di sini memiliki makna sebagai tradisi yang harus dilakukan setiap pemuda jika sudah siap menikahi gadis pujaannya. Yup, sang pemuda harus menculik atau mengambil secara diam-diam sang gadis dari rumahnya, tanpa sepengetahuan orang tuanya. Persis sekali dengan kebiasaan maling, kan?

Biasanya, teman-teman si pemuda ikut membantu dalam membawa lari si gadis dari rumahnya. Sang gadis dibawa lari ke rumah si pemuda untuk dipertemukan dengan orang tua, kepala dusun, pak RT, tokoh agama, tokoh masyarakat dan para tetangga. Pertemuan itu dimaksudkan sebagai prosesi lamaran.

Prosesi selanjutnya adalah selabar, yakni si pemuda memberitahukan keluarga sang gadis tentang penculikan tersebut. Usai diberitahu, keluarga sang pemuda akan meminta restu kepada keluarga sang gadis agar si pemuda dapat menikahinya. Prosesi ini disebut juga sebagai mbait wali.

Setelah ketiga prosesi itu dilakukan, langkah selanjutnya adalah membicarakan mahar dan kapan pernikahan bisa dilakukan. Meskipun proses untuk menikah cukup rumit, uniknya Suku Sasak hingga kini terus melestarikan tradisi tersebut. Makanya tidak heran kan, jika Lombok disebut Pulau Sejuta Maling karena jumlah warga Lombok sendiri mencapai 3 juta penduduk?

*****

Sebagai sesama warga Indonesia, alangkah baiknya kita membantu saudara-saudara kita yang berada di Lombok dengan mengulurkan tangan sebisa kita untuk membantu meringankan beban mereka yang sedang terkena bencana. Ada banyak sekali lembaga yang membuka sarana bantuan, seperti halnya Pos Indonesia. Ada pula dari kitabisa.

kitabisa-5b7a5addbde575396e55a432.jpg
kitabisa-5b7a5addbde575396e55a432.jpg
pos-5b7a5defc112fe72a6433622.jpg
pos-5b7a5defc112fe72a6433622.jpg
Jika ingin membantu lewat lembaga lain, penulis telah merangkumnya di sini. Jika belum bisa membantu dengan memberikan materi, menyebarkan kabar mengenai bantuan seperti ini juga sudah sangat berarti. Mari kita doakan agar si cantik Lombok segera pulih kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun