SIKAP. Kata itu dijadikan alasan mendasar dan utama yang membuat Mario Gomez harus angkat kaki dari Persib Bandung. Padahal, kontrak dua musim baru dijalani setengahnya.
Gomez memang kontroversial. Setidaknya di sepak bola Indonesia. Padahal, dia baru menjalani musim pertama yang seharusnya menjadi masa pengenalan. Gomez berbeda. Dia memilih ceplas- ceplos dalam mengeluarkan komentar di hadapan awak media.
Baru memimpin latihan pertama, dia sudah mengeluh tentang lapangan. Padahal, pelatih-pelatih sebelumnya tak pernah mempersoalkannya. Kenyataannya, kualitas lapangan yang dipakai sangat jauh dibandingkan yang dia pergunakan ketika menangani Johor Darul Ta'zim. Tim Malaysia itu dia antar menjadi juara Piala AFC. JDT menjadi tim pertama Asia Tenggara yang merasakannya.
Bukan hanya lapangan, Gomez juga menuntut fasilitas lain untuk tim seperti pusat kebugaran dan mes. Manajemen hanya menjanjikan dengan mengatakan itu sebagai target jangka panjang.
Gomez juga pernah mengancam akan melaporkan Komite Disiplin PSSI ke FIFA karena menyanksi pemainnya. Momen itu terjadi ketika Supardi Nasir dilarang bermain dalam empat laga beruntun setelah dianggap menanduk wasit yang memimpin laga melawan Mitra Kukar di pekan ketiga.
Pelatih 61 tahun itu memang sering kali mengeluarkan komentar-komentar pedas. Manajemen yang paling sering menjadi sasarannya.
Setidaknya, dia dua kali berbicara akan meninggalkan Persib. Yang pertama dalam konferensi pers sebelum laga tandang melawan Bali United. Yang kedua, di hadapan wartawan menjelang menghadapi PSM di Stadion Andi Mattalatta, Makassar.
Dia bahkan menegaskan tak akan melanjutkan karier di Persib jika masih ada Glenn Sugita (direktur utama) dan Teddy Tjahjono (direktur keuangan). Yang terjadi, dia kemudian mengatakan, akan bertahan jika Umuh Muchtar (manajer tim), memintanya.
Apakah Umuh kemudian memintanya bertahan? Tidak. Pria dengan kumis lebat itu bahkan membocorkan kalau manajemen sudah mencari pelatih anyar sebelum kompetisi selesai. Karena tak mungkin manajemen mengeluarkan Glenn dan Teddy hanya demi Gomez, bukan?
Bahkan, Teddy pula yang kemudian mengumumkan kalau masa depan Gomez sudah selesai pada Rabu (12/12/2018). Teddy mengatakan, attitude Gomez yang membuat manajemen melepasnya walau harus mengeluarkan kompensasi karena mantan asisten Hector Cuper itu dikontrak dua musim.
Teddy menyebut dosa terbesar Gomez adalah membuat tim tidak kondusif. Di antara dosa adalah, pria berambut perak itu menuduh beberapa pemainnya tampil dalam keadaan tersuap.
Hal itu membuat tim panas. Apalagi, Supardi dan Ardi Idrus yang sebelumnya selalu menjadi pilihan utama tiba-tiba tak dibawa saat tandang ke kandang PSIS Semarang. Padahal, keduanya sedang tak bermasalah dalam kebugaran atau mendapat akumulasi kartu kuning.
Selain dua pemain itu, Eka Ramdani dan Ghozali Siregar juga masuk dalam daftar tertuduh. Lainnya mungkin ada juga meski tak terekspos.
Di antara dosa, Gomez tetap memiliki sisi yang membuat bobotoh percaya dia bisa mengantar Persib juara jika tak ada faktor nonteknis. Bahkan, dia dianggap layak dipertahankan meski manajemen berkata berbeda.
Warisan yang paling diingat orang adalah melambungnya nama Ardi dan Ghozali. Persib juga diantarnya finis di posisi empat, meski dianggap mengecewakan walau target manajemen berada di big five. Sebab, Persib yang berstatus juara paruh musim sempat berada di puncak klasemen dalam sembilan pekan beruntun.
Lalu, siapa yang akan menangani Persib musim depan?
Manajemen masih bungkam. Walau begitu, sudah ada nama yang berseliweran. Satu di antaranya Simon McMenemy yang mengantarkan Bhayangkara FC juara musim lalu dan menyalip Persib di pekan terakhir pada musim ini. Bhayangkara FC finis di posisi tiga, Persib di bawahnya.
McMenemy boleh dicoba. Dia telah membuktikan memiliki standar tinggi dalam dua musim ini. Yang pasti, dia juga bisa mengorbitkan muka-muka baru selayaknya Gomez di Persib.
i era Gomez, beberapa pemain muda mendapat jam terbang. Henhen Herdiana, Agung Mulyadi, Puja Abdillah, dan Indra Mustafa menjadi bagian itu.
McMenemy bisa melanjutkan "progam" yang sudah dipatok Gomez. Meski, perubahan- perubahan harus dilakukan karena tentu saja Persib tak boleh finis di posisi empat lagi. Rujukannya adalah prestasi yang ditorehkan Gomez musim ini.
tau, jangan-jangan Miljan Radovic yang dipersiapkan sebagai pengganti? Bisa jadi. Mantan gelandang Persib itu sempat diisukan akan menangani tim sebelum manajemen mengumumkan nama Gomez. Miljan kini berstatus direktur teknik Persib.
Tidak boleh telat
Siapapun pelatihnya, Persib dilarang telat mempersiapkan diri lagi. Menjelang Liga 1 2018, Persib kalah start dari pesaing. Saat Sriwijaya FC sudah menggelar latihan, manajemen Maung Bandung kala itu belum juga membocorkan pelatih yang menangani tim.
Beruntung Gomez jitu dalam menyusun taktik. Di saat semua orang pesimistis dengan masa depan tim, dia membuktikan diri mampu berbuat banyak. Bayangkan, pemain yang masuk ketika itu hanya berbentuk Airlangga Sutjipto, Eka, Ardi, Ghozali, M Al Amin Syukur Fisabillah, Muchlis Hadi Ning, serta mempromosikan beberapa pemain muda dari tim junior. Sedangkan, duet di lini pertahanan Vladimir Vujovic-Achmad Jufriyanto juga hengkang. Beruntung penggantinya sepadan, berupa Victor Igbonefo-Bojan Malisic.
Sekarang, yang patut ditunggu adalah gebrakan manajemen untuk memuaskan bobotoh musim depan. Karena, mereka memerlukan itu setelah sangat "sakit" melihat Persija berpesta di akhir musim. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H