Di India, terdapat salah satu kota yang menjadi pusat miliader, namun fasilitas dasarnya kurang memadai. Sehingga dijuluki sebagai kota paling bikin stres di dunia.Â
India sendiri merupakan negara dengan kota terbanyak di dunia, yaitu mencapai 396 kota dan 40 kota di antaranya menampung penduduk lebih dari 1 juta jiwa.Â
Adapun, kota terpadat di India tersebut yaitu Mumbai, total penduduknya mencapai 12,6 juta jiwa. Bahkan, menurut laporan World Population Review, Mumbai menduduki peringkat ke-5 terpadat di dunia.Â
Melansir YouTube Sepulang Sekolah, pada Minggu (24/11/2024), alasan paling krusial dari kepadatan tersebut karena kota ini menjadi tempat banyak peluang hidup, sehingga dijuluki Land of Opportunities.Â
Masih merujuk sumber yang sama, menurut laporan New World Wealth pada 2018, Mumbai memiliki total kekayaan mencapai $900 miliar, sehingga Mumbai menjadi kota terkaya ke-12 di dunia.Â
Bahkan, berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) Kota Mumbai berkontribusi sekitar 6,16% terhadap total PDB nasional India.
Oleh karenanya, Mumbai menjadi pusat finansial dan komersial India. Bahkan, banyak perusahaan besar skala nasional dan internasional mendirikan kantor di sana.Â
Tak heran, Mumbai juga menjadi rumah bagi 39 miliarder. Bahkan, menjadi kota dengan populasi miliarder terbanyak kesembilan di dunia.Â
Selain itu, industri hiburan terbesar seperti Bollywood pun berpusat di Mumbai, Bollywood sendiri bergerak di bidang perfilman India, yang merupakan gabungan dari kata Bombay (nama lama Mumbai) dan Hollywood.Â
Bollywood ini dikenal dengan film-filmnya yang bertema kisah cinta dramatis, musikal, dan tarian yang rumit. Oleh karenanya hal ini menjadikan Mumbai sebagai salah satu tujuan wisata populer.
Oleh karenanya, tak hanya dihuni oleh penduduk asli setempat, Mumbai juga didatangi masyarakat urban daerah India menggantungkan nasib maupun para pengunjung dengan maksud berwisata.Â
Dengan demikian, populasi di kota Mumbai semakin bertambah dari tahun ke tahun, Bahkan menciptakan persoalan serius, terutama berkaitan dengan kesenjangan sosial. Bahkan dijuluki kota paling stres se dunia.Â
Dalam hal ini, Mumbai memiliki kawasan kumuh. Sekitar 60% dari total populasi Mumbai tinggal di kawasan ini. Kawasan kumuh terbesar adalah Dharavi, yang merupakan kawasan kumuh terluas di Asia.Â
Menurut sejarahnya, Dharavi sudah ada sejak zaman kolonial Inggris, ketika pekerja pabrik diusir dari semenanjung Mumbai dan terpaksa mendirikan pemukiman miskin.
Sanitasi di kawasan kumuh sangat buruk. Menurut Human Development Report (2006), hanya terdapat satu toilet untuk setiap 1.440 orang di Dharavi.Â
Meski saat ini, jumlahnya turun menjadi satu toilet untuk 81--277 orang. Kondisi tersebut tetap memprihatinkan.Â
Lebih lanjut, di Kota Dharavi, Mumbai ini, akses air bersih juga terbatas sehingga penduduk daerah sana harus mengantri panjang untuk mendapatkan pasokan tambahan dari tanker.
Selain itu, Kemacetan di Mumbai juga menjadi salah satu penyumbang tingkat kesetresan bagi penduduknya. Menurut DNA India, setiap kilometer persegi jalan di Mumbai dipenuhi oleh 510 mobil.Â
Kondisi tersebut tentunya diperparah dengan kurangnya infrastruktur jalan yang memadai, sehingga angka kecelakaan lalu lintas pun melambung tinggi.
Jika dibandingkan dengan Lagos, Nigeria, dan kota-kota lainnya, yang juga memiliki kawasan kumuh besar, Mumbai memiliki angka populasi kumuh yang jauh lebih besar.Â
Bahkan, kawasan Makoko di Lagos dihuni oleh sekitar 250.000 orang, sementara itu, Dharavi sendiri menampung lebih dari 1 juta penduduk.Â
Tentunya, Pertumbuhan pesat kota ini juga membawa dampak buruk bagi lingkungan. Termasuk emisi dari gedung-gedung tinggi dan kendaraan yang terus bertambah memperburuk kualitas udara.
Pada gilirannya, hal tersebut menambah beban hidup bagi penduduk, sehingga kesenjangan sosial antara miliader dan penduduk miskin yang kekurangan fasilitas dasar semakin terlihat.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI