Mohon tunggu...
Gitanyali Ratitia
Gitanyali Ratitia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik SPA dan Healing Therapy di Jerman

53 yrs old Mom with 3 kids, Fans of Marilyn Monroe, Jazz & Metallica , Bali - Java Wellness & Healing di Jerman, Positive thinker, Survival. Reiki Teacher, Angelic healer, Herbalis. I’m not the girl next door, I’m not a goody goody, but I think I’m human and I original. Life Is beautiful but sometimes A Bitch and someday It F***s You In The Ass but heeey dude! be positive.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kerja di Jerman Mesti Membawa Bekal Makan Siang

4 November 2014   10:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:44 2357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_371832" align="aligncenter" width="624" caption="Bekal Makanan (Shutterstock)"][/caption]

Cerita dari pengalaman pribadi sendiri yang kadang lucu , tegang dan bikin senyum-senyum. Sebelum saya memutuskan untuk berwiraswasta membuka usaha sendiri, saya adalah pekerja kantoran biasa yang masuk kantor pagi pulang malam.

( Maaf settingan saya selalu di Singapore karena memang saya hidup disana lama , jadi maklum ya ). Di Singapore jam kantor biasanya dimulai jam 9 pagi sampai jam 6 sore dikurangi satu jam untuk istirahat makan siang, tetapi saya juga pernah bekerja di kantor dengan jam kerja dimulai dari jam 8 sampai jam 5 sore dan saya suka jam kerja ini karena sampai rumah kira-kira jam 6 sore saya masih bisa menyiapkan makan malam. Kalau pulang jam 7 malam biasanya pembantu yang menyiapkan makan malam, saya tidak begitu suka tetapi apa boleh buat dari pada makan malam terlambat.

Nah cerita saya sebenarnya masih berurusan dengan makan-makan dan urusan perut. Kebiasaan kami di Singapore antara teman-teman dikantor kalau sudah jam 11 kita sudah kasak kusuk menentukakan akan makan siang dimana, menu apa, atau mencoba Food court baru, wah pokoknya acara makan siang kita biasanya seru dan ramai. Malah kantor saya terakhir di Jurong east yang sudah saya tinggalkan terlalu flexsible memberi kelonggaran makan siang sampai-sampai kami sering molor makan siang sampai 2 jam!. Bos tidak pernah marah karena kami kerja benar yang penting output kerja kami selalu excellent.

Pas saya pindah Jerman saya kerja di kantor Distributor Elektronic di kota Braunschweig, tiap hari saya harus naik kereta api selama 45 menit dari Magdeburg kemudian saya harus melanjutkan dengan Bus selama 20 menit. Jadi total perjalanan lebih kurang 1 jam. Hari pertama kerja saya sudah membayangkan akan makan di restaurant China terdekat yang menjual mie goreng dan tahu goreng karena saya melewatinya sebelum ke kantor. Membayangkannya saja saya sudah kemecer begitu.

Pas tiba makan siang saya lihat teman-teman kantor mengeluarkan bekal mereka masing-masing setangkup roti German yang berwarna coklat dengan seiris keju dan ham. Saya celingak -celinguk kesana kemari , terlihat semua makan dengan tenang di meja masing-masing dengan mata tetap menatap layar komputer , terkadang jari-jari masih memencet tombol keyboard!. Lho mosok begitu? tidak ada acara maksi bareng  keluar? apalagi aku orang baru mbok ya disambut gitu mengajak makan di resto China kek heheheh.

Blaik pikir saya, ternyata Mathew ada disini semua, Ok mari saya ceritakan tentang si Mathew . Dia adalah teman saya dulu di kantor penerbitan di Singapore. Mathew datang dari Amerika dan setiap makan siang dia selalu rajin membawa bekal makan siang yang dibungkus paper lunch dengan sebiji apel. Saya selalu meledekinya atau kadang mengiming-iminginya dengan Char kweetiaw panas-panas yang rasanya selangit, Hainanese Chicken Rice yang aduhai atau sekedar membicarakan Laksa Katong yang jos biar Mathew ikutan kita hunting lunch.

Ternyata doi sangat tegar! . Setiap hari dia masih setia dengan lunch boxnya, This is not Singaporean way kata teman-teman , haduuh! bahkan kita sempat taruhan siapa yang berhasil mengajak Mathew maksi bareng keluar akan ditraktir keesokan harinya di Restorant Pagi Sore dekat CBD. Tetapi sampai saya keluar dari kantor penerbitan tersebut  dan si Mathew memutuskan berganti kantor lain doi masih tetap setia dengan lunch boxnya.

Makanya sewaktu kerja di Jerman saya sebenarnya sudah membayangkan pasti bakalan ada banyak Mathew-Mathew disini, tapi mbok ya ada kek yang tipe seperti saya mosok maksi cuma begono mana tahan?. Akhirnya karena sudah kelaparan saya membikin teh di Pantry, dan saya bertemu dengan bos di tikungan ruangan kantor. Akhirnya daripada kelaparan , saya ijin bos keluar mau membeli mie goreng di tapaw (bungkus) .

Besoknya lagi saya sengaja memasak makan malam kari ayam Singapore yang pedes sepanci penuh karena berniat paginya akan saya bawa sebaskom penuh untuk dibagi-bagi dengan teman-teman. Tidak lupa saya membawa 2 biji roti Baguet untuk dimakan dengan kari ayam tersebut. Dan benar juga siangnya suasana kantor jadi semerbak bau kari ayam dan suara riuh rendah dari meja saya, hampir semua teman nanya-nanya minggu depan kamu masak kari lagi ya? .

Memang benar minggu depannya saya memasak kari ayam di kantor , tentu saja tugas dibagi-bagi. Saya memasak yang lainnya mrnyediakan bahan yang telah dibawa dari rumah. Sambil masak saya juga mesti menyelesaikan kerjaan tetapi memasak itu fun jadi sebentar saja semua beres, kita patungan 4 Euro untuk sepuluh orang termasuk bos juga mendapat jatah ditambah sisa-sisa kari ayam di panci dan beras wangi basmati duh lecker nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun