Mohon tunggu...
Gita Andari
Gita Andari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/Mahasiswa

Saya gemar menulis konten dan mengeksplorasi berbagai topik. Senang belajar bahasa baru, dan budaya dari berbagai masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perjalanan Menjaga Tanah Demi Ketahanan Pangan Bangsa

31 Oktober 2024   17:35 Diperbarui: 31 Oktober 2024   17:38 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar sawah di Bali, oleh Ni Wayan Emi Ari, 2024.

Perlu digaris bawahi betapa pentingnya pertanian organik pada lingkungan. Jangan sampai degradasi tanah ini berlangsung berlarut-larut. Pertanian organik memberikan manfaat signifikan untuk menjaga lingkungan dan kualitas tanah. Sementara pertanian konvensional yang mengandalkan pupuk dan pestisida kimia kerap berdampak negatif, menurunkan kualitas dan kesuburan tanah, metode ini berisiko membuat tanah mengalami degradasi, mengurangi kandungan organik, dan menurunkan kadar mikroorganisme penting dalam siklus nutrisi alami.

Sebaliknya, metode pertanian organik menggunakan bahan alami untuk memperkaya tanah dengan karbon organik (C-Organik), yang merupakan elemen penting bagi kesuburan tanah. Kandungan karbon ini membantu penyerapan air, menjaga kelembapan, dan menyediakan nutrisi yang stabil bagi tanaman. Selain itu, karbon organik berperan penting dalam menghadapi perubahan iklim, membantu tanah menyimpan lebih banyak karbon dan mengurangi emisi karbon ke atmosfer.

Melalui teknik seperti pemupukan alami, kompos, dan rotasi tanaman, pertanian organik mampu mengembalikan unsur hara yang hilang ke dalam tanah, mencegah degradasi, dan menjaga keseimbangan ekosistem. Ini memberikan manfaat jangka panjang bagi produktivitas tanah serta melindungi keanekaragaman hayati yang penting untuk kesehatan ekosistem pertanian dan tentunya ketahanan pangan di masa depan.  

Untuk memaksimalkan ketahanan pangan di masa mendatang, tentu selain melestarikan tanah, juga perlu menyesuaikan dengan budaya bertani masyarakat setempat. Ini menadi tantangan untuk mengembangkan pertanian organik yang berintegrasi dengan budaya masyarakat. Sistem pangan yang baik adalah yang menyatu dengan budaya lokal setempat. Sebagai contoh, prinsip menjaga alam (tanah), yang ada di Bali tertuang melalui kepercayaan masyarakat pada konsep Tri Hita Karana. Nilai-nilai Tri Hita Karana yaitu menjaga hubungan baik dengan manusia dan sesamanya (pawongan), dengan alam (palemahan), dan dengan tuhan (parahyangan). Dengan demikian sebagian besar pertanian di Bali menganut sistem Subak. Dimana sistem irigasi dilakukan melalui sumber mata air alami, dialirkan dari gunung, sungai, hingga menuju ke laut. Di lain tempat, seperti di Boti, NTT. Sistem pangan masyarakat juga menyatu dengan kebudayaan lokal. Mereka memiliki prinsip "menanam beragam tanaman, makan beragam pangan yang ditanam". Sistem agroforesty, Wanatani dan integrasi ternak menjaga keberagaman benih lokal. Keberhasilan implementasi sistem pertanian di kedua tempat tersebut membuat keduanya menjadi daerah yang memiliki ketahanan pangan yang baik di Indonesia.

Perjalanan menjaga tanah, menuju ketahanan pangan di Indonesia harus bergerak dari hulu hingga hilir. Rancangan pembuatan lumbung pangan atau food estate yang sejauh ini masih dalam proses pengembangan, perlu memperhatikan aspek lingkungan dan budaya untuk menjamin keberhasilan produksi pangan yang telah lama menjadi mimpi bangsa ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun