[caption id="attachment_403653" align="aligncenter" width="512" caption="http://www.mdr.de/sachsen-anhalt/lehrerstreiks-sachsen-anhalt108.html"][/caption]
“The mediocre teacher tells. The good teacher explains. The superior teacher demonstrates. The great teacher inspires.”
― William Arthur Ward
"Guten Morgen" sapa saya kepada dua orang pekerja kontraktor rumah yang baru saja datang. Sambil membuka pintu saya lirik jam di dinding, hampir jam 9 pagi. Saya segera mempersilahkan mereka masuk. Si bungsu ikutan di belakang sambil membawakan cemilan.
"Si kecil tidak ke sekolah? tanya Herr Hergert sambil melirik si bungsu.
"Hari ini para guru-guru di Sekolah mengadakan demo sampai jam 10 pagi, jadi sekolah di mundurkan sampai jam 10.30 pagi " jawab saya.
"Oh begitu" jawab Herr Hergert datar-datar saja seperti sesuatu yang biasa.
Sayapun siap-siap masuk ke dalam rumah dan membuatkan kopi untuk mereka berdua.
Tanggal 6 Maret mingu lalu si bungsu dengan terpaksa masuk sekolah jam 10.30 pagi. Padahal biasanya sekolah dimulai kira-kira jam 07.30 pagi. Ya karena hari itu para guru melakukan aksi Demo dan turun ke jalan. Pengumuman Demo sudah di sampaikan kepada kami para orang tua seminggu sebelumnya. Bunyi pesan dari Parent Group di WhatsApp bolak-balik masuk ke HP saya. Beruntung para staff di Hort ( Penjaga anak-anak ) mempersilahkan para orang tua untuk mengantarkan anak-anak ke sekolah seperti hari biasa. Karena saya di rumah hari itu maka si bungsu saya antar ke Sekolah jam 10 pagi.
Oh ya mengapa Guru-guru pada Demo turun ke jalan?
[caption id="attachment_403655" align="aligncenter" width="504" caption="Selebaran resmi tentang penutupan sekolah karena para guru melakukan Demo."]
Seperti di ketahui Magdeburg adalah Ibukota Negara bagian Saxony Anhalt dan masuk dalam kawasan Jerman Timur. Tanggal 6 Maret itu para guru anggota Syarikat Teaching Union GEW (Gewerkschaft Erziehung und Wissenschaft) melakukan demo.
Menurut mereka 20 tahun setelah reunification (penyatuan Jerman Barat dan Timur ) banyak guru di JermanTimur berpenghasilan kurang dari rekan-rekan mereka di Jerman Barat. Untuk itu mereka menuntut kenaikan pokok gaji sebanyak 5.5 % atau kira-kira sebanyak 175 Euro. Hampir 75% sekolah di Saxony tutup untuk mendukung aksi demo ini. !
Pihak Guru dan Negotiator yang di wakili Finance Minister sepertinya belum bisa menemukan titik temu dan kecocokan. Apalagi para Guru mendesak tuntutan maksimum tentang perbedaan Pensiun Plan dan Tariff Classification untuk Guru-guru di Jerman Timur. Karena tidak ada kesepakatan makan pertemuan mengalami deadlock! Kabarnya pertemuan dari perwakilan Syarikat Guru dan "Majikan" akan kembali digelar tanggal 16 dan 17 Maret di Postdam untuk mencapai kesepakatan.
Kemudian aksi demo mogok mengajar ini juga dilakukan di beberapa kota kecil di Jerman Timur , termasuk di Magdeburg, Halle dan di kota kabupaten Wittenberg, Anhalt-Bitterfeld, Jerichower Land, distrik Börde- dan Saale, di Saxony-Anhalt. Di Potsdam yang terletak dekat dengan ibukota Berlin dan kota Dresden, sebanyak kira-kira 17.000 orang menyertai aksi ini.
Bagaimana pandangan para orang tua murid? . Dari yang saya lihat dan omong-omong dengan para orang tua kebanyakan mereka memberi dukungan untuk aksi demo guru-guru ini. Gaji yang lumayan dan kondisi sekolah yang bagus adalah sesuatu yang sangat penting apabila menginginkan anak-anak mendapatkan pendidikan yang bagus, itu kata para orang tua.
Kemudian para guru-guru yang berdemo juga menekankan bahwa anak-anak muda di Jerman Timur akan kehilangan gairahnya untuk menjadi Guru karena gaji yang lebih rendah dari Guru di Jerman Barat. Itu berarti proses regenerasi Guru-guru akan pupus perlahan-lahan dan hanya akan menyisakan guru-guru yang tua saja.
Keesokan harinya , WhatsApp Parent Group kembali ramai lagi dengan pengumuman bahwa kali ini hari Rabu tanggal 11 Maret sekolah benar-benar diliburkan. Karena para guru akan melakukan Demo total di jalan sampai siang. Para pengasuh di Hort juga meliburkan dirinya. Hp saya kembali ramai dengan para orang tua yang menitipkan anaknya ke orang tua lain yang tidak bekerja. Saya juga menawarkan menjaga anak-anak mereka setengah hari sampai jam 1 siang .
Beruntung sekali si bungsu malah senang teman-temannya datang ke rumah. Rumah saya yang biasanya sunyi sepi itu menjadi ramai di hari Jumat karena kedatangan 4 orang anak!. Ya sudah tidak apa-apa, saya bisa mengajari anak-anak ini tentang Indonesia. Tentang filosofi beras, bahwa semakin tua beras itu dia akan semakin menundukan dirinya. Mereka juga bertanya kenapa saya menyimpan sejumput beras di dekat jendela. Saya jawab karena saya mau Dewi Sri si Dewi Beras datang ke rumah saya setiap hari. Hahahahhahaha anak-anak bule ini tertawa ngakak-ngakak sambil memandang saya!. Melihat mereka ngakak saya juga ikutan tertawa karena lucu.
Kemudian saya berpikir dengan kondisi guru-guru di Indonesia, apalagi guru-guru honorer. Apakah mereka bisa juga melakukan aksi demo turun ke jalan seperti ini? Apakah ada yang bisa mereka tuntut dan menuntut siapa? . Apakah mereka juga mempunyai dana pensiun sebagai simpanan dihari tua? Bermacam pertanyaan terngiang-ngiang di kepala. Betapa beruntungnya para Guru di negara Jerman. Mereka masih bisa menuntut, masih bisa berteriak, masih bisa didengarkan dan berhak mendapat penghidupan yang layak dan penghormatan. Ruang belajar yang luas, bersih dan menyenangkan. Perlindungan gaji dan support para orang tua.
Kapankah Guru di Indonesia mencapai level itu walaupun ia hanya guru honorer saja? PR buat kita semua. Mari belajar lagi apa arti Guru itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H