Tentunya secara moral Pak JKW punya beban hutang janji kepada masyarakat selama kampanye pencapresannya. Memang janji-janjinya cukup substansial, tapi bagi sebagian orang menilai Pak JKW terlalu menggampangkan sehingga janji-janjinya dinilai kurang realistis. Beberapa janji-janji Pak JKW adalah :
- Menjaga keutuhan NKRI
- Memperkuat pertahanan dan ketahanan negara
- Buy back (pembelian kembali) asset negara (Indosat/Palapa, PT Telkom)
- Pembangunan infrastruktur / Jalan TOL Laut
- Kesehatan gratis
- Pendidikan gratis sampai SMA
- e-Government dalam 2 minggu, dll, saya lupa.
Dari janji-janji tersebut tentunya akan butuh dana dan effort yang sangat besar dan cepat. Ketika membutuhkan dana segar yang besar dan cepat maka kemungkinan pertama yang akan dilirik adalah subsidi BBM, karena dari realisasi 2013 saja angkanya sudah fantastis, yaitu sebesar Rp. 224 T. Jika separuhnya saja bisa dikurangi itu sudah setara dengan lebih dari 3 kali keuntungan Pertamina tahun 2013 dan sudah cukup untuk merealisasikan sebagian janji-janjinya. Hanya masalahnya Pak JKW juga tidak mau memulai masa jabatannya dengan mengambil keputusan tidak populer dengan menaikkan harga BBM subsidi (baca: mengurangi subsidi BBM). Makanya PDIP yang mengusung Pak JKW yang sebelumnya getol kampanye menolak kenaikan harga BBM kemudian menghadapi buah simalakama antara janji kampanye, keputusan tidak populer dan kebutuhan dana besar dan cepat. Dan untuk mengurangi beban simalakama tersebut maka meminta Pak BeYe untuk menaikkan harga BBM subsidi (mengurangi subsidi BBM) sebelum Oktober 2014 (sebelum pelantikan Presiden baru).
Memang ada pos lain yang bisa diambil untuk mengumpulkan dana segar, besar dan cepat untuk merealisasikan janji-janji kampanye Pak JKW selain mengambil dana dari dana subsidi BBM yang Rp. 224 T, misal :
- Menaikkan pajak
- Pinjaman / hutang luar negeri
- Menjual / menggadaikan asset negara
Tapi dari semua pilihan yang ada, semuanya pil pahit yang harus dipilih. Tinggal lagi Pak JKW mau mengambil pil yang mana.
Jika melihat masa pemerintahan Pak BeYe yang relatif tinggal hitungan hari saja, kecil kemungkinan Pak BeYe akan menaikkan harga bbm, karena butuh persiapan matang atas dampak efek domino dari pengurangan subsidi BBM tersebut. Jadi ada bagusmya memang seperti sekarang; melakukan pengkondisian melalui media agar masyarakat bisa memaklumi jika nantinya memang akan dilakukan pengurangan subsidi bbm. Hanya mungkin sebaiknya dilakukan dengan cara yang lebih cantik dan elegant, tidak grasa-grusu dan provokatif. Mungkin Pak JKW harus belajar elmu Sunyi Sang Resi dari Pak BeYe supaya bisa calm n confident, pelan tapi pasti. Buktinya 10 tahun masa Pak BeYe beberapa kali perubahan harga BBM bersubsidi bisa anteng-anteng saja.
Jadi perlukan subsidi BBM dikurangi ?
Terserah melihatnya dari sisi mana... :)
[caption id="attachment_340114" align="alignnone" width="500" caption="Pak BeYe dan BBM Bersubsidi"]
Yang jelas Pak BeYe dah berkail-kali bilang tidak akan mengurangi sibsidi BBM, karena masih bisa disiasati dengan kontrol supply, dan jika memang nanti akan terjadi "kenaikan harga bbm" dalam waktu dekat ini adalah bukan kenaikan harga bbm, melainkan pengurangan subsidi bbm. Karena yang akan berubah harganya hanya produk-produk PSO yaitu bbm bersubsidi, yaitu Premium dan solar, dan mestinya harga Pertamax dan bahan bakar non subsidi lainnya tidak akan berubah. Dan tampaknya memang akan terjadi di bulan Novermber 2014 seperti yang dilansir disini.
_________________________________________________
Sumber :
- Gambar 3 : Harga minyak mentah rata-rata selama 10 tahun terakhir
- Gambar 4 : Harga minyak mentah rata-rata selama 1 tahun terakhir
- Gambar 5 : Harga minyak mentah rata-rata selama 6 bulan terakhir