Mohon tunggu...
Gitanyali Ratitia
Gitanyali Ratitia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik SPA dan Healing Therapy di Jerman

53 yrs old Mom with 3 kids, Fans of Marilyn Monroe, Jazz & Metallica , Bali - Java Wellness & Healing di Jerman, Positive thinker, Survival. Reiki Teacher, Angelic healer, Herbalis. I’m not the girl next door, I’m not a goody goody, but I think I’m human and I original. Life Is beautiful but sometimes A Bitch and someday It F***s You In The Ass but heeey dude! be positive.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Di Jerman Membayar Tiket Tram Salah Bisa Kena Denda

19 November 2014   10:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:26 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_376441" align="aligncenter" width="308" caption="Hampir seperti itu suasananya di jalan."][/caption]

Dulu saya membeli tiket Bus dan Straßenbahn (Tram) berlangganan perbulannya khusus untuk kota Magdeburg ditempat saya domisili. Berhubung Kantor jauh dan saya belum mempunyai SIM Jerman maka dengan berlangganan tiket ini saya banyak diuntungkan. Tiket berharga 43,33 € perbulan dan bisa digunakan untuk naik Bus atau Tram di Magdeburg berapa kalipun dalam sehari tidak masalah. Tiket ini berlaku untuk 1 orang dan 3 anak-anak sampai usia 14 tahun plus satu anjing dan satu sepeda. Khusus weekend saya boleh membawa 3 orang dewasa gratis jadi lebih murah khan?

Nah mulai sekarang saya tidak berlangganan lagi karena saya memutuskan untuk keluar dari Kantor dan kursus Bahasa Jerman sudah selesai. Saya berfikir tidak ada gunanya  berlangganan tiket bulanan karena jatuhnya akan sangat mahal mengingat saya tidak akan setiap hari menggunakan trasportasi umum tersebut. Jadi setiap kali ingin naik angkutan umum saya bisa membeli tiket sekali jalan yang per jam.

Mungkin hari itu nasib lagi apes dicampur bahasa Jerman saya yang parah banget, tiba-tiba di tengah jalan ada pemeriksaan tiket, tanpa bersalah sedikitpun saya keluarkan tiket  yang berharga 1.50 Euro karena saya berpikir waktu itu tiket sekali jalan harganya segitu. Dengan kasar si Ibu Gendut dan lelaki satunya lagi sang petugas pemeriksa menyuruh saya keluar dan mengikuti mereka. Saya langsung berpikir ya Tuhan! ini hari pertama saya membeli tiket sekali jalan kenapa jadi begini?.

[caption id="attachment_376442" align="aligncenter" width="461" caption="Perbedaan harga tiket sejam untuk anak dan dewasa."]

1416341744601400866
1416341744601400866
[/caption]

Saya diinterogasi di tengah jalan, saya bersikeras hanya berbicara dengan Bahasa Inggris karena Bahasa Jerman jelek  tetapi ternyata petugas ticket tidak bisa . Jadi kami bertiga seperti ayam dan bebek sedang berkomunikasi. Saya tidak tahu maksud mereka dan mereka tidak tahu maksud saya! Akhirnya  saya mengalah dan menyuruh mereka bicara pelan-pelan dalam bahasa Jerman  dan saya tekankan kalau saya bukan kriminal dan mereka tidak boleh membentak-bentak saya semaunya sendiri,  semakin dibentak semakin saya juga membentak mereka! . Seandainya mereka ngomong baik-baik memberi salam dan mengatakan kesalahan saya , saya juga akan merasa tenang , tetapi ini saya langsung di suruh turun , dibentak sambil bilang  Ausländer ... Ausländer . Saya pun secara reflect ikutan berteriak  keras seperti macan. Kalau membayangkan itu sebenrnya geli sendiri! Bebek dan ayam bertengkar di tengah jalan.

Usut punya usut ternyata saya salah tiket , seharusnya tiket sekali jalan berharga 2 Euro sedangkan saya membeli yang 1.50 Euro untuk anak-anak. Dengan kasar mereka meminta saya membayar denda hari itu juga di jalan sebesar 40 Euro!  sambil memegang tangan dan ingin menarik tas saya. EEEE nanti dulu kata saya, saya memang tidak tahu harga tiket sekali jalan 2 Euro untuk dewasa selama sejam. Saya memberi alasan  tidak tahu karena mesin tiket tulisannya bahasa Jerman semua. Tetapi si Petugas tidak mau menerima alasan saya , pokoknya bayar saat itu juga di tengah jalan!. Akhirnya saya katakan kepada mereka saya akan membayar denda tetapi  saya akan mentransfer ke Konto Mereka atau mendatangi kantor  dan saya mengatakan mereka bisa menulis surat denda dan dialamtkan kerumah  seperti peraturan yang saya tahu. saya beralasan tidak membawa uang cukup. Kesalahan memang ada pada saya jadi saya memang mesti membayar denda. Tetapi saya katakan terus terang kepada mereka bahwa di negara saya kalau memberi uang di jalan namanya korupsi, nah lho!. Tetapi mereka memaksa ingin melihat isi dompet saya dan menyuruh saya mengambil uang di Bank yang terletak di seberang jalan.

Petugas tiket tetap memaksa saya membayar hari itu juga  . Saya katakan saya penduduk legal di Magdeburg dan suami saya orang Magdeburg , bahkan saya disusruh mengeluarkan semua kartu-kartu saya dari dompet. Nah saat inilah petugas tersebut kasar ingin menarik dompet saya, tentu saja saya marah. Mereka meminta passport dan saya tidak mau memberikan karena mereka hanyalah orang sipil , kalau Polisi saya akan memberikan.

[caption id="attachment_376443" align="aligncenter" width="560" caption="Surat Denda itu, dengan 40 Euro saya bisa menceramahi 4 orang Jerman di pinggir jalan."]

14163418281436427277
14163418281436427277
[/caption]

Karena saya kekeuh tidak mau membayar dijalan , mereka mengancam akan memanggil Polisi, dengan enteng saya katakan silahkan panggil Polisi biar saya sekalian kenalan dengan mereka. Saya juga berpikir keras sebaiknya Polisi dilibatkan karena petugas ini telah bertindak kasar. Kata petugas tiket :

"Kamu tidak takut dengan Polisi?"

Saya katakan kenapa saya mesti takut? saya bukan kriminal. Saya juga tidak suka dengan sikap petugas tersebut yang menarik-narik tangan dan tas saya dengan membentak-bentak seenaknya. Tugas Polisi adalah melindungi penduduk sipil. Ya sudah saya menunggu saja kapan Polisinya datang, biar Polisi menjadi saksi pembayaran denda 40 Euro, kalau saya biarkan tidak ada saksi takutnya uangnya dikantongi dan masuk kantong mereka yang nampak kosong dan lebar melompong itu. Karena menurut nalar saya bisa saja uang tersebut tidak masuk kas negara karena kwitansi diperlihatkan ke saya secara manual dan gerak-gerik mereka juga sangat mencurigakan. Biarlah saya menunggu Polisi , terus terang saya ingin Polisi secepatnya datang . Supaya cepat menyelesaikan masalah.

Kira-kira 10 menit Pak dan Bu Polisi datang dengan senyum menawan menyapa saya, Selamat siang Mam kata Ibu Polisi dan Pak Polisinya cuma mesem-mesem karena tidak bisa berbahasa Inggris. Tuh makanya yang belum bisa bahasa Jerman jangan ngeper dulu walaupun tinggal di Jerman Timur bahasa Inggris masih bisa digunakan.

Saya bla bla bla cas cis cus menerangkan duduk permasalahannya dengan Bu Polisi, Pak Polisi dan dua orang petugas tiket mendengarkan dengan seksama (sebenarnya saya mau ketawa ya Tuhan.., karena saya itu orangnya suka ngakak-ngakak), bagaimana tidak tertawa, saat itu saya menceramahi 4 orang Jerman di tengah jalan!. Saya mengatakan mana hak asasi manusia? mana slogan Jerman yang menghormati orang asing ? manaaaaaaaaaaaaaaa? , mana hukum civilised kalian yang kalian agung-agungkan itu , kenapa bisa menyuruh saya membayar denda di tengah jalan  dan kenapa petugas tiket bertindak sangat kasar , apa karena saya orang asing? . Saya juga complain ke Polisi tersebut bahwa petugas tiket bertindak kasar , menarik tangan saya, menarik tas dan ingin mengambil dompet saya . Kehilangan 40 Euro tidak masalah buat saya pribadi, tetapi menghormati orang adalah sesuatu yang setiap orang harus mentaatinya. Saya orang sipil dan petugas tiket juga orang sipil.

Akhirnya Bu Polisi ganti menceramahi dua petugas tersebut, kalau sebenarnya saya memang tidak tahu dan salah memencet tombol tiket untuk anak-anak. Ibu Polisi juga menerangkan kalau saya bersedia membayar denda saat itu juga dengan disaksikan Polisi, kemudian atas permintaan saya petugas tiket harus meminta maaf kepada saya  atas peristiwa kekasaran mereka tadi dan meminta mereka untuk berbicara dengan sopan tidak membentak-bentak.Si petugas tiket yang berbadan montok-montok itu meminta maaf kepada saya akhirnya kemudian saya bilang maaf diterima tetapi jangan memperlakukan orang asing seenaknya. Saya dan suami bayar pajak  disini kata saya lagi .

Setelah itu Ibu Polisi bilang akan menulis surat ke saya terkait pengaduan petugas tadi dan katanya itu hanya sebagai protocol biasa saja. Saya protes ke Polisi kenapa harus ada surat? saya sudah membayar denda , jadi masalah kalian apa sekarang tanya saya ke Polisi lagi. Aduh nyali saya besar deh waktu itu!. Tetapi yang saya ingat dalam otak saya waktu itu hanyalah satu yaitu , saya mau track record saya bersih dimanapun dan dinegara manapun.

[caption id="attachment_376444" align="aligncenter" width="560" caption="Dibalik surat denda , terang disitu dicantumkan no Rekening Perusahan Angkutan tersebut. Sebenarnya saya bisa membayar denda lewat transfer bukan? itu yang saya complain!"]

14163419251943599542
14163419251943599542
[/caption]

Itu surat biasa saja dan normal kata Ibu Polisi lagi tetapi saya mengatakan saya tidak mau menerima surat anda dan jangan mengirimkan surat ke saya. Kemudian saya pergi sambil mengantongi surat denda dan mengucapkan selamat siang kepada mereka ber empat tanpa menoleh kebelakang lagi. Sampai sekarang kejadian hampir 8 bulan lalu tidak ada selembar pun surat dari Polisi cantik tersebut di rumah saya.

Itulah catatan pribadi saya di Jerman. Jerman negeri indah dengan bangunan tua, tehnology modern, ekonomi yang kuat, Penghijauannya dan banyak orang-orangnya yang ramah. Saya selalu belajar dan mempelajari berbagai tipe orang di tiap negara yang saya singgahi. Dan pengalaman diatas adalah segelintir pengalaman orang asing di Negeri Tehnology itu. Bukan pengalaman indah tetapi saya ingin membuka wawasan dan berbagi bahwa tidak selamanya tinggal di negera orang itu indah-indah belaka.

Artikel Sambungan kenapa saya menjadi Ndeso dan disebut memalukan orang Indonesia di Jerman karena tulisan tersebut di atas:

http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/11/19/gara-gara-artikel-ini-saya-dikatakan-ndeso-dan-membikin-malu-orang-indonesia-di-jerman-704529.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun