Ada rindu yang hanya bisa ku ucapkan lewat doa.
Ada kasih dan sayang yang hanya bisa ku titipkan kepadanya, sang Penguasa Semesta.
Hati ini kalut ketika mengingat bagaimana dulu keseharian ku hingga harus melepas kepergianmu.
Langit,
Jika ku melihat Langit, akupun bergumam dalam hati...
"Apakah benar Bunda sedang memperhatikanku?"
Aku-pun berharap, kau sedang melihatku dari Surga.
Lalu ku tersenyum.
Memiliki rasa rindu yang membandel dan tak juga pergi ternyata sesakit ini.
Kini ku mengerti, yang mampu membuat ketenangan dan ketentraman dalam jiwa hanyalah sebuah doa.
Dimana melalui doa, kegundahan dalam hati menghilang dan apa yang terucap akan sampai padamu.
Kasih Ibu,
tak terhingga sepanjang masa, benar adanya.
Raga tidak pernah menghalangimu untuk memercikan sebuah sinar yang terang untukku lalui.
Kupercaya ada hadiah indah yang kau berikan berupa kebahagiaan yang dapat mewarnai hari-hariku, kebahagiaan yang dari dulu ingin kau lihat dariku.
Pesan singkat yang selalu ku kirim dan berharap kau dapat membalasnya meskipun hanya lewat mimpi.
Bagaimanapun...
Dunia yang fana memang mampu menghalangi.
Tapi doa dan cinta dariku untukmu akan selalu menyertai.
Ibu, yang selalu menerimamu pulang dalam setiap kegagalan juga kehancuran.
Selamat Hari Ibu, Bun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H