Mohon tunggu...
Gitasiani p
Gitasiani p Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa sosiologi Universitas islam negeri Yogyakarta

apaa ya aku bingung hehe

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hustle Culture di Indonesia: Teori Konstruksi Sosial

15 Desember 2022   07:50 Diperbarui: 15 Desember 2022   08:01 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jakarta merupakan ibu kota indonesia, kota dengan segala keberagamannya. Semua orang dari penjuru negeri berbondong -- bondong berhijrah ke kota yang kini telah dianggap sebagai kota yang sebanding dengan New York. Mereka mengadu nasib dan mencari sumber rezeki disini. 

Puluhan bahkan ratusan gedung pencakar langit didirikan untuk memenuhi lapangan pekerjaan. para pekerja tersebut datang dan memaksakan diri mereka untuk fit in dengan budaya yang ada. Seperti contohnya Hustle culture.

Hustle culture telah menjadi suatu hal yang wajar di ibu kota, semua orang mendedikasikan hidupnya untuk pekerjaan mereka, and they did everything in a rush. Jakarta merupakan kota yang sangat amat dinamis, berbeda dengan kota -- kota kecil lain. Bagi mereka para pendatang yang berasal dari kota kecil, mungkin hal ini sulit untuk diimbangi karena memang perbedaan yang sangat signifikan.

Hal ini, menurut Peter L. Berger merupakan sebuah konstruksi sosial. Mengapa? Karena beberapa aspek baru yang ada di Jakarta yang tidak ditemui oleh para pekerja rantau tersebut merupakan rutinitas asing, hustle culture lah contohnya. Mereka harus menyesuaikan diri atau melakukan proses eksternalisasi. 

Pada moment ini, terkadang dijumpai orang yang mampu beradaptasi dan juga mereka yang tidak mampu beradaptasi. Penerimaan dan penolakan tergantung dari apakah individu tersebut mampu atau tidak beradaptasi dengan dunia sosiokultural tersebut. Lalu apa yang terjadi kepada mereka yang tidak bisa beradaptasi? 

Ya, mereka akan pulang ketempat asalnya, atau bahkan menjadi gelandangan dan pengangguran. Berger dan Luckmann menyatakan bahwa ada tiga tahap yang memungkinkan terbentuknya konstruksi sosial, yaitu proses eksternalisasi, objektifikasi dan internalisasi. Jadi, hustle culture merupakan sebuah konstruksi sosial.

Penulis mengenal Peter L. Berger melalui sebuah jurnal karya Aimie Sulaiman yang berudul Memahami Teori Konstruksi Sosial Peter L. Berger. Penelitian makna melalui sosiologi pengetahuan, mensyaratkan penekunan pada "realitas" dan "pengetahuan". 

Dua istilah inilah yang menjadi istilah kunci teori konstruksi sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckmann (1990). "Kenyataan" adalah suatu kualitas yang terdapat dalam fenomena-fenomena yang memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak individu manusia (yang kita tidak dapat meniadakannya dengan angan-angan). 

"Pengetahuan" adalah kepastian bahwa fenomen-fenomen itu nyata (real) dan memiliki karakteristik-karakteristik yang spesifik. Kenyataan sosial adalah hasil (eksternalisasi) dari internalisasi dan obyektivasi manusia terhadap pengetahuan --dalam kehidupan sehari-sehari. Jadi, konstruksi sosial adalah dasar-dasar pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat sebagai realitas obyektif, dan masyarakat sebagai realitas subyektif.

Peter Ludwid Berger (lahir 17 Maret 1929; umur 83 tahun) adalah seorang sosiolog dan teolog Amerika, yang terkenal karena karyanya The Social Construction of Reality: A Treatisme in the Sociology of  Knowledge (New York, 1966), yang ditulisnya bersama Thomas Luckman. Berger dilahirkan di Vienna, Austria, kemudian dibesarkan di Wina dan kemudian beremigrasi ke Amerika Serikat tak lama setelah Perang Dunia II.

Pada 1949 la lulus dari Wagner College dengan gelar Bachelor of Arts. Ia melanjutkan studinya di New School for Social Research di New York (M.A. Pada 1950, Ph.D. pada 1952). Pada 1955 dan 1956 la bekerja di Evangelische Akademie di Bad Boll, Jerman. Dan 1956 hingga 1958 Berger menjadi profesor muda di Universitas North Carolina; dari 1958 hingga 1963 ia menjadi profesor madya di Seminar Teologi Hartford. Tonggak-tonggak kariernya yang berikutnya adalah jabatan sebagai profesor di New School for Social Research, Universitas Rutgers, dan Boston Colege. Sejak 1981 Berger menjadi Profesor Sosiologi dan Teologi di Universitas Boston.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun