Mohon tunggu...
Gitakara Ardhytama
Gitakara Ardhytama Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Sedikit bicara, banyak menulis.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Tempe Tahu: Prestasi Mewah, Dilabeli Kelas Bawah

23 Oktober 2023   09:59 Diperbarui: 23 Oktober 2023   10:20 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: iStock

Tempe dan tahu. Siapa yang tak mengenal duo makanan berbahan baku kedelai ini. Saya rasa bukan hanya kenal, bahkan mungkin hampir semua kalangan pernah setidaknya sekali dalam seumur hidupnya pernah melihat atau bahkan memakan salah satu sumber protein nabati ini. 

Tetapi pernahkah Anda mendengar selentingan persepsi tentang tahu tempe yang dianggap oleh sebagian orang sebagai 'makanan inferior' atau makanan kasta rendah? Atau malah jangan-jangan Anda memang salah satunya yang menganggap tempe dan tahu demikian?

Pernah dengar kan, kalimat yang bilang begini, "pantas saja kamu kurus, lemah, bodoh, makananmu setiap hari tahu tempe?" Atau sepengalaman saya dulu saat masih kuliah, saya seringkali mendengar teman-teman saya yang memang orang kaya, agak gengsi rasanya ketika teman-teman yang lain mengajak mereka makan tempe dan tahu goreng di pinggir jalan. 

Atau mungkin Anda pernah dengar seorang penjual gorengan yang dulu sekitar tahun 2016an pernah viral dengan dagangannya yang diliput wartawan berita dan diberi judul 'Tempe Goreng Naik Kelas?' Padahal beliau hanyalah seorang pedagang gorengan tempe yang menjual tempe goreng dan mengemasnya dengan wadah karton dan diberi merk. Sejak kapan memangnya tempe (dan tahu) ada di kelas bawah, hingga mereka harus 'naik kelas?'

Entah siapa orang di Indonesia yang pertama kali mulai memberikan label 'rendahan' pada tempe dan tahu. Tetapi dalam pandangan saya pribadi, mungkin siapapun yang melabeli tempe dan tahu sebagai makanan rendahan tidak pernah tahu bahwa faktanya zaman dahulu tahu adalah makanan di kalangan kerajaan di China, dan bahkan penemu tahu adalah cucu seorang kaisar pada saat itu. 

Tahu telah dikenal oleh masyarakat Tiongkok sejak 3.000 tahun silam, tepatnya pada masa dinasti Han. Penemunya adalah Liu An, cucu kaisar Liu Bang. Karena itulah kata 'tahu' itu sendiri berasal dari bahasa Tionghoa, yakni 'tao-hu' atau 'teu-hu', yang artinya kacang kedelai (tao/teu) dan hancur menjadi bubur (hu). Maka secara harafiah dapat dikatakan tahu artinya adalah kacang kedelai yang dihancurkan menjadi seperti bubur.

Pada waktu awal ditemukannya tahu, hanya ada satu jenis tahu yang dikenal di Tiongkok, yaitu tahu sutra. Tidak seperti saat ini, dahulu orang-orang Tiongkok langsung memakan mentah tahu-tahu sutra mereka, karena tahu sutra saat itu lebih lembek dan lebih cepat membusuk. Karena itu mereka langsung memakan tahu sutra mentah-mentah. 

Sejak masuk ke Indonesia, tahu kemudian mengalami indigenisasi, sehingga muncullah varian-varian tahu lain seperti yang kita kenal saat ini pada ragam kuliner-kuliner Indonesia. 

Tidak ada yang tahu pasti kapan masuknya tahu ke Indonesia, tetapi kota Kediri dianggap oleh beberapa ahli sebagai jalur masuknya tahu ke Indonesia. Diperkirakan pada sekitar tahun 1292, Nusantara mulai mengenal tahu yang dibawa oleh tentara Kubilai Khan.

Sedangkan tempe diperkirakan oleh para ahli sudah ada sejak abad ke-12, bukti ini diperkuat dengan peninggalan-peninggalan sejarah yang berupa manuskrip kuno dan prasasti-prasasti yang ditemukan di sekitaran pulau Jawa memuat kata 'tempe' di dalamnya. Ya, tempe adalah makanan asli buatan Indonesia, spesifik buatan orang Jawa pada masa lampau. 

Beberapa peninggalan sejarah mengindetifikasikan asal kata tempe itu sendiri berasal dari kosakata bahasa Jawa kuno, yaitu 'tumpi', yang artinya adalah "makanan yamg berwarna putih." Tempe mentah sendiri memang berwarna putih, yang mana warna putih ini adalah warna jamur yang menyelimuti kacang kedelai yang disebut jamur tempe atau kapang.

Satu prestasi yang cukup membanggakan lagi adalah UNESCO sudah mengakui tempe adalah makanan asli dari Indonesia. Tempe sendiri juga sudah diakui kandungan gizi yang tinggi dan lemaknya yang rendah, bahkan disebut-sebut tempe mampu menggantikan suplai energi yang sama besarnya dengan makanan-makanan yang berasal dari protein-protein hewani, karena itu tempe tak jarang menjadi incaran para pecinta gaya hidup vegan.

Maka, berdasarkan dari fakta-fakta tersebut, seharusnya kita rakyat Indonesia bangga memiliki dan mengkonsumsi dua super food yang mendunia ini. Kita tidak perlu malu mengkonsumsi tahu dan tempe, karena tempe dan tahu pun banyak dicari oleh turis-turis jika mereka berada di Indonesia. 

Sebenarnya, selain tempe dan tahu, ada beberapa makanan lain yang seringkali juga dilabeli negatif oleh kebanyakan orang di Indonesia, misalnya kerupuk sebagai makanan yang tidak ada gizinya, udang yang sering digunakan untuk mengejek orang lain yang lebih bodoh daripada kita dengan kata 'otak udang', bubur yang sering dianggap makanan orang sakit, dan masih banyak yang lainnya lagi,  tetapi kita bahas itu lain kali saja.

Saya ingin menutup tulisan saya kali ini dengan kutipan dari pidato bung Karno di Marauke pada tahun 1963. Pada pidatonya di Marauke kala itu, Bung Karno pernah berkata demikian:

"Ada tempe, ada tahu. Ya, memang itu makanan kita saudara-saudara. Bukan keju, bukan mentega saudara-saudara. Tahu tempe."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun