Oleh karenanya, tak hanya dihuni oleh penduduk asli setempat, Mumbai juga didatangi masyarakat urban daerah India menggantungkan nasib maupun para pengunjung dengan maksud berwisata.Â
Dengan demikian, populasi di kota Mumbai semakin bertambah dari tahun ke tahun, Bahkan menciptakan persoalan serius, terutama berkaitan dengan kesenjangan sosial. Bahkan dijuluki kota paling stres se dunia.Â
Dalam hal ini, Mumbai memiliki kawasan kumuh. Sekitar 60% dari total populasi Mumbai tinggal di kawasan ini. Kawasan kumuh terbesar adalah Dharavi, yang merupakan kawasan kumuh terluas di Asia.Â
Menurut sejarahnya, Dharavi sudah ada sejak zaman kolonial Inggris, ketika pekerja pabrik diusir dari semenanjung Mumbai dan terpaksa mendirikan pemukiman miskin.
Sanitasi di kawasan kumuh sangat buruk. Menurut Human Development Report (2006), hanya terdapat satu toilet untuk setiap 1.440 orang di Dharavi.Â
Meski saat ini, jumlahnya turun menjadi satu toilet untuk 81--277 orang. Kondisi tersebut tetap memprihatinkan.Â
Lebih lanjut, di Kota Dharavi, Mumbai ini, akses air bersih juga terbatas sehingga penduduk daerah sana harus mengantri panjang untuk mendapatkan pasokan tambahan dari tanker.
Selain itu, Kemacetan di Mumbai juga menjadi salah satu penyumbang tingkat kesetresan bagi penduduknya. Menurut DNA India, setiap kilometer persegi jalan di Mumbai dipenuhi oleh 510 mobil.Â
Kondisi tersebut tentunya diperparah dengan kurangnya infrastruktur jalan yang memadai, sehingga angka kecelakaan lalu lintas pun melambung tinggi.
Jika dibandingkan dengan Lagos, Nigeria, dan kota-kota lainnya, yang juga memiliki kawasan kumuh besar, Mumbai memiliki angka populasi kumuh yang jauh lebih besar.Â
Bahkan, kawasan Makoko di Lagos dihuni oleh sekitar 250.000 orang, sementara itu, Dharavi sendiri menampung lebih dari 1 juta penduduk.Â