Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Saat Ada Prestasi, Di Situ Foto Caleg Menghiasi

19 Mei 2023   22:22 Diperbarui: 20 Mei 2023   17:01 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ducks oleh pixabay (pexels.com)

Ketiga, Caleg ingin meningkatkan popularitas dan eksistensi mereka di media sosial. Mereka ingin menarik perhatian publik dan media. Sehingga jika dilakukan dengan terus menerus, sosok mereka bisa dikaitkan dengan info sedang viral dan trending. Semakin sering terlihat di TV atau medsos, semakin populer Caleg untuk mendapat suara.

Seperti diungkap di atas, netizen pun bisa menjadi jengah. Karena terlalu banyak, masif, dan nir-faedah model kampanye politik macam ini. Maka apakah model kampanye politik Caleg macam ini efektif dan etis? Jawabannya tentu bisa bervariasi tergantung pada sudut pandang masing-masing. 

Akan tetapi, secara umum, bisa dikatakan bahwa perilaku ini kurang efektif dan etis. Kurang efektif karena medsos jangkaun luas dan belum tentu banyak netizen tahu. Apalagi saat kampanye masif saat ini juga membutuhkan jasa buzzer. Aktivitas macam ini tentu membutuhkan dana berlimpah dan SDM yang banyak. 

Secara etis, kampanye ini bisa menimbulkan kesan bahwa Caleg hanya mencari sensasi. Mereka pun dianggap tidak tulus dalam mengapresiasi prestasi dan kebanggan bangsa. Lebih mengenaskan lagi, perilaku ini juga dianggap sebagai bentuk eksploitasi dan oportunisme. Karena sekadar cari sensasi tanpa memberi dukungan riil. 

Oleh sebab itu, para Caleg seharusnya lebih fokus pada program dan visi misi mereka. Cobalah berkomunikasi secara langsung dan jujur dengan masyarakat.

Dengan begitu, mereka bisa membangun kepercayaan dan kredibilitas yang lebih baik. Walaupun cara bertemu langsung memakan biaya, tapi masih dianggap paling efektif.

Salam

Denpasar, 19 Mei 2023

11:22 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun