Mohon tunggu...
Gitanyali Ratitia
Gitanyali Ratitia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik SPA dan Healing Therapy di Jerman

53 yrs old Mom with 3 kids, Fans of Marilyn Monroe, Jazz & Metallica , Bali - Java Wellness & Healing di Jerman, Positive thinker, Survival. Reiki Teacher, Angelic healer, Herbalis. I’m not the girl next door, I’m not a goody goody, but I think I’m human and I original. Life Is beautiful but sometimes A Bitch and someday It F***s You In The Ass but heeey dude! be positive.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apel Malang yang Terbuang Sia-Sia

4 Agustus 2014   03:09 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:30 1151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_350817" align="aligncenter" width="576" caption="Si tua-tua Keladi , makin tua makin menjadi-jadi."][/caption]

Tiap Musim panas saya selalu ketar-ketir sendiri dengan 2 pohon apel di kebun. Biarpun tua tapi pohon ini termasuk tua-tua keladi semakin tua semakin menjadi-jadi. Ditanam sebelum Indonesia Merdeka sampai sekarang kok ya masih berbuah walaupun sudah kelihatan uzur pohonnya dan agak sakit-sakitan tapi produksi tetap jalan terus.  Padahal Kulit dan batang pohon sudah di tumbuhi jamur dan kulat putih-putih. Kami sengaja membiarkan saja apa adanya , biarkan burung-burung berkicau riang di kebun berpesta apel dan ulat-ulat berkembang dengan aman damai juga bekicot warna-warni yang suka berteduh di kulit-kulit pohon apel. Berdamai dengan alam itu indah katanya .

[caption id="attachment_350818" align="aligncenter" width="560" caption="Apel Bio saya...tidak mulus tapi dijamin sehat."]

1407071061456675498
1407071061456675498
[/caption]

Pohon ini Ibaratnya manusia yang tak gampang menyerah dan produktif, selalu berproduksi tiap tahun lagi dan lagi . Walaupun ini suatu berkah turun temurun dari keluarga Oma dan Opa suami sejak jaman baheula . Tapi ya terus terang sekarang ini di abad yang modern , tetangga kanan kiri depan belakang semuanya mempunyai pohon apel juga. Produksi apel melimpah so what? mau dijadikan apa? itu dilema saya. Tiap hari saya mesti memunguti apel-apel yang berjatuhan kadang sampai seember penuh, kemudian mesti di sortir yang bagus disimpan , yang jelek dimasukkan ke tong sampah warna coklat atau tong sampah Bio, kemudian besoknya kita buang ke container khusus sampah Bio hasil kebun. Capek khan? padahal saya orang kota ngakunya, tidak pernah sekalipun mengurusi tetek bengek perkebunan dan Politik Per apelan ! I am from big city guys....( pake bahasa Inggris biar kelihatan keren dikit ) , wes gak tahulah gak nyambung!

[caption id="attachment_350819" align="aligncenter" width="277" caption="Ini kuli-kuli petik tanpa bayaran."]

14070711652086689901
14070711652086689901
[/caption]

Sebenarnya saya sih bisa cuek saja, tinggal memasukkan saja seember penuh apel tersebut ke tong  coklat bio dan habis masalah , tidak usah susah-susah memikirkan mau diapakan apel-apel ini. Tapi ya itu saya khan orangnya baik hati dan tidak sombong, jadi kalau mau membuang makanan kok ya gak tega gitu lho , ingat kalau menggurui anak  saya supaya mau makan , saya suka memperlihatkan foto-foto anak-anak Afrika yang kelaparan! . Mosok sekarang saya mesti buang-buang bahan makanan ya toh? tidak etis pikir saya.

Dan tiap Bulan Juli sampai Agustus kita akan panen apel , sayapun kebingungan untuk diapakan kelebihan apel bagi keluarga kecil kami yang hanya 3 orang, Kata Metchild tetangga sebelah , bikin saja apfelmus ( apel puree biasanya dimakan dengan pancake ) atau apfelkuchen ( Apple Pie ).  Sayapun menuruti nasehatnya, sambil mengubek-ngubek Google saya mencari resep membuat Aple Pie, juga Apple Pie ala Mc D yang di goreng . Semua sudah di coba. Dan si Apel pun sudah di bagi-bagi ke mama mertua , teman dan tetangga.

Tapi Ya Tuhan setiap hari masih saja membuang sisa-sisa apel-apel yang berjatuhan sendiri gedebag gedebug suaranya. Kadang tidak sengaja angin bertiup sayapun kejatuhan apel , walaupun tidak sakit tapi saya sempat kaget juga takut kalau binatang  merayap yang jatuh.

Kemarin saya ajak teman-teman akrab datang ke rumah cuma untuk membantu memanen sebagian kecil apel yang sudah kemerahan. Apel saya ini aneh juga walaupun masih hijau rada-rada pink tapi rasanya manis segar. Tidak heran si Metchdil tetangga sebelah selalu menantikan apel ini untuk di buat apfelmus karena katanya apel saya paling enak  , sedangkan pohon apelnya dia sendiri hanya enak di bikin cake. Entahlah saya tidak jago soal apel-apelan .

Pernah saya ingin sekali memberikan apel-apel ini gratis di Pasar tiban yang hanya buka seminggu 3 kali di Altemarkt, tapi ternyata disana banyak yang menjual apel  jadi nyali saya ciut takut nanti disemprot yang dagang. Padahal apel saya apel Bio , apel natural tanpa Chemical dan tanpa semprotan serangga . Jadi rasanya manis segar walaupun kulitnya rada-rada boncel tidak mulus.

[caption id="attachment_350820" align="aligncenter" width="403" caption="Si tua keladi satunya lagi yang ini manis sekali buahnya."]

14070712711880024418
14070712711880024418
[/caption]

[caption id="attachment_352072" align="alignnone" width="560" caption="Apfelmus seperi makanan bayi, enak dimakan begitu saja atau dimakan dengan pancake. Saya mengupas 2 ember apel dg tetangga jadilah apfelmus yang lezat."]

14075752341702208138
14075752341702208138
[/caption]

Yaaa itulah dilema apel-apelan tiap bulan Juli-Agustus di tempat saya. Entahlah mungkin pembaca ada yang mempunyai ide bagaimana caranya supaya apel-apel ini tidak di buang sia-sia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun