Konon katanya, pemilu 2024 adalah pemilu-nya anak muda. Tentu argumen itu bukan hanya sekedar katanya saja, tetapi memang dibuktikan oleh hasil rekap data oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang telah menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Nasional untuk pemilu 2024 adalah sebanyak 204.807.222 jiwa. 56,45 persen diantaranya atau sebanyak kurang lebih 113 juta jiwa adalah merupakan pemilih muda yang terdiri dari para milenial dan Gen Z. Sedangkan sisanya merupakan pemilih dari generasi X dan pre-boomer.Â
Sebagai acuan, definisi masyarakat yang dikategorikan generasi minenial adalah kelompok masyarakat yang lahir pada tahun 1980 sampai 1994.Â
Gen Z adalah kelompok pemilih dari orang-orang kelahiran tahun 1995 sampai 2000an. Sementara generasi X adalah orang dengan kelahiran antara tahun 1965 sampai 1979. Pre-boomer adalah sebutan untuk kelompok tahun kelahiran sebelum 1944.
Lantas, bagaimana pandangan mereka para calon pemilih muda ini mengenai politik dan/atau pemilu 2024 di Indonesia saat ini? Sebagai pengingat, pemilu 2024 nanti kita tidak hanya memilih Presiden dan Wakil Presiden saja, tetapi juga memilih anggota legislatifnya sesuai dengan daerah pemilihannya masing-masing.Â
Sayangnya menurut sejumlah hasil riset dan survei menunjukkan bahwa saat ini pemilih-pemilih muda ini cenderung terperangkap dalam 2 pusaran besar kelompok suara.Â
Ada yang menyambut pemilu 2024 dengan antusiasme yang tinggi karena beberapa alasan, terutama para first voter yang mana mereka tidak sabar ingin menyuarakan pilihan mereka di bilik suara pada tahun 2024 nanti.Â
Tetapi ada juga di sisi lain kelompok-kelompok yang apatis terhadap pemilu 2024 kali ini. Mereka yang apatis umumnya adalah generasi muda yang sudah pernah memilih sebelumnya dan saat ini mulai mengerti dan melek politik.
Mereka beberapa diantaranya ada yang rutin memperhatikan dinamika politik di Indonesia saat ini dan mereka merasa politik hari-hari ini seperti terlalu 'kotor' dan terkesan terlalu 'kasar' di mata mereka.Â
Yaa, kita tahu sendiri lah bagaimana keadaan politik sekitar 2 tahun belakangan ini. Mulai dari awal tahun lalu jika kita ingat di saat itu kita selalu ditakut-takuti dengan kalimat '2023 akan gelap', wacana-wacana penundaan pemilu, presiden 3 periode, korupsi menteri-menteri, saling ejek dan bully di ruang publik dan intern partai, hingga puncaknya putusan-putusan MK yang rasa-rasanya makin membuat pemilih muda yang sedang kritis-kritisnya ini jengah untuk ambil bagian dari politik atau pemilu tahun ini.