Mohon tunggu...
Gita Yulia
Gita Yulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

I am a student of Journalistic Communication Studies, I actively read and share writing on several online media sites, both in the form of light articles, short stories, poetry and short opinions related to actual interesting issues. The reason I joined Kompasiana was because I was interested in the various features available to spread kindness to the public

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

"Marriage is Scary" Trending di Sosial Media, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

17 Agustus 2024   09:20 Diperbarui: 17 Agustus 2024   12:56 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Marriage is Scary" menjadi trending topik yang diperbincangkan di media sosial. Belakangan ini, Frasa tersebut menarik perhatian, terutama di kalangan generasi muda, yang mulai mempertanyakan institusi pernikahan di era modern. 

Namun, apa sebenarnya yang terjadi di balik istilah ini? Mengapa banyak orang merasa bahwa pernikahan menakutkan? dan apa manfaat serta madharatnya bagi ekosistem sosial di Indonesia? Yuk, simak selengkapnya. 

Interaksi pada Media Sosial

Ketakutan terhadap pernikahan atau "Marriage is Scary" sebenarnya bukanlah fenomena baru. Sejak dulu, pernikahan sering kali dihadapkan pada berbagai masalah seperti perselingkuhan, perceraian, kesulitan ekonomi, dan kekerasan dalam rumah tangga.

Perbedaannya dengan era modern, yaitu bagaimana teknologi dan media sosial memperkuat kekhawatiran ini. Setiap peristiwa negatif terkait pernikahan dengan cepat menyebar luas, menciptakan narasi kolektif yang penuh dengan ketakutan.

Media sosial, dengan segala kemudahannya untuk berbagi cerita, termasuk cerita tentang hubungan asmara dan pernikahan, tidak hanya permasalahan rumah tangga para artis atau influencer, tetapi juga masyarakat luas, yang aktif bersosial media. 

Selain itu, ketika konten-konten yang menggambarkan kehidupan pernikahan sempurna, seperti keromantisan, kemewahan dan gambaran kehidupan manis lainnya justru menciptakan idealisme yang tinggi tentang memilih pasangan. 

Seperti halnya, muncul pemikiran bahwa pasangan yang baik itu yang full effort, nge-treat like a queen, nangis ketika mengucapkan akad dan kategori lainnya yang dikontruksikan oleh media saat ini. Sehingga mereka khawatir tidak mendapatkan spek seperti itu dan takut menikah. 

Sebaliknya, pengalaman pahit dalam pernikahan yang dibagikan secara luas tentang bagaimana konflik rumah tangga yang dibumbui dengan perselingkuhan, KDRT dan lain-lain juga memperkuat persepsi bahwa pernikahan adalah sesuatu yang menakutkan. 

Framing Media Massa

Selain itu interaksi pada media sosial, Framing media dalam memberitakan pernikahan juga memainkan peran penting. karena hakikatnya, berita tidak hanya menginformasikan fakta, tetapi memiliki framing yang berpengaruh terhadap  news value yang didapatkan audiens. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun