Mohon tunggu...
Sigit Purnomo
Sigit Purnomo Mohon Tunggu... -

Tinggal di Mlati Sleman

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Harga Tiket KA Tak Setinggi Rinduku

28 Maret 2015   14:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:52 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai sebuah keluarga, hidup berpisah bukanlah sebuah harapan. Idealnya sebuah keluarga mereka hidup dalam satu tempat tinggal. Entah di rumah kontrakan, rumah milik keluarga, atau juga rumah bantuan BMT (bantuan moro tuo), syukur-syukur di gubug miliknya sendiri. Hidup berjauhan juga dulu tidak terbayangkan sebelumnya, apalagi pada masa-masa awal membangun keluarga.

Berkumpul dengan keluarga, isteri dan anak menjadi sebuah cerita yang tak ada habisnya. Sepulang kerja misalnya, isteri sudah menunggu. anak-anak tampak gembira menyambut kedatangan sang ayah. Setiap hari bisa bercakap--cakap dengan isteri, yang tentunya sarat dengan suasana hati yang tentram, nyaman dan senang. Setiap hari juga dapat bercanda dengan anak-anak, polah tingkah, senyum dan tangisnya pun menjadi penyemangat kerja. Meski zaman sekarang dengan peralatan komunikasi bisa saja berbincang dan bergurau setai saat bahkan hari. Namun kehadiran atau berkumpulnya seorang ayah, isteri dan anak-anaknya akan menciptakan peluang keberkahan yang lebih banyak.

Berjauhan memang bukan pilihan. banyak faktor yang bisa menjadikan sebuah keluarga harus terpisah jarak. karena ekonomi. SI Ayah atau si ibu harus merantau untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga. karena tuntutan profesi sehingga mengharuskan memilih tinggal sendiri di kontrakan yang jauh dari sanak keluarga demi menuntut ilmu yang menunjang profesinya. Ada juga karena bisnisnya. bagi mereka yang mengalami itu, mungkin juga tidak terbayangkan harus begini (berjauhan) jadinya.

Demikian juga penulis. Ia kini tinggal di Jogja, sedangkan sang isteri menjadi guru SMA di sebuah kota kecil di JAwa Timur. Dan kini keduanya berjauhan, kadang sebulan sekali baru bisa ketemu, kadang dua minggu harus menunggu. Anaknya sempat ikut ayahnya kurang lebih satu tahun, dengan harapan isteri terus mencoba untuk dapat mutasi ke tanah kelahirannya, jogja. Namun sampai saat ini Sang Pemegang Rahasia langit dan bumi belum mengabulkan keinginan tersebut.

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun