Mohon tunggu...
Gita Yulia
Gita Yulia Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer | SEO Content Writer

I am a learning person who enjoys sharing reviews about phenomena that occur in the universe. Hopefully what is shared will bring blessings to me and be useful for many people.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Itu Tagar Desperate di LinkedIn? Kenali Dampak Baik dan Buruknya bagi Jobseekers!

3 Oktober 2024   22:51 Diperbarui: 9 Oktober 2024   21:03 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi trendingnya #desperate di LinkedIn (Tangkapan Layar/Piontr Kepka/LinkedIn) 

Dalam dunia pencarian kerja yang semakin kompetitif, LinkedIn menjadi salah satu platform profesional terbesar dan populer bagi para jobseekers untuk mempromosikan diri dan mencari peluang pekerjaan, baik sifatnya lokal, nasional hingga internasional. 

Salah satu fenomena yang muncul baru-baru ini yaitu penggunaan bingkai #Desperate di foto profil LinkedIn, yang dicetuskan oleh Courtney Summer Myers, seorang milenial akhir berusia 28 tahun. 

Tanda tersebut dipasang di bawah foto profil, mirip dengan spanduk resmi LinkedIn, seperti halnya #Hiring dan #OpenToWork. Tak disangka, tagar tersebut berhasil menarik perhatian lebih dari 395.000 orang di platform tersebut.

Dilansir dari Forbes (03/10/2024), Courtney memulai tren ini setelah diberhentikan dari pekerjaannya sebagai desainer grafis pada November lalu. Kemudian ia melamar sekitar 30 pekerjaan setiap hari, namun belum juga mendapatkan hasil yang diharapkan. 

Hal tersebut membuatnya, terinspirasi untuk membuat  tagar "despirate" berwarna ungu cerah. Melalui aksi kreatifnya, perempuan berdarah Inggris ini berhasil menonjolkan diri di antara kandidat-kandidat lain, yang pada umumnya memakai bingkai #OpenToWork.

Kemudian aksinya menjadi tren baru yang banyak diikuti dan menjadi topik hangat di kalangan jobseekers dan rekruter, baik itu orang-orang yang sengaja mencari ketenaran  hingga orang yang berada di titik putus asa sebenarnya. 

Salah satu orang yang turut mempopulerkan tren ini yaitu Hanna McFadyn, Jobseeker wanita berusia 22 tahun tersebut memasang tanda #Desperate, Namun ia tetap mempertahankan ekspektasi gaji layak dan tidak ingin diperlakukan buruk oleh perusahaan. 

Pendekatan kreatif ini mendapat pujian dari pakar pemasaran, Seth Godin, yang membandingkannya dengan konsep "purple cow, " sesuatu yang luar biasa dan tidak bisa diabaikan. 

Seperti dampak yang dirasakan Courtney, Menurut Godin, pencari kerja yang berani mengambil pendekatan berbeda akan lebih mudah menarik perhatian dibandingkan mereka yang mengikuti cara konvensional.

Namun, jika kamu tertarik mengikutinya, penting untuk memahami baik dan buruknya dampak dari penggunaan tagar ini, serta implikasinya dalam konteks psikologi dan personal branding.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun