Mohon tunggu...
Gitanyali Ratitia
Gitanyali Ratitia Mohon Tunggu... Pemilik SPA dan Healing Therapy di Jerman

53 yrs old Mom with 3 kids, Fans of Marilyn Monroe, Jazz & Metallica , Bali - Java Wellness & Healing di Jerman, Positive thinker, Survival. Reiki Teacher, Angelic healer, Herbalis. I’m not the girl next door, I’m not a goody goody, but I think I’m human and I original. Life Is beautiful but sometimes A Bitch and someday It F***s You In The Ass but heeey dude! be positive.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Magdeburg Jerman Timur : Bu Guru dari Yaman & Kampung Halaman

11 Juli 2014   11:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:41 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14050275991845812151

Kami berpuasa kira-kira 19 jam lebih tiap harinya, berbuka dimulai pukul 9.34 malam. Cukup lama untuk ukuran kita orang Asia , tapi setidaknya tahun lalu saya bisa melewatinya walaupun waktu itu cuaca cukup panas. Pernah juga puasa bolong karena saya hampir pingsan kekurangan cairan. Tapi itu semua menjadi pelajaran berharga supaya lebih banyak minum air waktu berbuka puasa dan saya pun sangat malas makan sahur waktu itu.

Minggu pertama Puasa di tahun ini cuaca tampak bersahabat , mendung dan hujan rintik-rintik, diselingi panas yang hangat-hangat suam kuku, bukan panas yang menyengat sampai ke relung hati. Saya sudah bersemangat untuk shalat Tarawih di Masjid kecil kami, Sebuah masjid yang tidak layak disebut Masjid. Bahkan terlalu jelek kalau disebut Musholla , entahlah saya tidak bisa membahasnya terlalu jauh karena ini di Jerman bukan wewenang saya . Hmmmmmm.

Sehari sebelum puasa , saya janjian dengan guru mengaji anak saya untuk mengambil raport pelajaran bahasa Arab anak saya yang masih berumur 7 tahun. Saya tidak sempat datang ke acara pemberian raport sebelumnya karena sedang berada di Berlin.

Kita janjian di dekat Masjid . Perempuan yang saya taksir berumur 35 tahunan itu berasal dari Yaman , mengajar mengaji secara sukarela tiap hari Sabtu. Keluarganya berimigrasi sepuluh tahun yang lalu ke Magdeburg Jerman Timur. Sekarang bu guru ini hanya bekerja sambilan di dapur restaurant , sedangkan suaminya bekerja di Pabrik Makanan.


Saya sangat berterima kasih dengan dedikasinya , khusus anak saya dia mengajar sendiri one to one dengan pengantar bahasa Jerman, karena anak saya dan saya sendiripun tidak paham bahasa Arab. Apa boleh buat hanya orang ikhlas dan tanpa pamrih sepertinya yang sanggup melakukan pekerjaan itu. Sedangkan anak-anak lainnya yang kebanyakan imigran dari negara Arab belajar mengaji dengan pengantar bahasa Arab tentunya.

Agak susah untuk anak saya mengikuti , tapi saya sudah wanti-wanti ke gurunya jangan memberi anak saya test seperti anak lainnya, karena dia akan stress, biarkan anak saya mengikuti kelas agama dengan hati riang penuh gembira dulu. Ternyata bu guru ini mendengarkan saya ...aduh senangnya.

Kulihat dia sudah berdiri disana , sambil menyerahkan raport , sang gurupun menmberikan anak saya hadiah skuter sambil berkata " tahun depan ulangi lagi kelas pertama ya? ya kein problem jawab saya.

Kemudian saya tanya buat apa hadiah tersebut? dia mengatakan " Er ist ein Gute Junge" ( dia anak yang baik ) , saya teruja....mestinya saya yang memberi hadiah ke ibu guru tapi ini sebaliknya, ya sudahlah lain kali pikir saya.

Dimana kamu parkir tanyanya? saya jawab di belakang Hotel Raswage. "Oh mestinya kamu parkir saja di dekat Apartement saya , saya tinggal di apartement itu" , jarinya menunjuk ke gedung berwarna abu-abu tidak jaug dari Mesjid kecil itu.

"Minggu depan saya pulang kampung ke Yaman selama Bulan Ramadhan dan merayakan Ied Fitr bersama keluarga besar di Yaman" cerita bu guru ini. Oh bahagianya kata saya. "Bagaimana dengan anda tanyanya? anda pulang kemana? Ke indonesia atau ke Singapore?"

Saya tersenyum sambil menggelengkan kepala . Warum ? tanyanya lagi agak mendesak....Saya katakan padanya saya tidak pulang kampung tahun ini , sudah biasa kata saya.

"Kapan kali terakhir anda pulang kampung" , tanyanya lagi. Saya bingung menjawabnya...".kampung saya dua , yang mana? " tanya saya kembali.

Bu guru ini tertawa dengan jawaban saya, hahahahhahaha anda lucu katanya," kampung itu yang membikin anda kangen dan rindu sekali ingin pulang".

Hmmmmmmm saya termangu ...bagaimana saya menjawabnya kalau kampung yang dulu saya rindui di Semarang , sekarang samar-samar? . Saya habiskan 20 tahun lebih di Singapore, apakah Semarang masih kampung halaman saya?. Biarlah bunga -bunga mawar yang kelopaknya berserakkan di tengah jalan diterpa angin yang menolong saya menjawabnya.

Dua anak saya keduanya orang Singapore dan mereka hidup di Singapore, saya orang kampung dari Semarang , salahkah kalau saya bilang ke bu guru ini , saya rindu Singapore kampung saya?.

Tetapi saya juga rindu suasana dogderan di Pasar Johar, saya rindu mainnya yang jadul , mainan lemah-lemahan , celengan gajah , dakocan, kapal selam yang bunyinya memekkakkan telinga dan mainan masak-masakkan dari bambu. Saya kadang bermimpi makan tahu gimbal, bandeng presto dan mangut Iwak cucut. Bahkan dulu sering curi-curi makan pepes kodok yang rasanya nendang buatan tetangga sebelah , sampai sekarang saya masih teringat kelezatannya hahahahahah. Pernah juga sembunyi-sembunyi makan swikee ....ah memang terlaluuuuuu.....

Terlalu memang kampung halaman yang samar-samar terlupakan....

Saya juga rindu Marina Bay Sand, Orchard road, Otak-otak di Pasar Malam , Buka Puasa bersama dengan teman-teman , tentang woodland apartement saya, anak-anak dan lampu kelap-kelip di sepanjang Geylang serai . Terkenang saat ini juadah-juadah menarik selera menjelang berbuka puasa di sepanjang lorong geylang serai yang panjang , baju kurung , henna, air mata kucing , air katirah, Nasi Bukhori dan chicken kari.

Ya sudah ...kita bertemu malam ini di Masjid ya untuk shalat Tarawih bersama.....kata bu Guru menutup pembicaraan siang itu. Assalamualaikum katanya. Waalaikum salam.

Tschuß!

[caption id="attachment_347189" align="aligncenter" width="432" caption="Masjid Kecil yang bentuknya amat sederhana."][/caption]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun