"Akal sehat tidak boleh di kalahkan teknologi"
Jhon Maynard Keynes salah satu ahli ekonom asal Ingris mempopulerkan Technological Unemployment atau
Pengangguran teknlogi, yaitu; pengangguran yang terjadi karena efesiensi produksi menggunakan teknologi.
Lalu Habermas dalam pemikirannya bahwa Teknologi modern ternyata bukan "memanusiakan" manusia melainkan sebaliknya semakin memperbudaknya (dehumanisasi). Kalau di tarik lagi ke belakang, Teori Kritis generasi pertama seperti; Adorno dan Horkheimer, sudah pernah membahas ini bahwa; dalam upaya emansipasi era Pencerahan (modern) terlihat dari munculnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang kemudian memungkinkan manusia terlepas dari hambatan-hambatan alamiah dan sosial dan dari segala mitos yang mengkerdilkan manusia.
Lewat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, misalnya dianggap telah berhasil membebaskan manusia dari kekuatan atau ketergantungan pada alam; sehingga yang tercapai kemudian adalah penguasaan yang terorganisir terhadap alam.
Namun seakan menjadi mustahil, gagasan keduannya tertumbuk dalam kebuntuan, lantaran upaya emansipasi itu pada akhirnya tergiring lagi pada mitos demi mitos baru dan berubah menjadi dominasi demi dominasi baru lagi.
Seperti yang terlihat alih-alih membebaskan manusia dengan menguasai alam menurut Adorno dan Horkheimer, justru manusia (subjek) sebaliknya menjadi objek yang di kuasai alam.
Singkatnya, dalam Dialectic of Enlightenment, mereka berdua ingin menunjukan bagaimana pencerahan yang awalnya bergerak untuk membebaskan manusia dari cangkang mitos kemudian ternyata masuk ke cangkang mitos yang lain.
(Baca: Manusia terpesona dengan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan tanpa sadar akhirnya mereka terperangkap dalam jebakan kekuasaan/sistem ilmu pengetahuan dan teknologi yang menguasai seluruh bidang kehidupan manusia)
Dewasa ini, dalam menyongsong Revolusi Industri 4.0 ini semakin memperjelas penghambaan manusia terhadap teknologi. Misalnya, kecanduan akan Gadget; Game,Medsos,dll. Yang berakibat manusia tidak lagi peduli akan lingkungam sekitar/realitas.Â
Bisa dilihat juga bahwa dalam kalangan mahasiswa atau anak-anak muda biasa, sengaja di berikan kesenangan berupa diskon terhadap murahnya harga handphone, murahnya harga pakian atau sepatu yang lagi trending, membuat perlombaan yang tidak mengedukasi, seminar-seminar aneh yang hanya sebagai pertunjukan kehebatan individu (baca: pencitraan), dan lain-lain sebagainya yang saya juga turut merasakannya.
Tetapi apa yang di harapkan dari sini? yah tentu saja, misalnya kita tidak lagi peduli tentang kesalahan pemerintah, kekritisan kita di kebiri oleh undang-undang yang sengaja di buat, tengoklah akhir-akhir ini; buku-buku di bakar, media sebagai jembatan rakyat di kuasai untuk mengontrol pikiran kita dengan propaganda politik dan lebih parahnya adalah generasi hari ini lebih menyukai artikel selangkangan (baca: berita-berita berupa pornografi dll.) daripada membaca artikel/jurnal-jurnal tentang perkembangan ilmu pengetahuan.
Maka dengan ini, tugas kita hari ini adalah bagaimana menjaga keseimbangan arus perkembangan jaman, caranya; membacalah untuk mengetahui sebanyak mungkin dan terus mencari jawaban atas soal-soal realitas lalu menulislah untuk menyadarkan dan memberitahukan kepada dunia tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Mengutip pepatah Ibu Teresa;Â
"Aku adalah pensil kecil di tangan Allah, yang sedang menulis surat cinta ke seluruh dunia".
Oleh karena itu, marilah dari kita semua disini baiknya menjadi manusia yang modern tanpa harus mengurangi rasionalitas sebagai sifat dasar kemanusiaan.
Kiranya kita terus membaca dan menulis. Sebab orang-orang yang terus membaca dan menulis tidak mudah untuk dibodohi (diperbudak).
Sumber:Â
_ Akhyar Lubis dalam buku Pemikiran Kritis KontemporerÂ
_Medium.com:Â
Technological Unemployment: Why Keynes Is More Relevant Than Ever
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H