Dalam kasus tersebut, masih banyak orang yang berpikir bahwa orang-orang dari negaranya sendiri sulit untuk dipercaya, atau kasarnya bodoh karena cara pandang stereotipe yang diciptakan oleh masyarakat kita sendiri akibat dari orientalisme yang dulu ditanamkan dalam diri kita dan ditujukkan untuk memberi cap bagi masyarakat kita sendiri.
Melihat kebudayaan, agama, suku dan ras yang kita miliki dari kacamata kita sendiri dapat membuat kita lebih memahami dan mencintai apa yang kita miliki tersebut. Sebagai seorang pemilik, tentu kita akan lebih mengerti karakteristik sebenarnya dari hal-hal primordial (kebudayaan, agama, suku dan ras) dibandingkan dengan orang-orang yang hanya beberapa tahun mencoba untuk mempelajari dan mengerti mengenai kebudayaan kita. Maka dari itu, jangan biarkan orang lain membentuk pandangan kita sendiri tentang hal yang menjadi milik kita yang dapat membuat kita menjadi enggan dan merasa malu untuk mengakui hal-hal primordial tersebut. Jika bukan kita, lantas siapa yang akan menjaga kelangsungan hidup dari kebudayaan, agama, suku dan ras yang kita miliki?
Referensi :
Definitionof Orientalism in English, Oxford Dictionaries, Diakses pada 6 November 2016, https://en.oxforddictionaries.com/definition/orientalism
“What is Orientalism?”, Reclaiming Identity : Dismantling Arab Stereotypes, Diakses pada 6 November 2016, http://www.arabstereotypes.org/why-stereotypes/what-orientalism
Orientalism, English 539 – Postcolonial Literature : Western Michigan University, Diakses pada tanggal 6 November 2016, https://wmich.edu/dialogues/texts/orientalism.htm
Orientalism: Introduction – Becoming Modern, Nancy Demerdash, Diakses pada tanggal 7November 2016, https://www.khanacademy.org/humanities/becoming-modern/intro-becoming-modern/a/orientalism
ReclaimingIdentity : Dismantling Arab Stereotype, Diakses pada tanggal 7 November 2016,ibid.