Yang sangat tega adalah Arema FC dan Makan Konate. Tim Singo Edan itu berjuang sekuat tenaga untuk mengalahkan Sriwijaya FC. Lawan sempat unggul tapi kemudian mengakhiri pertarungan dengan kekalahan 1-2. Sialnya, satu di antara gol Arema FC dicetak Konate dari titik penalti. Padahal, gelandang asal Mali itu merupakan bagian Sriwijaya FC di putaran pertama.
Seandainya Arema FC "mengalah" sebenarnya tidak langsung menyelamatkan Sriwijaya FC. Sebab, PS Tira, Perseru, dan Sriwijaya FC berpoin sama 42. Satu di antara mereka tetap harus menemani PSMS dan Mitra Kukar setelah dihitung head to head-nya sesuai regulasi penentuan posisi jika ada dua tim atau lebih yang berpoin sama. Â
Drama di pekan terakhir ini melanjutkan cerita-cerita sebelumnya. Jika benar ada tolong-menolong dengan sadar, tentu mencederai fair play.
Tapi, apapun itu, semoga kompetisi musim depan tetap berformat seperti musim ini. Tak ada perubahan sistem kompetisi, misalnya menjadi dua wilayah secara mendadak, hanya untuk mengakomodasi keinginan tim degradasi agar tetap bermain di Liga 1.
Dan yang pasti, tidak ada lagi isu --semoga benar-benar isu-- match fixing lagi. Biarkan sepak bola berkembang dengan baik. Karena, sejatinya, kompetisi baik akan berimbas pada tim nasional yang baik. Jika timnasnya berprestasi, maka nama negara juga terangkat.
Selamat Persija sudah juara dengan cerita-ceritanya. Tetap semangat buat Mitra Kukar, Sriwijaya FC, dan PSMS Medan. Juga, selamat datang PSS, Semen Padang, dan Kalteng Putra.
Kehadiran Semen Padang yang berkutat di Liga 2 semusim pada akhirnya memastikan Sumatera tetap memiliki wakil di Liga 1.
Bravo sepak bola Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H