Beberapa Dampak Covid-19 Pada Proses Pendidikan
Sejak akhir 2019 wabah virus corona menjadi topik perbincangan hangat yang sering dibicarakan. Corona merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dan menimbulkan gejala utama berupa gangguan pernapasan. Kemunculannya pertama kali berada di Wuhan,China kemudian menyebar dengan cepat ke berbagai negara hingga sampai ke Indonesia.Â
Satuan tugas penanganan Covid-19 menyebutkan bahwa penyebaran corona di Indonesia sudah memasuki fase puncak kedua dengan kenaikan kasus lebih tinggi dari puncak pertama.Â
Pada puncak pertama, tercatat sebanyak 89.902 kasus, sementara di puncak kedua, jumlah mingguannya mencapai 125.396 kasus. Kenaikan kasus  covid-19 terjadi saat Indonesia dinilai mengalami penurunan kasus dari puncak yang pertama selama 15 minggu menurun hingga 244%.Â
Setidaknya, sudah ada 3 provinsi yang berkontribusi besar pada peningkatan kasus Covid-19, yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Menurut juru bicara satgas Covid-19 Wiku Adisasmito, ketiga provinsi tersebut perlu melibatkan  penanganan wabah secara kolektif.
Dampak Covid-19 pada Pendidikan Kedokteran
Salah satu upaya untuk mencegah penyebaran virus corona adalah belajar dan bekerja dari rumah. Tujuannya untuk membatasi interaksi antar orang dan mencegah terjadinya penularan Covid-19. Salah satu dampak yang paling dirasakan adalah proses pendidikan bidang kedokteran. Ada dua aspek yang tidak terpisahkan dalam pendidikan kedokteran, yaitu pendidikan dan pelayanan Kesehatan.Â
Metode pembelajaran pendidikan kedokteran secara umum adalah perkuliahan, keterampilan medik, praktikum, pengabdian masyarakat, dan bimbingan klinik.Â
Seluruh kegiatan itu harus memenuhi standar yang telah ditetapkan. Covid-19 ini sangat berdampak kepada pendidikan kedokteran karena pencapaian standar kompetensi lulusan pada pendidikan akademik dan profesi merupakan kriteria minimal tentang kualifikasi kemampuan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dinyatakan dalam rumusan pencapaian pembelajaran. Pembatasan aktivitas fisik hanya memungkinkan  pembelajaran jarak jauh secara online.
Beberapa universitas sedang memikirkan kebijakan terkait ujian akhir untuk jenjang akademik, apakah masih memungkinkan untuk dilaksanakan secara online atau kombinasi antara online dan offline. Upaya ini dilakukan untuk membuka celah agar mahasiswa dapat lulus tepat waktu.Â
Dalam situasi dan keterbatasan seperti ini diharapkan bisa melahirkan konsep, metode, dan formula baru dalam proses pendidikan kedokteran. Tercapainya kompetensi ini masih dimungkinkan sesuai dengan kurikulum dan memenuhi standar yang sudah ditentukan.
Dampak Covid-19 Pada Pendidikan Anak
Saat ini dunia dihebohkan dengan wabah covid-19, tidak terkecuali Indonesia. Pemerintah Indonesia sendiri pun telah mengambil beberapa kebijakan untuk memutus rantai penularan covid-19 ini. Terutama memprioritaskan kesehatan dan keselamatan rakyat, belajar, beribadah, dan bekerja dari rumah. Sejumlah protokol kesehatan pun telah dibuat pemerintah agar masyarakat dapat mematuhi aturan yang sudah ditetapkan supaya tidak bertambah lagi korban jiwa akibat virus ini.
UNESCO menyebutkan bahwa pandemic c0vid-19 mengancam sekitar 577.305.660 pelajar dari pendidikan sekolah dasar hingga menengah atas dan 86.034.287 pelajar dari pendidikan tinggi di seluruh du nia. Seperti kebijaakan yang telah diambil oleh beberapa negara yang terjangkit virus ini, Indonesia meliburkan seluruh aktivitas pendidikan.Â
Hal ini membuat pemerintah dan lembaga terkait menghadirkan alternatif proses pendidikan bagi peserta didik dengan belajar jarak jauh atau online atau belajar dari rumah dengan didampingi oleh orang tua. Bagi beberapa universitas yang sudah memiliki system akademik online, menerapkan kebijakan belajar mengajar jarak jauh di rumah atau pembelajaran online sepertinya tidak menjadi masalah. Akan tetapi untuk beberapa universitas lain yang tidak memiliki system seperti itu, ini menjadi masalah.
Dampak yang dirasakkan oleh peserta didik dari belajar secara daring adalah beban pelajaran terlalu banyak. Pada saat yang sama, siswa dituntut untuk mengamati dan mempelajari topik sendiri. Bahkan jika diberi waktu untuk bertanya kepada guru melalu pesan aplikasi chat, itu dirasakan tidak cukup waktu. Apalagi belajar secara online dari rumah juga membuat siswa mudah bosan karena tidak bisa berinteraksi langsung dengan guru ataupun teman. Oleh karena itu, orang tua perlu memaksimalkan perannya untuk membantu anak-anaknya apalagi jika mereka masih dalam sekolah dasar. Karena pada seusia mereka, sifat mereka unik, energik, aktif, dan memiliki ego tinggi. Disini lah orang tua harus bisa menggali karakter anaknya agar belajar secara daring bisa lancar dan menyenangkan.
Semuanya kembali lagi kepada diri kita, cepat atau lamanya wabah ini tergantung dari bagaimana kita menghadapinya. Apakah selamanya kita harus hidup berdampingan dengan wabah ini, atau kita ingin agar wabah ini segera berakhir. Maka dari itu patuhilah protokol kesehatan yang telah dibuat oleh pemerintah agar wabah ini bisa secepatnya menghilang dan bumi pun bisa pulih seperti sedia kala.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H