Dengan menyebut nama-Mu yaa RoobÂ
yang maha pengasih lagi maha penyayang
Aku melangkah kembali menuju mihrab tuhanÂ
dengan haqqul yakin yang banjir harapan harapan
 jua janji-Nya selaksa partikel kekuatan;Â
"Bukankah Kami telah melapangkan dadamu,
menurunkan beban yang melekat padamu,
Bahkan dengan kekuasaan-Ku Kujadikan tinggi sebutan namamu"
Oh..Tuhanku yang maha pengasih lagi penyayang,Â
Bodohnya diri ini akan segala yang engkau tetapkan padakuÂ
Berhenti berharap dengan keegoisanku.
Terhenti, termenung nan buntu.Â
"Maka sesungguhnya Bersama kesulitan ada kemudahan,
 maka bekerjalah lebih keras lagi dan hanya kepada tuhanmulah tempatmu berharap."
Inikah yang namanya anugerah?
Serupa labirin hitam yang membuka arah
Tatkala kupu kupu cantik lahir dari ulat melata, kepongpong yang lemah.Â
Wahai rabbku tidak ada lagi harapan selain kepada-Mu,Â
Tunjukanlah hamba jalan yang lurusÂ
Yaitu jalan orang-orang engkau beri rahmat
Bukan jalan orang-orang yang sesat
Engkau jadikan keyakinan sebagai anugerahku
Maha benar engkau dengan segala firman-Mu.
                  Malang, 06, juni, 2022.
Ctt: puisi lanjutan dari serie yang pertama (judul: Secercah Harapan Ad-Duha).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H