Mohon tunggu...
Gitanyali Ratitia
Gitanyali Ratitia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik SPA dan Healing Therapy di Jerman

53 yrs old Mom with 3 kids, Fans of Marilyn Monroe, Jazz & Metallica , Bali - Java Wellness & Healing di Jerman, Positive thinker, Survival. Reiki Teacher, Angelic healer, Herbalis. I’m not the girl next door, I’m not a goody goody, but I think I’m human and I original. Life Is beautiful but sometimes A Bitch and someday It F***s You In The Ass but heeey dude! be positive.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Laki-laki yang Tidak Pernah Bertengkar dengan Istrinya

6 Juni 2016   18:45 Diperbarui: 6 Juni 2016   19:07 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernahkah anda melihat seorang laki-laki yang selalu menjaga suaranya?. Lemah lembut tutur katanya dan selalu menghargai istrinya.

Dipanggilnya istrinya dengan panggilan sayang "dik", dan istrinya memanggilnya dengan panggilan " mas". Begitu romantis ya, romantisme klasik jaman itu mungkin .Aku yang selalu mendengar pasangan suami istri ini begitu mesranya satu sama lain serasa ada kupu-kupu menclok singgah dihati dan di tanganku , hangat, indah dan mempesona.

Perkawinan mereka tidak berjalan mudah  awalnya , itu cerita mereka, bukan karena orang ke 2, 3 atau 4. Konon katanya laki-laki itu menganut keyakinan lain dari istrinya. Calon mertua pun dengan garang menentang perkawinan tersebut. Apa boleh buat larilah mereka berdua ke desa yang sepi, dimana tidak ada calon bapak mertua yang galak setengah mati. 

Ya sudah akhirnya seperti cerita sebelumnya anak perempuan lari dengan kekasihnya. 

Berat hati bapak mertua meski akhirnya merestui perkawinan mereka tetapi dengan sarat menantu laki-laki memilih keyakinan si istri. Ironis , agamis  kulturis ? Aku tidak mengerti cara pandang mereka. Buatku itu hanya cerita dan sejarah anak manusia. Peradaban, moral, tata krama , kesopanan dan sejawatnya memang mungkin harus begitu jalannya.

Upacara perkawinan sangat sederhana, saking sederhananya hanya ada nasi campur urapan dan lauk pauk sekedarnya campur pasir!. 

Ya tercampur pasir karena ada tante-tante iri yang selama ini memendam cinta dengan laki-laki itu. Dendamnya tersalurkan dengan menaburi pasir di atas makanan untuk selamatan perkawinan tersebut. Jerk!

Begitulah cerita awalnya. Laki-laki ini bekerja keras membanting tulang untuk anak istrinya. Suaranya tetap ramah dan lemah lembut dengan siapa saja. Hobynya nonton filem James Bond berduaan dengan sang istri tidak pernah terlewatkan. Tiap malam di kursi tamu mereka sering kulihat laki-laki itu memijat lembut kaki istrinya. 

„ Mas….kakiku capek tolong pijetin“ . Begitu aku sering mendengar celotehan istrinya.

Kupu-kupu berwarna -warni pun akan bertebaran di depan mataku, menclok kemana-mana, merah semu wajahku tiap kali melihat dua orang itu. So lovey .....hmmmmmm

" Sini dik kemarilah....." laku-laki itu selalu punya waktu untuk dirinya.

Istrinya terkenal cerewet dan agak galak dengan anak- anak nya. Sering sang istri memarahi anak perempuannya yang selalu keras kepala. Sang istri akan mengomel panjang lebar sambil mencubit anak perempuannya. Kemudian laki-laki itu akan datang dan menghampiri anak perempuannya.

„ Nduk cah ayu sana ke warung beliin bapak rokok , nanti sisanya buat jajan „.

Tentu saja anak perempuannya girang bukan kepalang. Keringlah air matanya seketika .

Laki-laki itu sering menasehati anak perempuannya,

„ Kamu mesti tahan uji nduk, apapun yang terjadi ingat ya nasehat bapak“.

Anak perempuannya yg masih kecil tahun 1977 hanya mengangguk- angguk kecapaian di dalam bus Semarang – Solo sambil berdiri terkena himpitan badan- badan orang dewasa disebelahnya. Ya waktu itu hari Lebaran.

Keluarga mereka pulang ke Solo tiap lebaran sehabis Shalat Ied di Simpang Lima untuk mengunjungi simbah kakungnya. Nasehat yang sangat makjleb bersarang sangat kokoh kukira sampai anak perempuannya dewasa nasehat itu tetap diingatnya dengan baik. Apa itu? TAHAN UJI.

Anak perempuannya heran tidak sekalipun dia mendengar laki-laki itu meneriaki istrinya yang cerewet, atau bertengkar. Tidak sama sekali. Pun sampai perempuan itu dewasa dan bertanya kepada adiknya apakah orang tua mereka pernah bertengkar. Jawabannya No! Tidak samasekali.

„Mereka tidak pernah bertengkar, jangankan bertengkar meninggikan suara satu sama lain pun tidak pernah terdengar!. 

„Nduk jangan menikah dengan lain suku terutama suku bla...bla...bla karena bapak tertipu dengan mereka, uang dan rumah kita hilang karena mereka, menikahlah dengan orang se suku yang sama- sama tahu wataknya“. 

 Itu nasehat laki-laki itu lagi kepada anak perempuannya. Anak perempuannya menghormati nasehat bapaknya. 5 tahun kemudian dia datang membawa calon suaminya. Laki-laki itu tertawa terbahak- bahak dihadapan anak perempuannya dan calon menantunya. 

„ Nduk ….kamu memang pinter, dilarang membawa calon suami lain suku, sekarang pulang membawa calon suami lain bangsa, smart kowe nduk cah ayu“. 

Laki-laki itu terkekeh-kekeh sampai barisan gigi putihnya terlihat semua. 

3kali anak perempuannya membawa calon suaminya yang berbeda-beda bangsa dihadapannya. 3 kali pula laki-laki itu menikahkan anak perempuannya. Ini yang terakhir kali kata anak perempuannya 4 tahun lalu. Waktu itu kondisi kesehatan laki-laki itu sudah menurun. Dia hanya terbaring di kasur kadangkala istrinya menaruhnya di teras supaya terkena sinar matahari pagi.

„ Jangan lupa mengirimkan uang tiap bulan untuk ibumu, kata laki-laki itu terbata-bata itu dihadapan anak perempuannya dan calon menantunya . Anak perempuan itu tidak bisa menyembunyikan kesedihan dan airmatanya. 

„Bapak ku yg dulu tegap dan handsome kenapa jadi kurus layu begini?.

„ Maafkan saya telah gagal 2 kali, tetapi yg ke tiga ini saya akan menjaga sebaik- baiknya, maafkan juga saya tidak bisa seperti bapak dan ibu yang selalu menyembunyikan perasaan terhadap pasangannya. Kalau saya tidak setuju atau tidak suka maka saya akan mengutarakan di hadapan pasangan saya. Tetapi saya tidak bisa diam saja.“

 Laki- laki itu mengangguk-angguk sambil menangis dan mengelus rambut anak perempuannya.

„Tidak apa-apa nduk cah ayu, yang penting jangan lupa nasehat ku tetaplah TAHAN UJI dimanapun kamu berada.“

*****

Laki-laki itu bapakku dan dia telah berpulang di hadapannNYA Kamis lalu , 2.6.2016 dihadapan istri tercintanya yang menjaganya tanpa lelah dengan penuh kasih sayang. 

Kupu-kupu itu hadir lagi pagi ini dan pagi_pagi selanjutnya , kebunku kamarku semerbak harum penuh dengan gerombolan peony merah jambu . Berbahagialah bapak karena aku menemukan penggantimu, laki-laki sejati penuh kasih lemah lembut sepertimu. Tidak pernah sekalipun dia menyakitiku. 

Selamat jalan petarung sejati, terima kasih telah menghadirkanku di dunia ini dan menerima „ ke antikanku“ ku apa adanya. 

Selamat jalan bapakku semoga engkauh diberi tempat yang layak dan di ampuni dosa- dosammu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun