Mohon tunggu...
Gitanyali Ratitia
Gitanyali Ratitia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik SPA dan Healing Therapy di Jerman

53 yrs old Mom with 3 kids, Fans of Marilyn Monroe, Jazz & Metallica , Bali - Java Wellness & Healing di Jerman, Positive thinker, Survival. Reiki Teacher, Angelic healer, Herbalis. I’m not the girl next door, I’m not a goody goody, but I think I’m human and I original. Life Is beautiful but sometimes A Bitch and someday It F***s You In The Ass but heeey dude! be positive.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Tragis Temanku Orang Asing di Jerman

2 Desember 2014   22:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:13 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1417507021369160525

Kursus bahasa Jerman tadi adalah program Integration kurs yang harus diikutinya, sebenarnya untuk diriku pribadi  dikecualikan untuk mengikuti kursus ini karena mempunyai Dislexia, tetapi aku  mencoba untuk belajar dan lulus untuk memperoleh ijazah B1 seperti sarat yang Pihak Jerman tetapkan. Dan nyatanya aku bisa lulus walaupun percakapan Jermanku  jelek sekali .

Kembali ke cerita awal. Setelah itu Lily dan suaminya belajar bahasa Jerman, kemudian mereka  mendapatkan apartment dan  hidupnya di tanggung oleh pemerintah Jerman . Sambil belajar Lily harus mengemong anak-anaknya , seorang bayi , dua anak kembar laki-laki dan perempuan yang berumur 20 bulan dan seorang anak perempuan berumur 5 tahun.

Kemudian pada suatu hari di tahun 2009 Lily merasakan rasa sakit yang sangat di perutnya, suaminya bekerja dan tidak ada orang lain yang bisa diminta tolong untuk menjaga anak-anaknya. Akhirnya dia menyuruh anak perempuannya yang berumur 5 tahun untuk menjaga adik kembarnya. Bayi digendongnya untuk pergi ke Rumah sakit , rasa sakit di perutnya semakin menyayat . Ah paling lama 1 jam aku bisa segera kembali ke rumah pikirnya.

Manusia berencana Tuhan yang menentukan , tragedy datang tanpa manusia bisa memperkirakan. Begitu juga dengan Lily sahabatku si orang asing pelarian dari Bosnia. Apartemennya terbakar tiba-tiba dan 3 orang anaknya terperangkap di dalamnya tanpa seorangpun yang bisa menolong mereka.

Seorang pengendara motor lewat di depan apartmenet tersebut dan mendapati jendela penuh dengan asap , kemudian dia memangil Pemadam kebakaran. Sewaktu dijumpai Pemadam kebakaran si kembar anak laki-laki sudah meninggal , si kembar perempuan masih bernapas dan koma, kakak perempuan yang berusia 5 tahun juga begitu.

Setelah perjuangan berat akhirnya si kembar menghembuskan napasnya di Rumah sakit meninggalkan kakak perempuannya yang tetap koma sampai sekarang. Bak sudah jatuh ditimpa tangga , tiba-tiba sang suami meninggal dunia beberapa bulan setelah kejadian tersebut , meninggalkan Lily yang harus menelan semua kepahitan , kegetiran hidup dan penyesalan kekal dalam hidupnya . Terlunta-lunta di negara asing , tanpa suami tanpa keluarga . Tanpa Passport. Mengapa dia harus meninggalkan anak-anaknya sendirian ?. Begitu selalu penyesalannya. Getir. Sedih. Pilu. Mengapa ada perang? . Apa yang mereka cari?. Lily asik bercerita tentang kekejaman perang di depanku. Dan aku hanya membisu tanpa bisa mengucap sesuatu. Mengapa ada Perang kalau hanya menyisakan kepahitan, kegetiran, anak kehilangan orang tua, orang tua kehilangan anak-anaknya. Bahkan Lily menyaksikan keluarganya meninggal satu persatu. Getir, ngenes. Itulah manusia . Serakah.

Ku selalu membesarkan hati Lily , karena bayinya yang dulu selalu di gendong kemana saja lebih memerlukannya , anak itu sekarang berumur 5 tahun dan kakaknya masih terbaring koma di Rumah Sakit di Leipzig , mungkin umurnya hampir 11 tahun sekarang . Si anak perempuan yang koma akhirnya dipindah ke rumah sakit  di kota lain karena di Magdeburg tidak ada tempat untuk nya. Lily harus ke Leipzig mengunjungi anaknya semingu sekali. Anak yang cantik dan ayu tersebut sekarang nampak layu terbaring lemah di tidur panjangnya , tubuhnya kurus tinggal tulang belulang , hanya napas dan kasih sayang ibunya yang masih tersisa.

Itulah cerita Lily sahabatku , bukan fiksi dan karangan biasa saja tetapi nyata dan link berita nya pun ada . Makanya kalau anda tidak suka dan selalu mengkritik orang asing pelarian di Jerman , sebelumnya ketahuilah dulu ceritanya. Hidup tidak hanya untuk menilai luarnya saja, mungkin mereka membikin keributan dan keramaian itu akan selalu ada karena sifat dasar manusia adalah mahluk sosial dan begitu adanya, maklumi saja . Kalau anda bisa kenapa tidak menolong mereka dan mencarikan solusinya ? dari pada hanya mengkritik membabi buta tanpa tahu apa yang mereka mahu dan nasib yang menimpa di negara asal mereka?.

Bagiku di dunia ini , kita hanya berbagi bumi dengan satu dan lainnya. Soal beda passport , beda negara , itu hanya soal peradaban manusia , memang jamak harus begitu adanya. Pesanku untukmu , tolonglah mereka. Itu saja.
http://www.abendblatt.de/vermischtes/article1126590/Zwilling-20-Monate-bei-Wohnungsbrand-gestorben.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun