Mohon tunggu...
Gita Yulia
Gita Yulia Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer | SEO Content Writer

I am a learning person who enjoys sharing reviews about phenomena that occur in the universe. Hopefully what is shared will bring blessings to me and be useful for many people.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Fenomena Sharenting: Antara Eksistensi Parentsfluencer dan Krisis Pemikiran Kritis

22 Desember 2024   10:26 Diperbarui: 22 Desember 2024   22:16 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Munculnya Kidsfluencer dan Eksploitasi Anak

Anak-anak yang menjadi kidsfluencer menghadapi risiko besar. Mereka kehilangan privasi dan terjebak dalam rutinitas 'kerja' yang seharusnya bukan tanggung jawab mereka.  

Contohnya, beberapa anak yang viral di medsos karena konten lucunya. Pada saat anak mulai merasa lelah, sang ibu tetap memaksanya dengan alasan 'followers menunggu' atau 'buat uang jajannya dia juga'

Bahkan pada beberapa kasus, banyak anak yang menjadi kidsfluencer mengalami penurunan kebahagiaan akibat tekanan konten.

Melansir laman Unair, pada Minggu (22/12), menurut Pakar psikolog anak Universitas Airlangga (Unair), Dr Nur AIny Fardana, eksploitasi anak berarti menghilangkan hak-hak yang semestinya mereka miliki. 

Maka dalam pembuatan konten, penting untuk memastikan bahwa anak yang bersangkutan tidak tertekan dan merasa nyaman. 

Kemudian, hal yang perlu dipertimbangkan lainnya, yaitu terkait privasi anak yang bisa saja disalahgunakan di kemudian hari, sehingga anak menjadi korban perundungan atau lain sebagainya.

Melansir Theweek.In, pada Minggu (22/12), dengan semakin meningkatnya kemampuan AI, sharenting yang memicu terbentuknya kidsfluencer ini akan berbahaya karena orang tua menyimpan galeri digital anak sejak kecil. 

Bukan hanya perundungan, AI berpotensi disalahgunakan oleh para pelaku kejahatan, seperti halnya pelecehan seksual oleh para pedofil dan lain sebagainya. 

Dengan demikian fenomena sharenting ini harus disikapi dengan bijak, agar di samping menghasilkan dampak yang positif, dampak negatifnya dapat diminimalisir. (cmiiw) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun