Mohon tunggu...
Gitanyali Ratitia
Gitanyali Ratitia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik SPA dan Healing Therapy di Jerman

53 yrs old Mom with 3 kids, Fans of Marilyn Monroe, Jazz & Metallica , Bali - Java Wellness & Healing di Jerman, Positive thinker, Survival. Reiki Teacher, Angelic healer, Herbalis. I’m not the girl next door, I’m not a goody goody, but I think I’m human and I original. Life Is beautiful but sometimes A Bitch and someday It F***s You In The Ass but heeey dude! be positive.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Gagak Hitam, si Sabotase & Penyerobot Makanan dalam Hidup Kita

18 Januari 2015   00:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:55 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_391368" align="aligncenter" width="620" caption="http://www.tnp.sg/news/crows-attack-people-hougang"][/caption]

Kalau anda pernah hidup di Singapura , bangun pagi-pagi pasti diluar jendela sudah terdengar keributan oleh kicauan burung-burung . Benar saya tidak bohong. Seringkali saya terbangun pagi bukan karena wekker tetapi karena burung-burung sudah ribut di luar jendela kamar.

Jendela dapur kadang saya biarkan terbuka , burung-burung kecil akan masuk dan memakan remahan sisa makanan yang saya sediakan di sana. Memberi makanan burung di Singapur adalah di larang , tetapi saya juga tahu tidak ada larangan membuka jendela Apartment bukan? . Bahkan di bawah jendela rumah kawan saya , pas persis di atas Box AC di tempati seekor mama dan papa burung yang asik bertelur dan beranak-pinak disitu.

Teman saya sempat complaint dan ingin membersihkan serta mengusir pasangan keluarga burung tersebut. Tetapi saya berdalih jangan disuir , biarkan saja , mungkin itu pertanda rejeki kalian baik. hihihihi. Waktu itu dia menurut saja kata saya, tetapi entahlah sekarang apa masih ada burung beranak pinak di bawah jendelaanya lagi.

Membuang makanan atau sisa remahan roti ke keranjang sampah , sangat saya hindari. Kalau bisa diolah lagi kenapa tidak? biasanya saya berusaha untuk kreatif memanfaatkan sisa makanan. Ingat banyak orang kelaparan di Afrika mungkin juga sebagian orang-orang lapar itu ada di Indonesia.

Burung gagak hitam sesuatu fenomena yang saya cermati juga di Singapura, mereka bersuara sangat keras, parau dan serak. Komunitasnya bahkan sudah melampaui target kalau di bandingkan dengan bahan makanan yang ada.

Di Jawa seperti kata simbah saya , beliau paling takut kalau melihat burung gagak berkoar-koar di atap rumah. Pertanda kematian seseorang telah tiba. Menurut Simbah burung  gagak identik dengan berita kematian , pasti akan ada orang meninggal setelah itu , kata simbah lagi.

Kembali ke Singapura lagi , setiap hari saya menemui burung gagak dimana-mana , tetapi saya tidak takut lagi akan berita kematian yang dibawa. Justru saya takut di serang oleh burung gagak yang bersuara sumbang , serak dan kadang mengintimidasi . Takut di patuk olehnya.

Pernah saya sedang makan dengan anak-anak di Coffee Shop yang terletak didepan Apartment saya, tiba-tiba ada "jrot " sesuatu benda cair yg turun ke atas piring makanan saya. Saya mendongak ke atas , Ya Allah si burung gagak dengan pongahnya menjatuhkan kotorannya ke atas piring . Kami segera lari dan minggir ke bangku yang agak berjauhan. Setelah itu kawanan burung gagak datang berpesta pora di atas meja dengan menu nasi campur saya. Kemudian burung lainnya seperti Mynah( Jalak ) datang juga berbondong-bondong . Itu pengalaman saya dengan burung gagak yang mengintimidasi. Setelah itu saya menghindari meja di bawah pohon teduh tersebut supaya terhindar dari sabotase si gagak hitam.

Apakah ada orang yang di serang burung gagak? tentu saja pernah dan ada. Sayapun pernah melihatnya. Dan itu membuat anak-anak saya pun takut kalau melihat sekumpulan burung gagak di depan matanya.

"Kenapa mereka menyerang manusia Mama ?" kata si bungsu.

"Karena mereka kesulitan mendapatkan makanan, dan manusia telah mematikan sumber makanan mereka nak"

Populasi Burung gagak di Singapur sangatlah besar, ditandai dengan berkalanya  Pemerintah Singapur lewat National Environment Agency (NEA) menurunkan Office-Officernya untuk menembak mati komunitas  / populasi burung gagak yang semakin meresahkan.

Saya pernag kaget waktu pertama kali mendengar suara letusan tembakan di siang bolong. Saya mengira ada kegaduhan atau kriminalitas. Tetapi tiba-tiba seorang Officer berkaos biru tua dengan name tag di kalungkan di lehernya menepuk punggung saya.

"Maaf Mam , kami sedang menembaki burung gagak yang terlalu banyak di daerah anda, jangan takut ."

Setelah itu saya jadi tahu ternyata populasi burung gagak mesti di kontrol di Singapura, kalau tidak mereka akan mengganggu manusia seperti saya singgung di atas tadi. Tetapi di lain pihak sebagai penyayang binatang saya juga merasa sedih dan berpikir , apakah tindakan penembakan itu sudah tepat?. Apakah manusia tidak berpikir hak seekor burung untuk hidup dan mencari makanan? . Mungkin mereka pernah mensabotase makanan saya , tetapi saya merasa baik-baik saja. Apakah mungkin karena ulah kita manusia sendiri memusnahkan pangan mereka?. Apakah tidak ada kontribusi si burung gagak untuk kelanjutan ekosistim alam ?.

Mungkin burung gagak dianggap tidak berguna di sini , tetapi saya yakin "Sesuatu penciptaan Tuhan apapaun bentuknya pasti ada manfaatnya".

Diantara kita manusia ada juga seperti si gagak hitam , menyerobot jalan hidup orang lain ( makanan ) baik secara terang-terangan atau secara tidak langsung . Apakah manusia tersebut perlu di tembak mati?. Bagaimana dengan orang-orang yang mensabotase teman-teman nya ? mensabotase rekan kerjanya , mensabotase tetangga ?. Mensabotase komunitasnya, sabotase pemimpin dan yang lebih sadis lagi mensabotase nama sebuah agama demi cita-cita ideologinya?.

Ada banyak gagak-gagak hitam diantara kita , mereka ada dimana-mana di sekitar kita. Mereka mungkin berwajah cantik , biasa-biasa saja, tampan , bersembunyi di balik meja kerja dan tumpukan kertas serta pena. Atau  mereka sekumpulan orang berdasi serta berparfum wangi. Tetapi tahukah anda bahwa mereka adalah  gagak-gagak sesungguhnya yang seharusnya di tembak mati dan dimusnahkan?. Atau setidaknya perlu dijauhi dan di kucilkan supaya populasi mereka terkontrol, dan sedikit demi sedikit tereliminasi dari kehidupan sosial , kemudian kumpulan mereka  punah. Hanya tinggal gagak-gagak berpotensi sosial yang survive.

Saya mendekap si bungsu lagi.

"Sayangilah semua binatang , apapun bentuknya karena mereka ciptaan Tuhan."

Happy Weekend.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun