Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Horor Singkat Tercekat #39

23 Oktober 2015   00:02 Diperbarui: 23 Oktober 2015   00:02 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dark Gate - Foto: flickr.com"][/caption]

‘Saya sudah di depan Dik...’ pesan yang Retno baca. Bergegas, Retno keluar dari kamar kosnya. Walau sudah agak larut, Retno menebar pandang mencari Irham. ‘Kamu dimana mas?’ Retno lekas membalas chat. ‘Di depan gerbang Dik.’ Irham membalas. Sedang Retno tidak melihat apa-apa di depan gerbang. ‘Maaf Dik, saya bisa melihatmu. Tapi tidak bisa kamu lihat. Maaf.’ Pesan di layar HP Retno jelas. Seketika jantung Retno berhenti. Karena di gelapnya gerbang, ia tahu sesuatu memandanginya.

- - o - -

‘Ah, kenapa ibu menyuruhku menjemur pakaian malam-malam’ gerutu Bagus dalam hati. Dengan headphone menyumpal telinga, Bagus memasang tiap jemuran sekenanya. Sekelebat, ia melihat sosok berlaridi luar pagar rumahnya. Bagus memicingkan mata. Headphone pun ia lepas. Mencoba mendengar seksama. Karena ia yakin melihat ada sesuatu yang berlari. ‘Ah, sialan. Apa itu tadi?’ gumamnya. Kembali menjemur, ia mengambil sepotong kain putih. Kainnya lusuh. Banyak noda tanah disana-sini. Pandangan Bagus tercekat. Segera ia berlari ke dalam rumah.

- - o - -

Bukan setan yang menakutkan seorang anak manusia. Namun setan hantu, dan semua hal yang mistis yang menakutkan. Karena banyak dari kita berfikir, saat kita mati kita akan berubah menjadi arwah yang jahat. Kita akan bergentayangan dengan wajah dan rupa menakutkan.

- - o - -

‘Ndut. Ga usah jadi saja kamu naik gunungnya. Bahaya’ pinta paman halus. Ndut, menjadi panggilan sayang paman Heri ke Wiwid. ‘Nda apa-apa kok Om. Kan sama teman-teman. Mereka sering naik gunung kok.’ Wiwid mengurai alasannya. ‘Ibumu juga khawatir lho?’ tegas paman Heri. ‘Ah, kalau ada apa-apa diatas gunung, nanti juga ada yang nolong nurunin kan Om?’ tukas Wiwid agak bercanda. Dan malam ini, Wiwid memang ada yang menurunkan dari gunung. Benar ucapannya di pagi itu dua hari yang lalu. Walau Wiwid diturunkan dengan tidak bernyawa. Entah firasat apa yang diucapkan Wiwid waktu itu.

- - o - -

Jangan pernah memandang langit-langit sebelum tidur malam ini. Bisa saja arwah-arwah gentayangan melayang tepat di atas tempat tidurmu. Saat kau beradu pandang dengan mereka, jangan pula palingkan mata. Bisa saja arwah tadi tepat berada di samping tempat tidurmu.

Cerita lainnya: #1 | #2 | #3 | #4 | #5 | #6 | #7 | #8 | #9 | #10 | #11 | #12 | #13 | #14 | #15 | #16| #17| #18| #19| #20| #21| #22|#23| #24 | #25 | #26 | #27 | #28 | #29 | #30 | #31 | #32 | #33 | #34 | #35 | #36 | #37 | #38

Salam,

Solo, 23 Oktober 2015

12:03 am

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun