Mohon tunggu...
gitachandra augustia rahmat
gitachandra augustia rahmat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa aktif semester 5

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menyusuri Malang, Menyapa Bromo!

7 Januari 2025   15:09 Diperbarui: 7 Januari 2025   15:09 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi di zona Hollywood Museum Angkut

Menyusuri Malang, Menyapa Bromo

Liburan ke Gunung Bromo via Malang adalah pengalaman yang selalu meninggalkan kesan mendalam. Malang, yang dikenal dengan udara sejuk dan lanskap hijau, menjadi gerbang sempurna menuju keajaiban alam Bromo. Dalam perjalanan ini, saya akan berbagi pengalaman memikat tentang keindahan alam dan petualangan yang tak terlupakan.

  • Hari Pertama: Menyusuri Malang

Perjalanan dimulai dari kota Malang, sebuah kota yang memadukan sejarah kolonial dengan suasana modern. Saya tiba di Malang sore hari, disambut dengan semilir angin pegunungan dan aroma makanan jalanan yang menggoda. Setelah check-in di penginapan di kawasan Jalan Pisang Kipas, saya memutuskan untuk beristirahat dahulu sebelum mengunjungi Museum Angkut, yang merupakan salah satu destinasi wisata populer di Malang untuk esok hari.

Museum Angkut menawarkan pengalaman yang unik, memadukan sejarah transportasi dengan wahana interaktif. Saya terpukau dengan koleksi kendaraan dari berbagai era dan negara, mulai dari mobil klasik hingga pesawat terbang. Selain itu, museum ini memiliki zona-zona tematik seperti kawasan Eropa dan Hollywood, yang membuat saya merasa seolah-olah sedang berkeliling dunia. Malam harinya, saya kembali ke penginapan untuk beristirahat, mempersiapkan diri untuk perjalanan ke Bromo esok hari.

Dokumentasi di Museum Angkut
Dokumentasi di Museum Angkut
  • Hari Kedua: Menjelajahi Bromo

Pukul tiga pagi, saya sudah bersiap dengan jaket tebal, sarung tangan, dan topi untuk melawan dinginnya udara pegunungan. Dengan jeep yang telah disewa, saya dan rombongan menuju Penanjakan 1, titik pandang terbaik untuk menyaksikan matahari terbit. Perjalanan ini penuh dengan tikungan tajam dan tanjakan curam, namun keindahan langit malam yang dipenuhi bintang membuat segalanya terasa magis.

Sesampainya di Penanjakan, suasana sudah ramai oleh wisatawan yang menanti detik-detik matahari terbit. Saya memilih tempat strategis di pinggir menghadap langsung ke arah Gunung Bromo, Gunung Batok, dan latar belakang megah Gunung Semeru. Ketika cahaya pertama muncul di ufuk timur, pemandangan yang saya saksikan sungguh luar biasa. Gunung Bromo tampak seperti lukisan hidup, dengan kabut tipis yang mengelilinginya dan semburat warna oranye yang menghiasi langit.

Setelah puas menikmati matahari terbit, perjalanan dilanjutkan menuju Bukit Widodaren, sebuah bukit yang menawarkan pemandangan unik Gunung Bromo dari sudut berbeda. Di sini, saya merasa seperti berada di dunia lain, dengan lanskap yang penuh bebatuan vulkanik dan udara segar yang menyelimuti. Saya sempat mengambil beberapa foto di sini untuk mengabadikan momen.

Dokumentasi di Bukit Widodaren
Dokumentasi di Bukit Widodaren
Dokumentasi di Bukit Widodaren
Dokumentasi di Bukit Widodaren
Destinasi berikutnya adalah Pasir Berbisik, sebuah hamparan pasir luas yang terkenal dengan suara desiran angin yang unik. Saya berjalan-jalan di atas pasir ini sambil menikmati ketenangan alam. Suara angin yang menerpa butiran pasir menciptakan harmoni yang begitu menenangkan. Saya juga melihat beberapa wisatawan lain yang memanfaatkan lokasi ini untuk pengambilan foto pre-wedding, menjadikannya semakin istimewa.

Dokumentasi di pasir berbisik
Dokumentasi di pasir berbisik

Kemudian, saya melanjutkan perjalanan ke Savana, sebuah lembah hijau yang kontras dengan kawasan pasir sebelumnya. Pemandangan di sini sungguh memukau, dengan bukit-bukit kecil yang menjulang di kejauhan dan rumput hijau yang terbentang luas. Saya sempat duduk sejenak di sini, merasakan ketenangan yang sulit ditemukan di kota besar. Langit biru cerah dan udara segar memberikan sensasi relaksasi yang luar biasa.

Dokumentasi di Savana
Dokumentasi di Savana

Setelah menjelajahi empat destinasi di Bromo, saya kembali ke Malang pada sore hari. Malamnya, saya mengunjungi Alun-Alun Kota Malang untuk mencicipi berbagai kuliner lokal. Suasana malam di alun-alun sangat ramai dan menyenangkan, memberikan pengalaman yang sempurna untuk mengakhiri hari. Sambil menikmati makanan, saya mengamati keramaian pengunjung yang bermain dan bersantai di sekitar alun-alun, menambah kehangatan suasana malam itu.

  • Hari Ketiga: Menutup Perjalanan

Setelah sarapan, saya bersiap untuk perjalanan pulang. Namun sebelum meninggalkan Malang, saya sempat membeli oleh-oleh khas kota ini, seperti keripik tempe dan keripik apel Malang. Saya juga menyempatkan diri mampir ke toko-toko suvenir di sekitar Jalan Ijen untuk mencari kenang-kenangan berupa kerajinan tangan lokal.

Meski singkat, liburan ini meninggalkan kesan mendalam. Gunung Bromo dan Malang bukan sekadar destinasi wisata, mereka adalah tempat yang mampu menyentuh hati dan menyegarkan jiwa. Perpaduan antara keindahan alam, budaya lokal, dan keramahan masyarakat membuat pengalaman ini begitu berharga. Saya berjanji pada diri sendiri untuk kembali suatu hari nanti, karena keindahan ini terlalu berharga untuk hanya dinikmati sekali. Bahkan sekarang, ketika saya menulis cerita ini, bayangan matahari terbit di Bromo dan suasana malam di Malang masih begitu jelas di ingatan, seolah-olah saya baru saja mengalaminya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun