Mohon tunggu...
Giovani Walewawan
Giovani Walewawan Mohon Tunggu... Seniman - Seorang penjelajah yang merasa tersesat di jalan yang benar

Ad Infinitum

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seperti Kuburan di Perkantoran

4 Februari 2019   18:45 Diperbarui: 4 Februari 2019   19:05 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mari bercerita...!!!


Ada sebuah tempat yang paling menyeramkan, jika melintas di depannya kalian akan mendengar suara-suara mesin-mesin berbicara dengan bahasa yang kita tidak mengerti (Seperti Syair Soe Hoek Gie ya) 

dan jika melintas ke sana maka ada satu kata LAWAN...!!! (Kalau ini pasti om Wiji thukul)

Menurut cerita yang beredar luas, ada beberapa hantu yang sudah lama menghantui hingga membuat semua orang di sekitar merasa resah dan bertanya-tanya, dan lebih parah nya lagi ada yang bahkan takut sampai ke sana. padahal tempat itu pada awal di buka sangat ramai penuh dengan senyuman,tertawa-tertawa, semangat setengah. Kami dari tim KPK (Kaum Penulis Kebenaran) mencoba menelusuri tempat tersebut, mencari kebenaran akan mitos yang sudah lama menjadi momok masyarakat sekitar. dari beberapa saksi yang pernah ke sana mengatakan: 

Udin: "di sana sudah berhawa dingin, tempat itu sudah di penuhi beberapa laba-laba yang sedang menyulam nirlaba. jangan pernah ke sana.!"

Joko: "di sana gelap bahkan sinar matahari pun takut masuk bersinar, terlalu berat biar aku saja." (kalau saksi yang ini pasti pernah nonton film Dilan)
Lalu dengan sisa-sisa keberanian yang ada, saya dan teman saya memberanikan diri untuk ke sana, tetapi sesuai perjanjian nyali yang sudah kita sepakati berdua, kita tidak akan masuk sampai ke dalam."Cukup di depan saja...!!!" (Sambil teriak saya mencoba mengusir takut)

dengan langkah-langkah kaku, dan perasaan ragu-ragu di selumuti hati yang hampir membatu kami terseok-seok mengatur alur ke tujuan.
Dalam perjalanan, kami menemui beberapa tikus galak dengan suara-suara membahana di udara menggelegar hingga menembus dinding-dinding telinga, dengan gertakan seduhan amarah (maksudnya di sini berpura-pura marah) tikus itu berkata: "Pulanglah hey kalian jangan main di sini" tetapi tekad kami sudah bulat niat kami sudah kotak pikiran kami sudah segitiga, maka tak peduli kiri,kanan,atas,bawah, kami akan terus ke maju ke depan. (Sekedar berbagi pasword GTA)

Melihat keberanian kita tikus tua itu akhirnya memilih pergi dan kita terus melanjutkan perjalanan, Hingga tiba lah kami di sebuah perempatan. Perempatan yang sunyi,senyap di sepanjang asmara di terpa nestapa, dua kelapa.(Asmara,Terpa nestapa,Dua kelapa adalah nama jalan yang kami lalui) 

Sampai lah kami pada tujuan dan betul apa yang telah di katakan beberapa saksi yang kami temui tadi. (kecuali tikus galak)
Terlihat di sana sudah seperti kuburan sangat seram karena terlalu sepi.

"mayat-mayatnya sudah lama pergi liburan nak, kembalilah pada tanggal muda nanti"  

ujar papan nama tua yang sudah tertanam lama di situ.

"Oh sungguh luar biasa tempat ini seperti kuburan di perkantoran" 

Cukup dalam hati saja saya berkata begini, karena kalau keluar bisa bahaya, soalnya pada saat liburan hantu-hantu ini katanya jarang absen, jadi kalau ada yang tiba-tiba dengar kan bahaya.
Ini cerita ku mana cerita kamu?

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun