Inflasi pada sektor pendidikan yang tercatat sebesar 0,65% pada Agustus 2024 oleh BPS disebabkan oleh kenaikan biaya pendidikan di berbagai jenjang, termasuk SD, sekolah menengah, hingga perguruan tinggi.Â
Sekolah swasta yang mendominasi kualitas pendidikan di Indonesia sering kali menjadi pilihan utama, tetapi biayanya tidak terjangkau bagi keluarga berpenghasilan rendah.
Penelitian dari SMERU Research Institute (2023) menunjukkan bahwa meskipun beberapa sekolah negeri telah meningkatkan fasilitas, mereka masih tertinggal dalam metode pengajaran dan kualitas pengajaran dibandingkan sekolah swasta.Â
Akibatnya, di era yang serba kompotitif ini, para alumni negeri yang fasilitas dan pembelajarannya masih belum update dengan tuntutan dunia kerja, harus lebih mendiri mengembangkan kemampuan dan memperluas jariangan.Â
3. Program Beasiswa: Masih Belum Tepat Sasaran
Program beasiswa sering dianggap sebagai solusi atas ketidakadilan akses pendidikan, tetapi implementasinya masih jauh dari harapan.Â
Menurut laporan Kemendikbudristek tahun 2024, hanya 60% beasiswa yang tepat sasaran bagi siswa dari keluarga kurang mampu. Ada banyak kasus di mana beasiswa diberikan kepada siswa yang tidak benar-benar membutuhkan bantuan finansial.Â
Terkadang masih terdapat verifikasi berkas yang datanya dimanipulasi, namun berhasil lolos seleksi.Â
Survei Transparency International Indonesia tahun 2024 menemukan bahwa 45% calon penerima beasiswa menganggap proses seleksi tidak transparan dan tidak adil. Hal ini menyebabkan siswa yang membutuhkan sering kali terabaikan.Â
4. Implementasi Kurikulum Merdeka, Antara Teori dan Realita
Kurikulum Merdeka, yang diluncurkan pada tahun 2021, bertujuan untuk memberikan fleksibilitas bagi sekolah dalam menyesuaikan metode pengajaran. Namun, hingga 2024, pelaksanaannya masih mengalami berbagai kendala.Â