Mohon tunggu...
Gita AjengArfina
Gita AjengArfina Mohon Tunggu... Musisi - love your self :)

Tingkatkan kreatifitas dimanapun dan kapanpun

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kreativitas Mahasiswa KKN 46 UMM Hasilkan Kopi dari Biji Salak

7 Agustus 2019   09:31 Diperbarui: 7 Agustus 2019   11:08 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salak merupakan salah satu hasil pertanian masayarakat Desa Wonorejo, Kec. Bantur, Kab. Malang. Namun salak hanya dimanfaatkan bagian daging buahnya saja untuk dikonsumsi dan membuang bijinya menjadi sampah. 

Padahal, biji salak yang terbuang ini dapat diolah kembali menjadi sebuah produk yang memiliki nilai jual.  

Inilah yang akhirnya menginspirasi mahsiswa KKN 46 UMM yang dibimbing oleh Dra. Dewi Nurjannah, M.M untuk mengolah limbah biji salak menjadi bubuk kopi. 

Sebelum proses pemanfaatan biji salak, mahasiswa KKN 46 UMM memberikan penyuluhan kopi biji salak terlebih dahulu pada hari Minggu (21/7/2019) di Balai Desa Wonorejo, Kec. Bantur, Kab.Malang. Penyuluhan ini berkelanjutan selama empat kali yaitu diadakan kembali pada hari Rabu (24/7/2019), Senin (29/7/2019) dan Selasa  (6/8/2019) di salah satu rumah warga tempat berkumpulnya ibu-ibu PKK dan PKH. Tujuan dilakukan berulang agar tahap per tahap dapat dilakukan dan dipraktikan dengan benar. 

Penyuluhan ini merupakan salah satu program kerja divisi Ekonomi untuk mengembangkan hasil sumber daya alam yang dapat menjadi ladang  usaha unik dan menjual ditengah pesatnya penikmat makanan/minuman unik.  

Materi diisi oleh Melinda Dwi Permatasari mahasiswa dari Ilmu dan Teknologi Pangan dan Firmansyah Adiputra Ekonomi Syariah Universitas Muhamadiyah. Kegiatan ini dihadiri oleh 51 warga dan organisasi desa yang meliputi Pemuda Gereja karena mayoritas beragama kristen serta ibu-ibu PKK dan PKH.

Kopi biji salak bukan hanya dari segi rasa yang nikmat namun juga memiliki khasiat. Dari segi kandungannya, kopi biji salak memiliki anti oksidan yang bermanfaat bagi kesehatan untuk menangkal radikal bebas. Kopi ini juga cocok bagi anda yang memiliki riwayat penyakit asam lambung karena kandungannya yang rendah kaefin.

Cara membuat kopi biji salak itu sendiri cukup mudah. Prosesnya dimulai dengan pengumpulan biji salak pondoh dari KKN 46 UMM yang kemudian dipotong kecil-kecil seukuran kerikil. 

Selanjutnya potongan biji salak tersebut dicuci dan dijemur di bawah sinar matahari. Umumnya biji salak tersebut akan kering sekitar 2-3 hari namun biji salak bisa kering dalam 1 hari apabila matahari sedang terik-teriknya. 

Kemudian apabila biji salak sudah kering maka dilanjutkan dengan menyangrai biji kering tersebut menggunakan wajan tanah liat untuk mengeluarkan wangi dari biji salaknya sekaligus meratakan warna dari kopi biji salak tersebut.

Salah satu hal yang penting selama proses pembuatan kopi biji salak adalah proses penyangraian karena biji salak tersebut harus dipastikan sampai berwarna hitam gosong namun masih ada kecoklatan barulah bisa diangkat. Pastikan jangan sampai terlalu gosong. 

Apabila terlalu gosong maka rasanya akan pahit dan baunya tidak khas seperti bau salak. Selanjutnya, tumbuk menggunakan lesung dan ayak menggunakan 2 ayakan yaitu yang sangrai besar dan sangrai paling kecil. Lalu dimasukkan hasilnya ke proses packaging dan masukkan ke dalam plastik berukutan 50g serta berikan label Coffee 46.

"Nantinya sebelum berakhirnya masa KKN, kami ingin melakukan serah terima kopi biji salak untuk diolah dan dijual di Desa Wonorejo. Jadi saat acara penutupan nanti kami sekaligus melakukan launching kopi biji salak", ungkap Melinda, salah satu pemateri dari penyuluhan biji kopi salak.

Respon dari peserta pun sangat positif terhadap inovasi biji kopi salak yang satu ini. Banyak warga yang ingin sekali terus dibimbing untuk pembuatan kopi biji salak tersebut. 

Tak hanya itu, warga pun secara sukarela mengundang KKN 46 UMM untuk memberikan materi mengenai biji kopi salak dalam acara ibu-ibu PKK. 

"Rasanya enak seperti kopi tapi ada salaknya. Kalau kopi ini saya berani minum mbak karena kafeinnya rendah", ungkap Bu Susi, salah satu anggota PKH yang menjadi peserta dalam penyuluhan kopi biji salak." 

Seiring berjalannya waktu, warga dari Desa Wonorejo ikut menyumbangkan ide untuk berinovasi dengan mencampurkan kopi biji salak dan coklat. 

Selain itu, dalam waktu dekat ini, KKN 46 UMM dan juga warga akan segera meresmikan kopi biji salak sekaligus mendiskusikan terkait harga jual dan label dari produk kopi biji salak.

Setelah adanya pengembangan biji salak dari mahasiswa KKN 46 UMM diharapkan nantinya masyarakat Desa Wonorejo dapat mengembangkannya secara mandiri, bahkan diinovasi dengan berbagai rasa yang unik. 

Manfaat jangka panjang dapat meningkatkan perekonomian masayarakat Desa Wonorejo dan siap bersaing dalam hal pengelolaan dibidang kuliner. 

Selain itu dapat mengurangi sampah serta memberikan inspirasi untuk memanfaatkan limbah-limbah yang tidak bermanfaat menjadi produk yang menjual.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun