Mohon tunggu...
Gita Yulia
Gita Yulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

I am a student of Journalistic Communication Studies, I actively read and share writing on several online media sites, both in the form of light articles, short stories, poetry and short opinions related to actual interesting issues. The reason I joined Kompasiana was because I was interested in the various features available to spread kindness to the public

Selanjutnya

Tutup

Financial

5 Alasan Orang Kaya Melintang Masih Berutang

5 Oktober 2024   11:15 Diperbarui: 6 Oktober 2024   11:22 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kekayaan Ahmad Dhani, Ilustrasi warganet yang mempertanyakan tentang utang anggota DPR (Sumber: Postingan Tempo.co/Instagram) 

Baru-baru ini, pelantikan anggota DPR periode 2024-2029 menjadi sorotan publik. Sebanyak 580 anggota DPR RI dari delapan partai resmi dilantik dan diambil sumpah jabatannya, bersamaan dengan pelantikan 152 anggota DPD RI. 

Banyak warganet skeptis dan mempertanyakan motif para selebritis dan pengusaha dengan kekayaan maupun populeritas tinggi, justru mengincar kursi dewan yang gajinya relatif kecil dibandingkan dengan pendapatan dunia bisnis dan hiburan.

Pasalnya, menurut Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2000, gaji pokok Ketua DPR sebesar Rp 5.040.000 per bulan, Wakil Ketua DPR Rp 4.620.000, dan anggota DPR Rp 4.200.000. serta anggota dewan lainnya pun gajinya tidak jauh berbeda.

Lantas, mengapa para selebriti dan pengusaha kaya ini tertarik menjadi anggota DPR? Apakah mereka mengejar tunjangan lain atau ada ambisi kekuasaan dan pengaruh lainnya? 

Lagi, lagi di negara yang konon katanya demokratis, alasan simpelnya adalah hak politik atau mungkin meningkatkan kesejahteraan yang entah itu kesejahteraan siapa, harapan baiknya yaitu masih kesejahteraan semua rakyat. 

Selain soal motif, perhatian masyarakat juga tertuju pada laporan harta kekayaan anggota dewan yang dirilis oleh situs LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara ) KPK, mayoritas anggota dewan memiliki kekayaan melintang disertai dengan utang. 

Menariknya, masih banyak warganet yang mempertanyakan mengapa orang kaya masih berutang, Berikut ini, kita bahas dengan penjelasan yang sederhana di sini. 

Perbedaan Hutang, Utang dan Piutang

Sebelum membahas mengenai alasan kenapa orang kaya masih memiliki utang, terlebih dahulu kita mesti membedakan hutang, utang dan piutang yang kerap kali keliru penggunaannya. 

Hutang adalah bentuk kata tidak baku dari utang, Menurut KBBI (Kamus besar Bahasa Indonesia, Utang adalah uang yang dipinjam dari orang lain atau kewajiban membayar kembali apa yang sudah diterima. Sementara, piutang adalah uang yang dipinjamkan atau yang dapat ditagih kepada orang lain. 

Dalam ilmu Akuntansi, utang dan piutang memiliki beragam perbedaan ditinjau dari aktivitas, penggunaan, perbedaan nilai, aturan yang berlaku, hak milik, jenis bunga dan jenis penggunaan. 

Namun pada intinya, utang adalah peminjaman baik itu berupa uang atau lainnya dari sudut orang yang meminjam, sementata piutang adalah peminjaman baik itu berupa uang atau lainnya dari sudut orang yang meminjamkan. 

Jenis Utang Secara Garis Besar

Berdasarkan catatan LKHPN, yang tertulis adalah utang, berarti yang dimaksud adalah meminjam bukan meminjamkan. Namun ada dua jenis utang yang perlu diketahui, yaitu utang untuk menutupi kekurangan dan utang untuk memperoleh keuntungan. 

Dilansir dari Bank Neo Commerce, utang dibagi menjadi dua, yaitu; utang produktif dan utang konsumtif. Utang produktif digunakan untuk investasi atau meningkatkan penghasilan, seperti membuka usaha atau membeli peralatan bisnis. 

Sebaliknya, utang konsumtif digunakan untuk kebutuhan sehari-hari atau keinginan gaya hidup pribadi, seperti belanja barang, makanan enak atau liburan.

Alasan Orang Kaya Tetap Berutang

Bagi para anggota DPR yang kaya, kemungkinan besar utang mereka adalah utang produktif. Berikut beberapa alasan mengapa orang kaya memilih utang produktif. 

1. Menggunakan Leverage untuk Memaksimalkan Keuntungan

Leverage, atau pemanfaatan utang untuk meningkatkan potensi keuntungan, adalah strategi umum di kalangan orang kaya. Mereka meminjam uang untuk meningkatkan skala investasi, seperti membeli properti yang diharapkan naik nilainya. 

Dengan leverage, mereka bisa mendapatkan keuntungan lebih besar daripada jika menggunakan uang pribadi. 

2. Diversifikasi Risiko

Orang kaya menggunakan utang untuk diversifikasi investasi tanpa harus melepaskan likuiditas mereka. Jika satu investasi tidak berjalan dengan baik, mereka masih punya cadangan dari investasi lainnya.

3. Memanfaatkan Suku Bunga Rendah

Saat suku bunga rendah, meminjam uang menjadi lebih murah dan menguntungkan. Mereka memanfaatkan kondisi ini untuk membiayai proyek atau usaha dengan biaya rendah, sehingga potensi keuntungan bisa jauh lebih besar.

4. Keuntungan Pajak

Bunga utang yang dibayar untuk keperluan bisnis dapat dikurangkan dari pendapatan kena pajak, sehingga mengurangi beban pajak. Ini membuat utang menjadi alat strategis untuk mengurangi kewajiban pajak.

5. Menjaga Likuiditas Keuangan

Utang memungkinkan orang kaya menjaga likuiditas mereka sehingga tetap punya dana cadangan jika ada peluang investasi atau kebutuhan mendesak, tanpa harus menjual aset.

Lantas, Bagaimana dengan Utang Negara, Produktif atau Konsumtif?

Pada Juni 2024, utang pemerintah Indonesia tercatat sebesar Rp 8.444,87 triliun. Utang negara umumnya digunakan untuk mendanai proyek infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan, yang bertujuan meningkatkan produktivitas ekonomi. 

Namun, dengan bertambahnya tahun ke tahun dan fluktuasi nilai ekonomi, jelas menimbulkan banyak kekhawatiran terkait keberlanjutan pembayaran utang di masa depan.

Mengenai utang negara ini, tidak berarti bahwa Indonesia merupakan negara kaya, ini tergantung bagaimana utang dikelola dengan baik sehingga meningkatkan kekayaan atau justru memperluas kemiskinan. 

Demikian itulah penjelasan mengenai utang dan mengapa orang kaya masih berutang. Adapun dengan utang Indonesia, semoga menjadi utang produktif (*) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun