Mohon tunggu...
Gitanyali Ratitia
Gitanyali Ratitia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik SPA dan Healing Therapy di Jerman

53 yrs old Mom with 3 kids, Fans of Marilyn Monroe, Jazz & Metallica , Bali - Java Wellness & Healing di Jerman, Positive thinker, Survival. Reiki Teacher, Angelic healer, Herbalis. I’m not the girl next door, I’m not a goody goody, but I think I’m human and I original. Life Is beautiful but sometimes A Bitch and someday It F***s You In The Ass but heeey dude! be positive.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Di Jerman Membayar Tiket Tram Salah Bisa Kena Denda

19 November 2014   10:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:26 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya katakan kenapa saya mesti takut? saya bukan kriminal. Saya juga tidak suka dengan sikap petugas tersebut yang menarik-narik tangan dan tas saya dengan membentak-bentak seenaknya. Tugas Polisi adalah melindungi penduduk sipil. Ya sudah saya menunggu saja kapan Polisinya datang, biar Polisi menjadi saksi pembayaran denda 40 Euro, kalau saya biarkan tidak ada saksi takutnya uangnya dikantongi dan masuk kantong mereka yang nampak kosong dan lebar melompong itu. Karena menurut nalar saya bisa saja uang tersebut tidak masuk kas negara karena kwitansi diperlihatkan ke saya secara manual dan gerak-gerik mereka juga sangat mencurigakan. Biarlah saya menunggu Polisi , terus terang saya ingin Polisi secepatnya datang . Supaya cepat menyelesaikan masalah.

Kira-kira 10 menit Pak dan Bu Polisi datang dengan senyum menawan menyapa saya, Selamat siang Mam kata Ibu Polisi dan Pak Polisinya cuma mesem-mesem karena tidak bisa berbahasa Inggris. Tuh makanya yang belum bisa bahasa Jerman jangan ngeper dulu walaupun tinggal di Jerman Timur bahasa Inggris masih bisa digunakan.

Saya bla bla bla cas cis cus menerangkan duduk permasalahannya dengan Bu Polisi, Pak Polisi dan dua orang petugas tiket mendengarkan dengan seksama (sebenarnya saya mau ketawa ya Tuhan.., karena saya itu orangnya suka ngakak-ngakak), bagaimana tidak tertawa, saat itu saya menceramahi 4 orang Jerman di tengah jalan!. Saya mengatakan mana hak asasi manusia? mana slogan Jerman yang menghormati orang asing ? manaaaaaaaaaaaaaaa? , mana hukum civilised kalian yang kalian agung-agungkan itu , kenapa bisa menyuruh saya membayar denda di tengah jalan  dan kenapa petugas tiket bertindak sangat kasar , apa karena saya orang asing? . Saya juga complain ke Polisi tersebut bahwa petugas tiket bertindak kasar , menarik tangan saya, menarik tas dan ingin mengambil dompet saya . Kehilangan 40 Euro tidak masalah buat saya pribadi, tetapi menghormati orang adalah sesuatu yang setiap orang harus mentaatinya. Saya orang sipil dan petugas tiket juga orang sipil.

Akhirnya Bu Polisi ganti menceramahi dua petugas tersebut, kalau sebenarnya saya memang tidak tahu dan salah memencet tombol tiket untuk anak-anak. Ibu Polisi juga menerangkan kalau saya bersedia membayar denda saat itu juga dengan disaksikan Polisi, kemudian atas permintaan saya petugas tiket harus meminta maaf kepada saya  atas peristiwa kekasaran mereka tadi dan meminta mereka untuk berbicara dengan sopan tidak membentak-bentak.Si petugas tiket yang berbadan montok-montok itu meminta maaf kepada saya akhirnya kemudian saya bilang maaf diterima tetapi jangan memperlakukan orang asing seenaknya. Saya dan suami bayar pajak  disini kata saya lagi .

Setelah itu Ibu Polisi bilang akan menulis surat ke saya terkait pengaduan petugas tadi dan katanya itu hanya sebagai protocol biasa saja. Saya protes ke Polisi kenapa harus ada surat? saya sudah membayar denda , jadi masalah kalian apa sekarang tanya saya ke Polisi lagi. Aduh nyali saya besar deh waktu itu!. Tetapi yang saya ingat dalam otak saya waktu itu hanyalah satu yaitu , saya mau track record saya bersih dimanapun dan dinegara manapun.

[caption id="attachment_376444" align="aligncenter" width="560" caption="Dibalik surat denda , terang disitu dicantumkan no Rekening Perusahan Angkutan tersebut. Sebenarnya saya bisa membayar denda lewat transfer bukan? itu yang saya complain!"]

14163419251943599542
14163419251943599542
[/caption]

Itu surat biasa saja dan normal kata Ibu Polisi lagi tetapi saya mengatakan saya tidak mau menerima surat anda dan jangan mengirimkan surat ke saya. Kemudian saya pergi sambil mengantongi surat denda dan mengucapkan selamat siang kepada mereka ber empat tanpa menoleh kebelakang lagi. Sampai sekarang kejadian hampir 8 bulan lalu tidak ada selembar pun surat dari Polisi cantik tersebut di rumah saya.

Itulah catatan pribadi saya di Jerman. Jerman negeri indah dengan bangunan tua, tehnology modern, ekonomi yang kuat, Penghijauannya dan banyak orang-orangnya yang ramah. Saya selalu belajar dan mempelajari berbagai tipe orang di tiap negara yang saya singgahi. Dan pengalaman diatas adalah segelintir pengalaman orang asing di Negeri Tehnology itu. Bukan pengalaman indah tetapi saya ingin membuka wawasan dan berbagi bahwa tidak selamanya tinggal di negera orang itu indah-indah belaka.

Artikel Sambungan kenapa saya menjadi Ndeso dan disebut memalukan orang Indonesia di Jerman karena tulisan tersebut di atas:

http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/11/19/gara-gara-artikel-ini-saya-dikatakan-ndeso-dan-membikin-malu-orang-indonesia-di-jerman-704529.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun