Mohon tunggu...
Gita A Persadani
Gita A Persadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S-1 Universitas Airlangga

to draft is to start your journey.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Harmonisasi Hubungan Internasional: Jalinan Kooperatif melalui Migrasi Pelajar

20 Maret 2023   13:30 Diperbarui: 20 Maret 2023   16:36 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk ketiga kalinya, program International Student Mobility Awards atau IISMA usungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbud Ristek RI) tidak pernah sekalipun dilewati oleh ramai mahasiswa-mahasiswi seluruh Indonesia sebagai bentuk beasiswa mobilisasi ke beragam kampus ternama di dunia. Membludaknya angka migrasi masyarakat dalam konteks pendidikan seperti studi kasus IISMA, sejatinya dipaparkan rinci pada laman Konsulat Jenderal Indonesia di Davao, Filipina (10/1/22), bahwasanya fenomena tersebut dikatakan berpotensi memperdalam jalinan relasi kooperatif antara dua atau lebih negara yang saling berhubungan satu sama lain. Hal ini sejalan dengan pernyataan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Ristek RI – Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D. – dalam kegiatan peluncuran program IISMA untuk pertama kalinya di tahun 2021, yang dituturkannya sebagai berikut.

Kami harap, dengan perguruan tinggi mengirim mahasiswanya ke perguruan tinggi luar negeri akan dapat terlibat langsung untuk lebih optimal menjalin kemitraan di kancah internasional.

-Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D. (Kemendikbud RI, 2021)

Jika ditelisik secara umum, konsep “hubungan internasional” kerap kali ditandai dengan adanya interaksi antara dua atau lebih negara di dunia dipicu oleh kepentingan nasional tertentu yang relevan, paling banyak mengarah pada aspek perpolitikan serta ekonomi dan bisnis. Belakangan ini, aspek sosial-kebudayaan kian ditekankan sebagai highlight utama bagi suatu negara untuk menciptakan hubungan internasional dengan negara lain yang ditujunya, salah satunya didorong oleh migrasi para mahasiswa yang secara tidak langsung menjadi bagian dari dinamika diaspora internasional (Parvati, 2013). Berdasarkan Castelli (2018), migrasi diartikan sebagai sebuah aksi mobilitas manusia – baik individu maupun kelompok – dari satu lokasi negara ke negara lainnya dengan alasan kepentingan yang beragam, mayoritasnya berkaitan dengan pemenuhan kehidupan yang lebih baik. Klasifikasi para migran sebagai orang yang melakukan migrasi seringkali dihubungkan dengan migrasi pekerja atau migrasi mahasiswa.

Berfokus pada migrasi mahasiswa, dituliskan pada laman Kedutaan Besar dan Konsulat Amerika Serikat (AS) di Indonesia (t.t.), sejatinya disebut sebagai langkah efektif yang mampu meningkatkan kerjasama yang lebih dekat antara negara yang berhubungan, yakni dengan memfasilitasi program pertukaran pelajar mahasiswa dalam rangka mewujudkan keberlanjutan relasi AS-Indonesia salah satunya melalui beasiswa. Dilansir dari tulisan Anggoro melalui medcom.id (14/9/22), dicontohkan bahwa pemerintah AS menerapkan Fulbright Scholarship untuk menjamin pelajar internasional termasuk Indonesia untuk menambah wawasan dalam pemenuhan edukasi mereka, dan AS telah memperbarui kerjasamanya melalui Kemendikbud Ristek RI pada tahun 2021 silam. Melalui American-Indonesian Exchange Foundation (AMINEF), kedua negara ini kerap memperdalam hubungannya secara kolaboratif menyediakan wadah beasiswa bagi para pelajar di Indonesia untuk melakukan studi di AS (Anggoro, 2022).

Selain itu, ditambahkan dari tulisan yang disunting Nasution dan dimuat pada ANTARA (8/11/22), migrasi mahasiswa dan pertukaran pelajar dapat diposisikan sebagai upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia yang semakin profesional serta kolaborasi antar-negara yang kian diperkuat melalui aspek edukasi. Contoh lainnya dapat diambil dari hubungan antara Indonesia dengan Korea Selatan yang kerap meningkat akibat globalisasi dan fenomena K-Wave belakangan ini. Ditambahkan oleh pernyataan Mulyana & Eko (2017), adanya migrasi pelajar Indonesia seperti pada Busan, Korea Selatan, sejatinya mampu memunculkan fenomena cultural exchange antara dua negara yang berhubungan. Dengan adanya kenaikan angka migrasi mahasiswa serta pertukaran pelajar di Korea Selatan, diasumsikan bahwasanya akan muncul hubungan lain berkaitan dengan budaya seperti akulturasi serta relasi yang berpotensi mempengaruhi jalinan kooperatif yang lebih luas antara Indonesia-Korea Selatan kedepannya (Nasution, 2022). 

Namun, angka mobilitas migrasi mahasiswa dan pertukaran pelajar di dunia lantas terdistorsi serta menurun drastis akibat kemunculan pandemi COVID-19 yang memaksa adanya lockdown termasuk pembatasan perpindahan manusia antar-lokasi, seperti pergerakan dari satu negara ke negara lainnya. Tidak hanya berdampak pada angka penurunan jumlah migran pelajar di dunia, tetapi juga terhambatnya perputaran remitansi yang ada (World Bank, 2020). Di sisi lain, peningkatan hubungan kooperatif antar-negara melalui aspek pendidikan dapat dialihkan melalui program course internasional yang diadakan secara daring, salah satunya seperti SHARE sebagai proyek kolaborasi Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dengan European Union (EU) melalui  Virtual Exchange (VE) atau Collaborative Online International Learning (COIL) (SHARE ASEAN-EU, 2021). Pemenuhan tujuan-tujuan mahasiswa untuk mencapai edukasi yang lebih luas melalui interaksi dengan negara lain termasuk upaya memperdalam kerjasama antar-negara pun, dapat tetap direalisasikan terlepas dari adanya gangguan pandemi terbantu oleh teknologi yang semakin canggih. Persyaratan untuk menggunakan vaksin sebelum keberangkatan ke luar negeri, pasca-pandemi, dapat pula dijadikan satu langkah untuk mengembalikan situasi sebagaimana hal tersebut dibangun sebelum pandemi muncul.

Sebagai konklusi akhir, nyatanya migrasi memang disebut sebagai satu fasilitas yang mampu membantu negara dalam mencapai tujuan tertentu, seperti salah satunya melalui pendidikan. Adanya mobilitas mahasiswa atau pertukaran pelajar dari satu negara ke negara lainnya diposisikan menjadi sebuah fenomena baru yang berpotensi meningkatkan hubungan antar-negara yang lebih kooperatif dan menguntungkan kedepannya. Hal ini direalisasikan melalui sebagian penciptaan program student exchange, beasiswa, dan online course selama masa pandemi COVID-19. Kemungkinan membuka peluang partnership baru pun tidaklah mustahil untuk dihadirkan melalui kerjasama pendidikan antar-negara, yang mana mampu menghasilkan stabilitas regional dan internasional memanfaatkan aspek di luar politik atau ekonomi, yakni edukasi serta migrasi pelajar nasional.

Referensi:

Anggoro, W. D., 2022. “Indonesia, US Deepen Education Partnership by Renewing Fulbright Arrangement.” Medcom.id (daring). Ditulis pada 14 September 2022. https://www.medcom.id/english/national/wkB2WvBk-indonesia-us-deepen-education-partnership-by-renewing-fulbright-arrangementindonesia-us-deepen-education-partnership-by-renewing-fulbright-arrangement (diakses 19 Maret 2023).

Castelli, F., 2018. “Drivers of migration: why do people move?” Journal of Travel Medicine, 25(1): 1–7.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun