Tren yang terus-menerus menampilkan sisi romantis dari sebuah hubungan, tanpa menampilkan realitas yang sebenarnya, dapat menciptakan ilusi tentang bagaimana sebuah hubungan seharusnya berjalan.
5. Dampak pada Remaja under Age
TikTok, dengan demografi pengguna yang didominasi oleh remaja, menghadirkan tantangan khusus bagi mereka yang belum cukup umur (under age). Karena tren romantis dan bahkan seksual dapat memengaruhi cara pandang remaja terhadap hubungan tanpa kedewasaan emosional.Â
Ketidakdewasaan emosional ini dapat mengarahkan mereka pada pemahaman yang salah tentang peran dan standar hubungan. Oleh karena itu, edukasi yang tepat tentang hubungan yang sehat menjadi sangat penting bagi remaja.Â
6. Pasar Konsumtif dan Doom Spending
Viralnya tren romantis di TikTok juga mendorong perilaku konsumtif. Banyak produk, seperti hadiah romantis, perhiasan, dan bunga, dipasarkan secara agresif kepada pengguna, yang sering kali merasa tertekan untuk membelinya demi mengikuti tren.
Fenomena ini dikenal sebagai doom spending, yaitu pengeluaran yang berlebihan untuk memenuhi ekspektasi sosial yang dibentuk oleh media sosial.
Generasi muda, yang kebanyakan belum memiliki kestabilan finansial, menjadi korban utama dari fenomena ini. Mereka terjebak dalam siklus konsumsi yang tidak berkelanjutan, yang pada akhirnya bisa merusak kesejahteraan finansial mereka.
7. Standar Pasangan yang Terlalu Tinggi
Konten yang memperlihatkan momen-momen romantis sempurna, hadiah mahal, dan kejutan istimewa menciptakan standar yang tidak realistis tentang hubungan.Â
TikTok memperkuat ilusi ini, seolah-olah sebuah hubungan harus selalu dipenuhi oleh kejutan besar dan momen tak terlupakan. Akibatnya, banyak pasangan merasa tidak puas dengan hubungan mereka jika tidak dapat memenuhi standar tersebut.