Jangan lagi menangis manisku
sudahilah engganmu canduku
Waktu itu, Saat Kamu sedang menginginkan hadiah
Maaf, Aku belum menyanggupinya, tentu kamu juga tahu Aku bukan seperti pria di layar kaca
Yang datang dengan bunga mawar kemudian menyamar seperti pujangga
Yang hadir seperti Pangeran seperti dongeng Putri Cindirela
Aku tahu Semua perempuan kemungkinan besar berhak untuk kecewa, kalau tidak mendapatkan itu
Hanya saja Aku tidak akan mengorbankan Kamu demi lelucon semacam itu
Lelucon? yah tentu saja, Kamu harus menyadarinya.
Jangan menangis manisku
Sudahilah sedihmu tawaku
Yakinlah Pria-pria itu akan merasa kata-kata cinta mereka akan berhasil jika matamu berkaca atau pipimu memerah
Tapi mereka enggan dan melupakan keindahan dalam bercinta
Bahwasanya cinta tidak akan mudah di mengerti dan cinta tak harus di mengerti
Jika sudah pada hati yang sepenuhnya
Tengoklah ke sana, lihatlah mereka, mereka sedang mencoba memainkan drama bukan?
Pengkhianatan terhadap rasa dan miskinnya kejujuran
Aku harap Kamu sama dengan ku soal ini
Jangan menangis manisku
sudahilah mendungmu langitku
Aku tak bisa menulis dengan indah
Untuk mengungkapkan bahwa inilah cinta
Atau juga tak pandai mengungkapkan dengan nada layaknya pujangga
Karena Kamu pun mengetahui
Bahwa cinta bukan berasal dari kata, atau cinta bukan sekedar kata, melainkan sebaliknya
Dari hati yang sedang merasanya
Sebab puisi ini tidaklah puitis tanpa mata hati mu membacanya
Karena Aku tak ingin Kamu sekedar menjelma menjadi kata, sebisanya lebih daripada itu
Aku ingin mencinta mu dengan sederhana.
Jangan lagi menangis manisku
sudahi lelahmu senjaku
Ohoijang, 20 Februari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H