[caption id="attachment_389344" align="aligncenter" width="400" caption="Sumber: lavenirestentrevosmains.skynetblogs.be"][/caption]
Malam ini saya menonton berita TV tentang serangan ekstremis radikal Perancis ke sebuah majalah Charlie Hebdo di Paris. Diperkirakan 12 korban tewas akibat serangan maut ke kantor majalah tersebut, termasuk korban tewas adalah para kartunis dan pemimpin Redaksi Stephane Charbonnier yang lebih dikenal dengan nama Charb dan dua orang Polisi. Korban lainnya di antaranya juga adalah ekonom dan penulis Bernard Maris, yang merupakan tokoh senior dengan bank sentral Perancis.
Saya segera mengirim SMS ke "anak tiri saya" dari bekas eks saya si Perancis yang sekarang ada di Paris, menanyakan bagaimana kabarnya dan situasinya, mengingat dia sedang liburan di rumah temannya di sana. Sedangkan Daniel sendiri tinggal di Marseille untuk kuliah. Saya lega kalau dirinya baik-baik saja. Tentu saya sangat mengkhawatirkannya kalau ada sweeping di Paris, mengingat dia selalu lupa membawa identitas apa pun di dompetnya.
"Je vais bien," jawabnya singkat.
Oke kita kembali lagi ke tulisan awal.
Stephane Charbonnier diketahui sudah beberapa kali mendapat ancaman pembunuhan akibat sejumlah publikasi majalah yang dipimpinnya ini kerap dianggap telah menghina umat Islam. Selama ini juga Stephane hidup dalam pengawalan ketat aparat keamanan.
Pria bertopeng dan bersenjata AK-47 dan berteriak "Allahu Akbar" menyerbu kantor tersebut Rabu malam waktu Paris. Mereka menembak seorang pekerja maintenance gedung sebelum menuju ke kantor redaksi lantai tiga. Di sana, mereka menembak mati delapan wartawan, seorang tamu dan seorang petugas polisi yang ditugaskan untuk melindungi pekerja.
Para tersangka menembak mati salah satu petugas keamanan di luar jalanan saat mereka mencoba melarikan diri dari dalam mobil Citroen hitam yang mereka tinggalkan setelah mobil mengalami kecelakaan, kemudian mereka mengambil paksa mobil Renault Clio dari pengemudi lain.
Majalah Charlie Hebdo memang terkenal sering kali menerbitkan kartun-kartun satir yang oleh umat muslim dianggap sebagai bentuk pelecehan. Majalah yang terbit sejak 1970 ini sajak awal berdirinya ini sering kali "meledek" para selebriti, politisi, bahkan agama.
Majalah Charlie Hebdo mempunyai hak untuk menerbitkan sebuah buku atau komik yang menceritakan tentang kehidupan Nabi Muhammad dan menggambarkannya karena itu adalah kekebasan pers di negara mereka Perancis. Walaupun kita orang muslim dilarang menggambarkan penampakan Nabi Muhammad, tetapi yang mereka lupa adalah mereka kehilangan kesopanannya, bahkan ofensif. Walaupun apa yang mereka ingin lakukan itu adalah hak prerogatif mereka karena Charlie Hebdo diterbitkan dalam era demokrasi liberal di mana kebebasan berbicara, berpendapat (bahkan pendapat yang kasar juga).
Stephane Charbonnier, sosok utama di balik Charlie Hebdo dan komik tersebut, tampaknya meremehkan hal-hal tersebut, bahwa gagasan dan komiknya tentang Muhammad SAW adalah ofensif. Akan tetapi, dia bersikeras karena ianya hanya kompilasi dari semua yang telah ditulis tentang nabi di masa lalu oleh para penulis muslim dan kartunis mereka "hanya memasukkannya ke dalam gambar".