Mohon tunggu...
Gita Octavia
Gita Octavia Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penormalisasian Realita Masa Kini: Teknologi "Canggih"

23 Oktober 2023   15:47 Diperbarui: 23 Oktober 2023   16:19 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penormalisasian realita merupakan suatu keadaan yang dianggap normal atau "wajar" di kalangan masyarakat. Di zaman sekarang, banyak perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Memang, beberapa hal yang dinormalisasikan diturunkan dari zaman sebelumnya, tapi apakah semua itu pantas untuk dinormalisasikan di masa kini?

Di masa kini, semua sudah menjadi lebih canggih. Orang-orang bisa mengakses lebih dalam dengan cara yang lebih mudah. Tidak usah susah-susah lagi mencari dengan sulit. Mungkin orang-orang pernah berpikir bahwa di masa depan akan semakin canggih, keren. Orang-orang juga berekspektasi bahwa kecanggihannya bisa membantu dan memperbaiki lingkungan sosial masa kini. Realitanya tidak semudah itu, dan tidak seperti itu.

Mulai dengan yang paling familiar di masa kini yaitu teknologi. Dengan membaca artikel ini, teknologi sudah digunakan dan dimanfaatkan. Teknologi adalah penerapan pengetahuan, keterampilan, alat, dan prosedur yang digunakan untuk menciptakan solusi atau memenuhi kebutuhan manusia dalam berbagai bidang. Tetapi, ada dampak buruk dari penerapan ini. 

Tidak semua orang memiliki akses yang sama ke teknologi, sehingga sulit untuk bekerja, mencari informasi, solusi, hiburan dan berinteraksi daring. Ini juga bisa menciptakan kesenjangan digital di antara masyarakat. Beberapa perangkat teknologi dianggap "mahal" untuk beberapa orang yang kurang mampu, jadi memutuskan untuk tidak membeli dan menggunakannya.

Contoh pertama dari masalah ini adalah WFH (Work From Home) ataupun sekolah daring. Ini terjadi saat pandemi Covid-19 melanda. Semua orang terpaksa bekerja dan belajar dari rumah, dengan perangkat digital yang ada untuk menerima informasi. Susah untuk beradaptasi saat itu, karena kebiasaan tatap muka yang berubah menjadi ketergantungan digital dan beberapa orang kurang mampu yang tidak mempunyai perangkat digital.

Contoh kedua adalah penutupan perbelanjaan online. Beberapa toko perbelanjaan offline mengeluh karena tokonya jarang ada pembeli, jadi menyarankan untuk menutup perbelanjaan online yang sedang ramai pembeli. Perbelanjaan online memang lebih praktis, namun penjual offline yang tidak memiliki akses digital, tidak bisa menjual ke pembeli tersebut. Tetapi, penjual juga menjadi tidak bisa menjual jualannya secara online lagi.

Terlalu banyak menggunakan juga tidak baik, sehingga bisa membahayakan diri sendiri, maupun orang lain. Ini bisa mengakibatkan pengangguran struktural bagi pekerja yang pekerjaannya digantikan oleh mesin, ketergantungan teknologi, dampak lingkungan, risiko pelanggaran privasi dan pencurian data pribadi, isolasi sosial, disinformasi dan ketidakpercayaan, dan potensi ancaman keamanan.

Contoh pertama dari masalah ini adalah berinteraksi online. Berinteraksi online memang bisa menyenangkan seperti bisa berkomunikasi dari jarak jauh, sehingga bisa mempunyai teman baru. Tetapi, ini bisa berujung buruk. "Teman" tersebut bisa menjadi pengaruh buruk, seperti mengatakan hal-hal tidak baik tentang "temannya" di ruang chat yang berbeda dengan orang lain ataupun secara langsung, maupun menyebarkan informasi yang tidak benar. Pikiran negatif tentang itu juga bisa muncul karena ketakutan jika hal itu terjadi.

Contoh kedua adalah informasi palsu. Saat kita mencari informasi di internet, pasti kita bisa percaya, bisa juga tidak. Tetapi, perlu hati-hati karena banyak berita-berita yang tidak jelas kebenarannya. Kita harus mencari lebih lanjut tentang informasi dari internet. Informasi palsu tersebut juga bisa menipu dan merugikan kita, seperti risiko pelanggaran privasi dan pencurian data pribadi, isolasi sosial, disinformasi dan ketidakpercayaan, dan potensi ancaman keamanan.

Contoh ketiga adalah Artificial Intelligence. Artificial Intelligence atau AI merupakan bidang ilmu komputer yang mengembangkan sistem komputer yang dapat melakukan tugas yang memerlukan kecerdasan manusia, seperti pemahaman bahasa, pengambilan keputusan, dan pembelajaran. AI bisa membantu kita mengerjakan tugas dan mencari solusi, namun bisa berdampak buruk. AI bisa membuat informasi palsu, dan bisa membuat seseorang mengalami pengangguran struktural bagi pekerja yang pekerjaannya digantikan oleh mesin, ketergantungan teknologi dan isolasi sosial jika menggunakannya secara berlebihan.

Contoh keempat adalah dampak lingkungan. Teknologi dalam produksi industri dan transportasi dapat menghasilkan polusi udara dan air, merusak lingkungan dan kesehatan manusia. Teknologi canggih cenderung memiliki siklus hidup yang singkat, sehingga menghasilkan limbah elektronik yang semakin bertambah. Pemanfaatan yang tidak tepat dari limbah elektronik ini dapat merusak lingkungan dan menyebabkan masalah kesehatan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun