Generasi-generasi muda ini lahir dan hidup berdampingan dengan banyaknya gempuran teknologi-teknologi yang dulu mungkin tidak terpikirkan oleh kita.Â
Belum lagi laju keterbukaan informasi, menjadikan mereka lebih akrab dan cepat terbiasa dengan perkembangan-perkembangan teknologi masa kini.Â
Fakta mencatat bahwa gen Z jauh lebih mudah beradaptasi dengan perkembangan zaman dan penggunaan teknologi terbarukan di tempat kerja dibandingkan genereasi-generasi baby boomer.
Kalau pun dalih Anda mengatakan kalimat seperti itu di awal tadi adalah untuk memotivasi generasi-generasi muda ini, saya tetap merasa seharusnya tidak seperti itu caranya. Ya, niatnya memang baik, tetapi caranya salah, setidaknya itu menurut saya.
Karena mungkin, bagi sebagian orang, sebuah kata yang menurut kita tidak bermakna, bisa jadi itu menjadi sebuah kalimat yang intimidatif atau pun meremehkan. Hanya ada 2 kemungkinan yang bisa terjadi kepada mental seseorang setelah ia dimotivasi dengan kalimat-kalimat negatif seperti di atas tadi; ia akan sadar dan bangkit, atau ia malah merasa diremehkan dan akan semakin tidak termotivasi untuk melakukan apapun lagi (demotivasi).
Alangkah baiknya jika memang tujuannya adalah memotivasi atau memberikan contoh, ubah diksinya menjadi diksi-diksi yang tidak mengintimidasi, misalnya
"Dulu Ayah lakukan ini dan ini supaya Ayah bisa sampai di posisi Ayah yang sekarang. Kenapa tidak kamu coba juga? Siapa tahu kamu juga bisa dan lebih baik dari Ayah".
Coba bandingkan kalimat ini dan kalimat di awal tulisan ini. Mana yang lebih konstruktif kedengarannya? Berbeda generasi, berbeda cara pikirnya, berbeda pula cara penanganannya.
Sayangnya tidak semua orang mau berpikir lebih kritis dan melihat ke dalam diri mereka sendiri, sehingga muncullah komentar-komentar miring dan stereotipe-stereotipe kurang menyenangkan kepada kaum-kaum gen Z ini. Padahal dengan sikap seperti itu tanpa sadar mereka orang-orang tua, si generasi di atasnya, justru menjadikan anak-anak muda di sekitar mereka sebagai pewaris budaya saling merendahkan antar generasi ini.
Padahal pewarisan kebiasaan buruk saling merendahkan seperti ini bukanlah sebuah kebiasaan yang konstruktif dan memotivasi, justru sebaliknya, seperti memadamkan api yang sudah mulai membara. Kebiasaan ini biasanya datang dari seorang tua yang masa mudanya direndahkan oleh orang-orang tua di sekitarnya dan kemudian menimbulkan dendam, sehingga ia juga melampiaskan hal yang sama kepada generasi di bawahnya.
Lalu mau sampai kapan Anda akan bersinggungan dengan generasi-generasi di bawah Anda hanya karena sebuah luka di masa lalu yang belum sembuh? Sudahlah, hentikanlah. Kita harus sadar dan memegang erat prinsip "lain dahulu, lain sekarang."
Jika dahulu Anda cukup hanya dengan uang saku 500 rupiah untuk jajan, maka jangan iri ketika melihat anak-anak kecil saat ini uang saku jajanya sampai 15.000 misalnya dalam sehari. Karena kesulitan dahulu, berbeda dengan sekarang.Â