Dalam dunia literasi, tidak semua karya adalah hasil kreativitas pribadi yang murni dari penulis yang tertera namanya di sampul. Di balik beberapa karya terkenal, ada sosok tak terlihat yang berperan penting dalam proses kreatif, alias ghost writer.Â
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan kritis tentang keaslian karya, etika, dan bagaimana popularitas dapat "membeli" sebuah karya tanpa pengakuan publik terhadap penulis sejatinya.
Ghost Writer dan Sejarahnya
Ghost writer adalah individu yang menulis atas nama orang lain, di mana penulis sebenarnya tidak tercantum dalam publikasi. Praktik ini sudah ada sejak zaman Yunani dan Romawi, ketika para pemimpin militer dan politik sering kali mempekerjakan penulis bayangan untuk menyusun pidato atau naskah penting mereka.
Di era modern, ghost writing meluas ke berbagai sektor, termasuk musik, politik, dan industri kreatif lainnya, bahkan hingga ke blog selebriti dan buku-buku best-seller.
Faktor utama yang menyebabkan keberadaan ghost writer adalah kebutuhan untuk menjaga citra, tekanan pasar, serta keterbatasan waktu dan keterampilan tokoh-tokoh publik.Â
Banyak selebriti, politikus, atau pengusaha yang membutuhkan konten berkualitas tinggi untuk membangun personal branding, tetapi tidak memiliki waktu atau kemampuan menulis yang memadai.Â
Di sinilah ghost writer mengambil peran sentral, menjadi jembatan antara ide-ide besar dan realisasi karya.
Dampak Positif Ghost Writing
Ghost writer berperan penting dalam menghasilkan karya yang mungkin tidak pernah terwujud tanpa keterlibatan mereka. Banyak buku, terutama non-fiksi yang ditulis oleh tokoh publik, bisa saja tidak selesai jika tidak ada bantuan dari penulis profesional.
Mereka membantu mengubah ide-ide yang kompleks menjadi narasi yang terstruktur dan menarik, sehingga memberikan manfaat nyata bagi para pembaca.Â
Selain itu, ghost writer memfasilitasi penyebaran gagasan besar yang mungkin tidak bisa tersampaikan dengan baik oleh tokoh publik yang memiliki keterbatasan dalam menulis.Â
Pengalaman hidup atau pemikiran filosofis penting yang seharusnya bisa dibagikan ke khalayak luas menjadi lebih mudah dipahami dan diterima dengan bantuan mereka.Â
Dalam beberapa kasus, ghost writing merupakan sebuah kolaborasi kreatif yang terjaga, di mana ide dari pemilik karya digabungkan dengan kemampuan menulis sang penulis bayangan, sehingga tercipta karya luar biasa tanpa mengambil kredit sepenuhnya.
Dampak Negatif Ghost Writer
Salah satu dampak negatif dari ghost writing adalah krisis keaslian dan kejujuran. Ketika pembaca percaya bahwa sebuah karya merupakan hasil dari pemikiran dan usaha penulis, mereka bisa merasa dikhianati jika mengetahui kenyataannya.Â
Ini menimbulkan pertanyaan etis: apakah layak seseorang menerima pujian atas karya yang tidak ditulisnya sendiri? Selain itu, ghost writing juga dapat mengurangi nilai kreativitas.Â
Kreativitas yang seharusnya merupakan ekspresi individu justru berubah menjadi komoditas yang diperjualbelikan, mengaburkan batas antara seni dan industri, serta antara karya asli dan produksi massal.Â
Di sisi lain, ketidaksetaraan dalam dunia kepenulisan juga menjadi masalah. Ghost writer seringkali tidak mendapatkan pengakuan yang pantas, meskipun banyak dari mereka bekerja keras menulis buku yang menginspirasi banyak orang.Â
Bahkan, dalam beberapa kasus, mereka terikat oleh perjanjian yang melarang mereka mengklaim hasil karya mereka sendiri.
Apakah AI Ghost Writer Modern?
Dengan perkembangan teknologi, AI mulai menggantikan peran ghost writer dalam beberapa aspek. AI dapat menghasilkan tulisan secara otomatis berdasarkan input tertentu. Namun, apakah AI bisa dianggap sebagai ghost writer?Â
AI tidak memiliki kesadaran, kreativitas personal, atau pengalaman hidup, sehingga karya yang dihasilkannya lebih menyerupai proses otomatis daripada refleksi kreativitas manusia.Â
Namun, penggunaannya menimbulkan tantangan baru dalam hal keaslian, karena semakin banyak penulis atau pengusaha yang menggunakan AI untuk menghasilkan konten tanpa mencantumkan keterlibatan teknologi tersebut.
Solusi dan Jalan Tengah
Transparansi adalah solusi paling etis dalam menghadapi fenomena ghost writing. Menyebutkan ghost writer sebagai co-author atau memberikan kredit secara terbuka adalah salah satu cara untuk menjaga integritas sebuah karya.Â
Beberapa penulis sudah mulai menerapkan langkah ini, memberikan kejelasan kepada pembaca mengenai siapa saja yang terlibat dalam proses kreatif.
Di sisi lain, industri penerbitan juga dapat memberlakukan standar yang lebih jelas terkait peran ghost writer.Â
Dengan meningkatkan kesadaran tentang praktik ini dan memberikan apresiasi yang layak kepada penulis bayangan, ghost writing bisa dilakukan tanpa harus mengorbankan kejujuran dalam dunia literasi. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H